Sebagaimana hal mengendarai motor, perjalanan normal-normal saja. Tanpa saya punya perasaan apa-apa. Jalanan Pantura cukup lengang, tak ada sepeda motor lain berlalu lalang. Yang ada hanya truk-truk yang berjalan pelan, bus AKAP yang seolah tak ingin dihalangi jalannya, dan mobil-mobil pribadi yang merasa jalan itu miliknya.
Memasuki jalan lingkar Pemalang, semua masih normal. Dua kilometer selepas traffic light jalan lingkar Pemalang sampai sungai besar (perhatikan anak panah pada gambar), sesuatu yang tidak biasa terjadi.
Aroma singkong bakar menguar dengan amat sangat kuat. Padahal, sisi kiri dan kanan jalan tak ada tanaman singkong. Adanya hanya sehamparan sawah. Lagipula, memang belum musim panen singkong. Saya segera menduga, ada genderuwo lagi nongol. Saya berharap tidak diganggu. Tapi, sudah lebih dari satu kilometer, aroma singkong bakar yang beraroma kuat itu tak kunjung hilang. Malah di tengkuk saya terasa hawa dingin. Supaya mendapat penerangan maksimal, saya mencoba memepet di belakang salah satu mobil pribadi berplat B. Lumaya sorot lampunya cukup terang menerangi jalan.
Credit: YudiBatang.wordpress.com |
Saya berusaha tetap berkonsentrasi dengan motor. Lalu, saya kebelet buang air. Dan ini tak dapat ditunda lagi rasanya. Padahal, biasanya saya masih bisa tahan dan buang air di toilet SPBU. Tapi, saat itu - entah kenapa - saya justru berhenti di tempat gelap yang ada pohon besar. Itu sudah masuk Tegal. Lalu di Brebes juga buang air lagi di pinggi pohon bambu (satu kilometer selepas alun-alun Brebes). Dan terakhir, di Kanci (di samping gedung yang lagi dibangun) buang air lagi. Saat berhenti di tempat terakhir, saya merasa sekelebat angin juga ikutan turun. Dan ketika saya mengendarai motor lagi, juga terasa lagi.
Aneh benar...
Tengkuk saya terasa tak enak dan motor makin terasa berat. Saya sampai di Cirebon sekitar jam tiga pagi.
Keesokan harinya, saat berangkat kerja, tengkuk saya masih terasa tak enak. Saya merasa selalu naik pitam, maunya marah-marah terus. Seorang rekan sekerja menyarankan saya untuk pulang kemudian membaca ayat-ayat al-Qur'an surat tertentu dan tidur. Alhamdulillah, setelah mengikuti saran rekan saya, keesokan hari tengkuk saya lebih enteng.
Jujur, saya tak mengetahui makhluk apa yang ikut membonceng saya. Beberapa orang menyebut bahwa makhluk halus juga bisa mbonceng kendaraan bermotor. Hiii...[]
Nb. Cerita horor ini merupakan kisah nyata yang dialami oleh Yudibatang, artikel cerita asli dari sini. Ditulis ulang dengan gaya sendiri.
Follow Twitter kami di @CerpenHoror
0 komentar