Thursday, October 11, 2012

Cerita Horor: Conglidin

Cerita ini aku dapatkan ketika lima tahun tugas di Madiun, sebuah kota kecil di Jawa Timur. Beberapa nama sengaja aku ganti, supaya tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.

Sudah banyak yang tahu, bahwa Samsudin atau teman-teman kantor menyebut Udin adalah play boy kelas kampung. Sebagai driver dibagian ekspedisi, Udin terkenal raja dalam hal memikat lawan jenis. Tubuhnya tinggi besar, dengan hidung besar mirip hidung betet jelas menunjukkan potensi seksual yang dimilikinya. Namun, julukan Raja Sawer ini pernah terkena batunya, dan merubahnya menjadi sosok yang lebih santun dan sangat mencintai keluarganya.

Saat itu, tepat di bulan Nopember tahun 1995 udin mendapat tugas dari kepala ekspedisi, untuk mengirim penerbitan khusus yang harus diedarkan di daerah Magetan. Tidak seperti biasanya, waktu itu terlihat banget Udin tidak bersemangat dalam menjalankan tugas yang dibebankannya. Ketika bertemu diujung percetakan sempat terlontar bahwa perasaannya kok tiba-tiba tidak enak. Sebagai Driver yang cukup berpengalaman, perasaan seperti itu tentu menjadi guiden yang baik baginya untuk memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dijalan. Ketika aku sempat meledeknya, dan mengatakan penakut dengan nada serius dan dalam udin berkata “…ndak begitu er, kalau hatiku tiba-tiba bergetar seperti saat ini, biasanya akan terjadi apa-apa dijalan. Mangkanya aku agak ragu”, katanya sambil memasukkan surat penugasan dari pak Iksan di saku bajunya. “…wes cak, sing penting bismillah wae, pasrah kehadirat Allah SWT, insya Allah tidak ada apa-apa dijalan” kataku untuk mensugesti hatinya, sehingga bisa konsentrasi mengirim barang.

Setelah dirasa cukup, maka Udin pun lalu menstater colt diesel Ps120 dan berangkat meninggalkan kantor. Diperjalanan untuk menghilangkan perasaan galau, udin mulai menyalakan tape, dan mengalunlah “…fatwa pujangganya, Rhoma Irama” sambil bersiul-siul mulailah matanya yang nakal menjelajah jalan Maospati yang mulai gelap itu. Eee kok kebetulan, matanya yang memang terkenal tajam itu kok melihat sosok wanita cantik berbaju biru, model-model SPG sekarang ini. Anehnya dimalam yang mulai gelap itu, wanita yang berdiri disebelah pohon asem besar itu kok masih menggunakan payung, apalagi cuaca tidak hujan dan cukup cerah. Namun melihat sosok wanita yang cukup muda. Badannya semampai , kekuning-kuningan sedang berdiri sendirian sambil matanya sesekali melihat jalan raya. Wah…kebetulan nih pikirnya, wanita ini mesti sedang menunggu bis jurusan Magetan, yang jam seginian memang sudah habis. Lumayan bisa untuk teman jalan, pikirnya lagi sambil memberikan tanda untuk minggir dan memberhentikan truknya persis didepan wanita ayu yang semakin kelihatan cantiknya saat terkena sorot lampu mobil. “lho kok sendirian saja mbak, ayo tak anter, mau pergi kemana to? Katanya sok akrab dari tempat sopiran truk yang kacanya langsung diturunkan separo. “mau ke desa K, mas”, jawabnya kenes. “wah kebetulan mbak, saya juga mau kesana. Ayo bareng saja, jam segini sudah tidak ada bis yang menuju desa K “

“…betul to mas, ndak ngrepoti nanti?”

“ndak kok, malah kebetulan bisa untuk teman ngobrol.”  “ oke mas kalau begitu” jawab wanita itu sambil berjalan lengat-lenggut naik ke tempat sopiran. Truk lalu tlesar-tleser jalan. “kok sendirian saja to mas?”  “lha maunya sama siapa?” “ya sama isterinya lho…” “ndak kok, saya lagi gencatan senjata sama isteri” kata udin sok melucu. “wah kok sama ya mas. Aku juga sudah lama gencatan senjata sama suamiku lho, maklum suamiku lagi berlayar dan sudah hampir setahun ini belum pulang” “ya sudah kalau begitu nanti tidak usah pulang, kita bablas saja ke tawang mangu, gimana?” kata udin. “ya…dipikir nanti saja, mas” jawabnya dengan senyuman yang kenes, hingga membuat darah laki-laki udin kembali mendidih.

Truk yang dikendarai udin semakin banter dan berjalan meliuk-liuk mengikuti kontur jalan khas pegunungan. Dasar jalannya mulus dan sepi ditambah dengan api asmara yang berkobar-kobar akibat aksi nakal  jari-jemari wanita itu. Tangannya merambati dan mengelus-elus dada udin, malah kadang-kadang dengan berani wanita itu menciumi pipinya segala. Tingkah laku wanita yang agak diluar kewajaran itu, tentu saja semakin mengobarkan semangat pantang menyerah dari Udin yang memang terkenal tukmis dan tidak kenaan itu. Matanya menjadi nanar, dan pikirannya Menjadia kalang kabut penuh nafsu berahi.

“sampeyan, apa sudah kebelet pengin bercinta to mas? Yo kalau begitu segera diuculi to mas “ bisik wanita itu manja ditelinganya. Udin tidak menjawab, hanya tangan kirinya segera bergerilya melepas kancing baju dan resleting celananya. “ini lho mas, uculono mas, uculi mas, culidin” kata wanita itu sambil terus menunjukkan tangannya kearah kepalanya. Udin merasa aneh, dan bukan main kagetnya ketika melihat wanita yang tadinya terlihat sexy dan merangsang itu sekarang berubah menjadi pucat. Bajunya yang tadi biru menyala berubah menjadi putih, pocongan. “din…..culidin….culidin cepet diuculi taline din (cepat dilepas tali pocongnya)”, teriak wanita itu dengan suaranya yang purau dalam sambil tanganya yang kurus pucat itu terus menerus menunjuk tali pocongnya yang menggelayut diatas kepalanya. Baunya yang tadi wangi jadi berubah anyir mendekati bau bangkai bercampur dengan aroma bunga kenanga.

Melihat perubahan itu, Udin jadi begitu ketakutan, jeritnya tertahan. Tangannya yang wel-welan memegang setir . Matanya melotot dan seterusnya ….krosag…pet gelap pekat. Udin pingsan saking tidak kuat menahan rasa takut. Ketika langit diujung timur menampakkan sinarnya, udin baru sadar dan tahu bahwa dirinya dan truk yang disetirinya terperosok persis dibawah jembatan yang menghubungkan antara madiun dan magetan.

Demikian cerita cak udin temanku, sejak kejadian itu cak udin milih dimutasi  sebagai staf ekspedisi dan  menolak bila ditugaskan mengirim barang tanpa didampingi kernet.

Penulis: Erryku22id | Kisah-mistis | Pic

0 komentar