Kami hanya duduk berduaan saling bercanda, dan tentu saja bercerita dengan asyik. Rancangan gambar dan juga poster yang seharusnya aku kerjakan untuk mengejar deadline pendadaran terpaksa kubiarkan mangkrak diujung. Sayup-sayup terdengar lagunya chrisye yang sangat popular waktu itu “selamat jalan kekasih” mengalun pelan dari studio bawah, studio anak-anak desain interior. Tengah asyiknya kami bercengkerama tiba-tiba, jendela besar yang ada disampingku persis diketuk orang. Cukup keras, dan reflek kami melihat ada tangan yang mengetuk dan melambai seolah-olah pengin pamit. Kami berdua seperti terbius dan tidak sadar, bahwa ketukan dan lambaian tangan itu sangat tidak mungkin. Karena posisinya kami ada di gedung lantai III yang tidak memiliki selasar sedikitpun. Jadi mustahil kalau ada orang mengetuk jendela dan kemudian melambaikan tangannya. Setelah kami sadar, cepat-cepat kami menutup jendela itu. Pacarku yang dasarnya pemberani, justru berkata nyaring”…mbah jangan ganggu kami, kami tidak berbuat yang tidak-tidak kok”, melihat keberanian pacarku itu kontan aku menariknya, dan bergegas untuk mengajaknya turun. Namun belum sempat kami turun, dari jendela samping meluncur batu-batu kerikil yang lumayan banyak menimpuki kami berdua, disusul dengan semburan pasir dari seluruh jendela yang ada disamping kami. Suaranya cukup keras, namun anehnya tidak berasa sakit ketika menyentuh tubuh kami.
Kontan kami berlari berlari keluar dan langsung turun menuruni tangga yang lumayan gelap. Sayup-sayup kami jelas mendengar suara erangan dan berat dari arah studio “bocah kurang toto, pethakilan orang duwe isin (bocah kurang ajar, tidak tahu malu berbuat yang tidak-tidak). Sampai dilantai dua, kami ditegur oleh pak kamisan penjaga kampus, kenapa kami berlari-lari seperti dikejar setan. Dengan nafas yang masih memburu kami ceritakan kejadian yang menimpa kami. Namun dengan enteng pak kamisan malah berkata “…walah mas erry, diganggu mbah darmo saja kok sudah takut, lebih mengirikan mana dengan gangguan saya” katanya sambil memanjangkan lehernya mendekati langit-langit tangga yang tingginya hampir 6 meter itu. Melihat penampakan itu, bukannya takut malah pacarku (yang kemudian baru aku tahu bahwa dia adalah cucu ulama besar di Banyuwangi) justru menatap berani dan dengan gagah “menggedruk” lantai tiga kali tangannya meraih tasbih yang selalu ada dipergelangan tangannya, setelah umak-umik sebentar dilemparkannya tasbih itu ke sosok yang menyerupai pak kamisan itu. Terdengar ledakan cukup keras dan suara “……ampunnnnn panas” disertai bau sangit seperti daging terbakar. Melihat adegan tersebut aku hanya “ngoplok” dengkulku terasa lemas dan baru pulih setelah pacarku mengajakku turun “..sudah mas, sudah selesai. Ayo kita pulang saja, sebaiknya kalau mengerjakan tugas akhir jangan lebih dari jam 7 malam”
Sampai dibawah, “…mas, disini sebentar jangan langsung ke tempat parkir motor” “lho kenapa?” tanyaku dengan suara gemetar. “…ada yang duduk-duduk dimotor mas, biar saya suruh pergi dulu” katanya sambil berjalan pelan menghampiri motorku yang kuparkir persis dibawah pohon serut. Kembali adegan seperti dilantai dua tadi berulang, kulihat pacarku “nggeduk” tanah tiga kali kemudian melemparkan tasbehnya kearah motor. Terdengar suara mengaduh lagi kali ini dengan teriakan “kapoooooook biyung”
Demikian ceritaku, ketika sedang menyelesaikan tugas akhir di kampus gampingan dulu. Sampai tugas akhirku selesai tidak kujumpai lagi gangguan yang berarti, aku lulus dengan baik dan menikah dengan pacarku yang ternyata memiliki kemampuan supranatural itu.
Penulis: Erryku22id | Kisah-misteri | Pic
0 komentar