Setahun yang lalu, saya bermain ke rumah uwak saya yang ada di daerah Purwakarta. Sudah sangat lama saya tidak pernah berkunjung ke sana. Suasana di sana dulu sangat berbeda dengan suasana saat ini.
Di mana, dulu daerah uwak saya tinggal adalah daerah pesawahan yang sangat luas. Berbeda dengan saat ini, yaitu tepat di depan rumah uwak saya ini telah dibangun sebuah jalan tol dan hanya dibatasi oleh pohon bambu, yang dikenal dengan jalan tol Cipularang.
Sebenarnya ini cerita yang dialami oleh sepupu saya yaitu anak dari uwak. Perlu teman-teman ketahui jalan tol Cipularang dibangun di atas makam atau kuburan besar, maksudnya makam yang sudah lama dan dan banyak jasad dikuburkan di sana.
Waktu pembangunan tol Cipularang itu, banyak pegawai yang mengerjakan proyek tersebut mengalami kejadian aneh, bahkan kecelakaan yang tidak wajar. Sampai saat ini sering terjadi kecelakaan yang menelan korban jiwa. Bagi warga Purwakarta hal ini tidak aneh, mungkin karena seringnya terjadi kecelakaan di sana.
Banyak kecelakaan kendaraan terjadi di sana. Pernah suatu kali ada kecelakaan truk besar yang mengangkut susu kaleng juga truk yang mengangkut domba, oleng dan akhirnya menewaskan supir dan keneknya. Meskipun, ada juga yang selamat dari kecelakaan maut tersebut. Korban yang mengalami kecelakaan selalu menuturkan bahwa mereka melihat jalan tol Cipularang itu menjadi bercabang atau ada dua jalan. Sehingga, mereka menjadi bingung dan akhirnya menabrak pembatas jalan. Padahal, banyak korban yang menuturkan mereka dalam keadaan sadar atau tidak mengantuk.
Suatu malam teh Umi, anak uwak saya itu, sedang menggendong anaknya karena rewel menangis terus mungkin karena sakit. Sedangkan, suaminya sedang tugas malam dan pulangnya besok pagi. Jam menunjukkan pukul satu malam, keadaan saat itu sangat sepi yang terdengar hanya suara hujan rintik-rintik dan sesekali suara kendaran dari arah tol Cipularang. Akhirnya anak teh Umi tertidur juga, suasana pun sepi.
Tapi tiba-tiba teh Umi dikagetkan oleh suara seorang perempuan yang menangis tersedu-sedu, suaranya tepat berada di luar kamarnya. Maklum dinding kamar teh Umi terbuat dari bambu atau disebut bilik sehingga sangat jelas terdengar. Suara itu terus menangis ia terus mengulang kata-katanya, "Hiks... hiks... sakit! Tolong aku ingin pulang..."
Teteh Umi langsung lari ke kamar ibunya sambil menggendong anaknya. Uwak kaget dan bertanya ada apa. Karena saking takutnya badan teh Umi bergetar hebat dan tidak dapat berkata apa-apa, selain menangis dan bercucuran air mata.
Esoknya teh Umi menceritakan semua kejadian malam itu. Kejadian ini berlangsung setiap malam, sehingga teh Umi tidak berani tidur sendirian. Tidak hanya, teh Umi saja yang mendengar suara itu, beberapa warga mendengar. Hebohlah cerita itu, mereka selalu bertanya-tanya kenapa hampir setiap malam selalu ada suara tangisan perempuan tersebut. Tanda tanya besar pun menghantui warga Purwakarta.
Uwak yang kebetulan punya kandang kerbau selalu memberi makan kerbau itu dengan rajin. Dekat kandang kerbau itu tumbuh lebat pohon bambu. Uwak rasanya ingin sekali melihat ke arah pohon bambu tersebut, padahal itu kan hal yang biasa. Karena, penasaran akhirnya ia memutuskan melihat ke arah pohon bambu tersebut. "Astagfirullah Hal Adzim..." saking kagetnya uwak mengucapkan istigfar, ia melihat sebuah tangan buntung yang menggantung dalam posisi memegang ranting bambu. Kontan ia pun melapor ke RT dan RW atas hal tersebut...
Tangan buntung itu sepertinya milik seorang wanita. Kutek dan cincin pernikahan di jari manisnya menjadi penanda kalau tangan itu milik wanita. Sepertinya ini adalah korban kecelakaan yang terjadi beberapa hari yang lalu di tol Cipularang.
"Kok aneh ya! Padahal jarak dari tempat kejadian tabrakan cukup jauh jaraknya. Tapi, kok bisa terlempar jauh sekali, terus kok tangannya menggenggam dan menempel di ranting pohon, bukan tergelatak begitu saja ya?"
Semua warga pun melontarkan hal sama. Akhirnya, tangan buntung itu pun diamankan. Semenjak ditemukannya tangan buntung itu, perempuan yang menangis tidak pernah terdengar lagi.
Cerita horor | Pic
0 komentar