Sudah menjadi kebiasaan bagi Satria saat kuliah di kampus yang berlokasi di Semarang. Ia seringkali melakukan aktifitas rutin setelah pulang kuliah dengan mencari hiburan terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Kali ini ia memang pulang sedikit agak malam, kebetulan ada kuliah umum sehingga waktu kuliah sedikit memakan waktu lebih lama selesainya. Kebetulan malam ini film di bioskop kawasan metro cukup mengundang hasratnya untuk menonton film, sekedar melepaskan kepenatan karena lelah sehabis kuliah.
Satria segera memesan satu tiket film horor, entah mengapa perasaannya ingin sekali melihat film horor walaupun sebenarnya ia termasuk seorang cowok penakut untuk melihat film seperti itu. Tetapi karena keinginan yang kuat dari lubuk hatinya, ia nonton film horor untuk kali pertamanya. Mungkin rasa penasarannya itu yang membuatnya tertarik untu sekali-kali nonton film horor. Film itu di putar tepat pukul 22.00 WIB dan di putar sekitar 100 menit lamanya. Cukup membuat Satria gemetar dan sport jantung dan membuat keringat dingin saat melihat adegan saat hantu itu menakuti-nakuti pemeran utamanya yang membuat pemeran utamanya jatuh pingsan.
Selesai nonton, bak seperti di kejar-kejar hantu Satria langsung buru-buru keluar dari gedung bioskop. Alasannya bukan karena dia takut karena ketemu hantu tetapi ia buru-buru ngejar omprengan alias angkutan umum pengganti waktu malam untuk membawanya pulang ke rumah. Lalu Satria menunggu omprengan di depan perempatan Peterangan yang cukup lenggang karena sudah hampir tengah malam. Hanya beberapa orang saja yang masih nampak berseliweran, mobil-mobil yang biasanya terlihat berlalu-lalang padat memenuhi jalan raya juga sudah hanya beberapa saja yang lewat.
Pikiran Satria pun mulai melayang bersama kepulan asap rokok yang baru di hisap dengan nikmatnya, dan mengepul dari mulutnya. Beberapa menit kemudian ada suara halus menegur Satria dari belakang yang memang cukup mengagetkannya. Tetapi sisi lain saat Satria melihat sosok yang menegurnya itu, ia justru nampak percaya nggak percaya dengan yang apa di lihatnya itu, ternyata seorang wanita muda cantik berkulit putih yang sangat mempesona.
“Mau kemana mas?” tanya wanita cantik itu, Satria masih melongo saking terpesonanya dengan paras wanita yang cantik itu.
“Karangayu,” jawab Satria pendek masih terpaku memandangi wanita itu.” Kamu sendiri mau kemana mbak?” tanya Satria kemudian.
“Tanjungmas, apa mas mau anter?” Wanita itu menawarkan diri penuh pesona, di sertai senyuman dari wanita yang cukup manis dan sangat memikat bagi siapa pun yang melihatnya.
“Kenapa nggak!” Satria tidak mampu menolak tawaran wanita itu, yang cukup membuatnya di butakan oleh pesonanya yang memikat.
Tidak lama kemudian Satria dan wanita itu sudah naik angkutan menuju Tanjungmas, tetapi anehnya tiba-tiba angkutan itu langsung melaju begitu saja, walaupun belum ada penumpang lain yang ikut naik. Satria yang menyadari itu tidak ambil pusing, ia tetap cuek saja dan berbangga pada dirinya sendiri karena ia akan mengantarkan pulang ke rumah wanita cantik itu. Lalu anehnya lagi hanya dalam hitungan menit, mereka sudah sampai di pintu pelabuhan Tanjungmas, dan sampailah mereka di suatu tempat dimana ada gardu listrik yang besar dan jalan masuk ke sebuah perkampungan yang sunyi, akhirnya tibalah Satria di rumah wanita cantik itu.
Di rumah wanita itu, Satria di suguhi beberapa potongan kue dan air minum. Namun, sepertinya Satria tidak mau peduli dengan apa yang di suguhkan padanya karena matanya tidak mau lepas untuk menatap terus wanita itu. Dan seperti tersadar dari hipnotis lalu Satria beristighfar, kemudian ia lekas buru-buru pamit untuk pulang. Tetapi wanita cantik yang ia sendiri tidak tahu namanya itu menahannya kuat-kuat agar ia tidak pergi dari rumahnya, Satria pun tidak mau kalah dengan berbagai cara ia harus segera keluar dari rumah itu. Mulutnya terus menerus komat-kamit menyebut asma Allah agar ia dapat keluar dari rumah itu dengan mudah.
Akhirnya Satria pun berhasil keluar dari rumah wanita itu, dan betapa tercengangnya ia saat menyadari ternyata ia berada di areal pertambakan dan semak belukar. Satria terus berjalan sambil setengah berlari dengan tergopoh-gopoh karena panik campur ketakutan yang mendera dirinya. Ia kebingungan menemukan jalan keluar agar segera lekas bisa menemukan jalan untuk pulang. Ia tidak henti-hentinya mengucapkan asma ALLAH. Namun, tak lama kemudian ia mendengar suara adzan dari masjid. Ternyat adzan subuh telah berkumandang, dan terlebih lagi yang membuat Satria senang karena ia sudah melihat lampu jalanan di seberang yang menandakan menuju jalan pulang. Satria tak henti-hentinya mengucapkan syukur karena berkat doa dan suara adzan itulah ia selamat dari hantu wanita cantik itu.
0 komentar