Ketika sedang tidur, terjadi hal yang aneh pada diri Amril. Seluruh diri Amril tersedot hawa kamarnya, seakan-akan jiwanya pergi dari jasadnya. Semua bagaikan ilusi, antara sadar dan tidak, antara mimpi dan kenyataan. Tapi, Amril sadar. Ia seperti orang yang berada dalam kondisi trans. Ini yang dikenal dalam masyarakat sebagai tindihan.
Sekuat tenaga Amril mencoba menggerak-gerakkan kedua tangannya. Tak bisa. Kemudian, ia mencoba menggerak-gerakkan kedua kakinya kuat-kuat. Tetap tak bisa. Saking kuatnya, tempat tidur dan Amril sendiri bergoyang-goyang. Mendadak, tubuh Amril bangkit. Benar-benar bangkit dari terlentang langsung berdiri tegak lurus.
Tanpa kendali, Amril berjalan macam zombie di film-film misteri, melangkah pelan-pelan ke atas pagar balkon kamar kosnya. Gelap matanya. Amril hendak meloncat, dan... dan... ia...
Karena Amril berada dalam posisi yang rawan jatuh, seseorang teman Amril yang bernama Abi yang kebetulan ke kamar Amril, segera berlari dan memegang tangan Amril. “Heh, ngapai lo di situ?” tanya Abi.
Seperti orang baru kembali dunia lain, Amril berteriak mendengar sapaan Abi. “Arghhhhhhhhhh...” Amril langsung turun dari pagar balkon, tubuhnya menegang-negang. Kakinya gemetar, tangannya gemetar, bicaranya tak keruan. Abi pun memanggil beberapa teman-teman kosnya untuk mengangkat Amril yang masih dalam kondisi yang mengenaskan. Lantas, ia sendiri segera menghubungi ibu kos dan menceritakan apa yang terjadi.
Begitu datang ibu kos langsung bertanya, “Amril kenapa, Bi?”
“Nggak tahu bu. Tadi...” Abi kemudian menjauhkan ibu kos dari tempat Amril beristirahat, “tadi saya lihat, Amril ada di pagar balkon, seperti orang yang hendak meloncat ke bawah. Raut wajahnya datar, seolah-olah itu bukanlah Amril. Tapi... saya nggak tahu. Soalnya, cuma itu yang saya lihat.”
Raut ibu kos yang masih lumayan muda dan semok itu pun berubah. Ia menerka-nerka apa yang tengah terjadi pada anak kosnya. Tapi, tak satu pun berhasil ditemukannya.
“Ini bukan kejadian pertama kalinya saja bu. Ada beberapa kejadian sebelumnya yang terjadi pada diri Amril. Waktu itu, Amril berhasil selamat karena ada telepon masuk. Sebelumnya,
Diceritakan fakta seperti itu, ibu kos manggut-manggut. Oh-ternyata-di kosku-ada-kejadian-mistis-seperti-itu. “Terus sekarang gimana baiknya, Bi?” tanya ibu kos.
“Saya punya teman, Bu. Dia pinter dalam hal-hal beginian. Nanti saya tanyakan sama orangnya gimana?” sahut Abi pada ibu kos.
“Ya udah atur aja gimana baiknya, Bi. Ibu mah ikut aja.”
Apa yang dikatakan Abi memang benar. Beberapa hari kemudian, Abi dan Amril kemudian pergi ke rumah Sahrul, kawan Abi yang pinter dalam urusan mistik. Keduanya menceritakan hal yang terjadi pada diri Amril.
Dengan gaya yang sederhana dan tutur pinutur yang lembut, Sahrul menjawab pertanyaan Amril.
“Begini, Mas Amril,” kata Sahrul dengan hati-hati, “kamar yang Mas tempati ada penunggunya. Setengahnya wilayah Mas Amril, setengahnya lagi wilayahnya dia.”
Amril dan Abi manggut-manggut mendengarkan penjelasan Sahrul panjang lebar. Didapat keterangan dari Sahrul bahwa ketika Amril masuk ke wilayah si penunggu maka Amril tidak sadarkan diri. Itu sebabnya, sejak menghuni kos tersebut beberapa kali Amril kerasukan dan mau bunuh diri. Karena, Amril sudah “merebut wilayah” si penunggu itu.
Mendengar cerita Sahrul, Amril bergidik ngeri. Perasaannya gundah. Ia memutuskan setelah itu untuk pindah kos saja.
0 komentar