Ditiliknya jam tangan di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul 21.08 WIB. Jefri berjalan ke arah stasiun KRL Depok dekat dengan kampusnya. Saat itu, sudah sepi semua. Tak ada orang lain, kecuali para pedagang, para pengemis, dan para pengamen. Itu pun satu dua saja.
Jefri acuh dengan kondisi itu. Pikirannya saat ini terpusat pada kepulangannya. Udara dingin semakin menusuk kulit Jefri yang sudah dipakaikan jaket kulit. Entah, hari sedang dingin atau bagaimana, yang jelas tak ada angin berhembus semilir. Kemudian, Jefri mengatupkan jaketnya lebih rapat lagi.
‘Gara-gara para kakak tingkat keparat, ngadain ospek sampai jam segini. Setan alas…’ umpat Jefri dalam hati.
Untungnya ia punya karcis lanjutan yang dibayarkan tiap bulan sehingga tak perlu khawatir tak kebagian karcis. Ia teringat Mayu, kakak tingkatnya yang cantik dan baik hati. Dibayang-bayangkan gadis itu sembari menunggu krl mengantarkan dirinya kembali ke peraduan. Jefri pun senyum-senyum sendiri.
“Mayu,” tutur gadis hitam manis itu, “Mayu Febiyanti, tepatnya. Kamu?”
“Jefri Woworuntu.”
Dan mengalirlah beragam cerita. Yang lebih mengejutkan adalah ternyata mereka berasal dari provinsi yang sama: Yogyakarta. Satu daerah pula, hanya beda desa.
“Uh, ternyata bumi itu kecil ya?”
Ketika pikirannya tengah melayang-layang terbuai oleh adegan pertemuannya pagi tadi dengan Mayu, suara klakson krl membuyarkannya. Kembalilah ia pada kenyataan: Mau pulang!
Begitu yang ditunggu datang, Jefri langsung naik tanpa melihat kiri-kanan. Sekarang kondisi di dalam gerbong krl lebih sepi lagi. Tak ada pedagang asongan di dalam. Jefri yang baru beberapa kali naik krl tidak merasa aneh dengan kondisi ini. Ia memperhatikan kondisi para penumpang krl lainnya di dalam gerbong hanya menundukkan kepala, sementara pakaian mereka lusuh dan jadul. Tapi, Jefri cuek saja. Toh, ia capek. Pikiran dan hatinya tersandera oleh Mayu.
***
Sesampainya di Stasiun Tebet, Jefri bergegas turun. Karena tak ada penumpang lain yang turun, ia menjadi satu-satunya penumpang yang turun. Jefri yang sedang berjalan langsung dikejutkan oleh petugas jaga malam yang menyapanya.
“Tong, kagak capek jalan kaki gini hari? Sepanjang rel ini lagi…” sapa sang petugas.
“Jalan? Saya naik krl kok, Pak,” sahut Jefri.
“Lho naik krl jam berapa?”
“Barusan kok. Emang kenapa, Pak?”
“Eh, Tong, kagak ada krl lewat dari jam 8. Soalnya krl paling malam ya jam segitu. Emang Entong naik krl jam berape?”
“Jam 21.30, Pak?”
Si petugas jaga malam tersenyum, sadar atas apa yang menimpa Jefri. Lantas, mengajak Jefri nongkrong di posnya. “Tong, nongkrong di pos Bapak dulu nyok,” tawarnya ramah, “Nanti Bapak anterin.”
Karena lelah, Jefri pun mengiyakan. Mereka pun menuju pos. Di sana, si petugas jaga malam menceritakan sesuatu yang membuat bulu kuduk Jefri meremang ngeri. “Masalahnya niye Tong, Bapak dari tadi ngeliatin Entong jalan aja gitu di atas rel.”
Jefri baru menyadari apa yang dialaminya, dan ia merinding ketakutan. Krl yang ditumpanginya adalah krl hantu… [Chucky]
0 komentar