Topan adalah jejaka tampan ini yang bekerja di sebuah pabrik tekstil di Surabaya. Di kota pahlawan itu, Topan merantau jauh dari orang tua, handai taulannya, dan kekasihnya. Topan berasal dari Solo, sebuah kota kecil di provinsi Jawa Tengah.
Kalau bekerja, Topan berangkat pagi-pagi betul, karena masuk jam delapan pagi dan pulang jam lima sore. Lantaran, jika pulang sore macet, Topan lebih suka pulang sedikit larut malam tapi tidak macet dan berdesak-desakan dengan para penumpang lain. Karena itu, ia lebih suka nongkrong-nongkrong dulu di kantor bersama satpam atau teman-temannya. Ngobrol ngalor ngidul tentang apa pun, termasuk soal peluang usaha. Maklum saja Topan ingin membuka usaha sendiri. Biar bisa jadi juragan, katanya.
Topan tak tentu mudiknya. Kadang tiga bulan, kadang enam bulan. Meskipun ia kangen betul. Tapi, ini demi masa depannya. Bolak-balik Surabaya-Banyuwangi tetap membutuhkan ongkos. Karena itu, ia memilih jarang pulang ketimbang menghabiskan duitnya untuk ongkos dan mengumpulkannya sebagai modal membuka usaha di masa depan.
Suatu waktu, rindu di dalam hatinya sudah tak tertahankan. Ia ingin segera pulang ke kampung halaman dan bertemu orang tua, handai taulan, dan kekasihnya Syahrini. Ia biasa pulang malam karena paginya kerja dan kemudian ia menunggu bus di dekat kosnya itu. Tak seperti biasanya, lama sekali ia menunggu bus. Entah sudah berapa lama karena bus jurusan kampung halamannya tak kunjung lewat.
“Duh, kok lama banget ya,” keluhnya sendirian. Ia tengok jam tangannya sudah menunjukkan angka sebelas malam. Tapi, ia cukup sabar menanti dalam gundahnya. Jalan semakin sepi, hanya satu per satu kendaraan yang lewat. Kesabaran Topan berbuah, akhirnya bus yang ditunggu datang juga. Sebuah bus Kramatjati jurusan Banyuwangi. Lantas, Topan pun menyetop bus itu dan naik. Dia duduk di bangku kedua, sebelah bapak-bapak yang usianya sekitar empat puluh tahunan. Bayangan bertemu Syahrini segera menyeruak di dalam kepalanya.
Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba angin berdesir dan membuat bulu kuduk Topan merinding. Padahal saat itu, semua jendela tertutup rapat. Perasaan Topan mulai tak enak, ia mencoba melihat ke sekelilingnya. Tak satu pun penumpang bicara, begitu pula dengan sopir dan kenek.
Ia pun mencoba beramah tamah dengan mengajak bapak di sebelahnya berbincang. “Bapak dari mana? Ini bus haji ya, habis semua penumpang pakai baju putih?” kata Topan mencoba melucu.
Bapak itu hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa. Memang wajah-wajah semua yang ada bus itu, selain Topan, pucat pasi seperti mayat.
“Kalau bapak turun di mana?” tanya Topan lagi.
Si bapak cuma menunjukkan dengan gerakkan di kepalanya bahwa ia turun di depan. Topan mencoba melihat ke depan. Gelap. Ia tak sanggup melihat apa pun. Di pikir-pikir, ketika melihat keluar jendela, ia kemudian tersadar bahwa bus yang membawanya ini melewati jalan yang tak biasanya. Entah ke mana, lantas ia bertanya lagi pada bapak. Tapi begitu ingin bertanya pada bapak-bapak, Topan lebih terkejut lagi. Bapak-bapak itu berubah dari tengkorak. Topan melihat semua penumpang, ternyata semuanya berubah jadi jerangkong hidup. Tak seperti sebelumnya, mereka diam saja. Kali ini mereka bersuara... trak... trak... trak... trak... trak... Topan makin bergidik tak sanggup berbuat apa-apa. Akhirnya ia pingsan.
Ketika terbangun Topan berada di kuburan. Ia langsung cabut ke rumah terdekat dan meminta pertolongan mereka. Sesudahnya, Topan melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi. Beruntung ia selamat dari peristiwa mengerikan itu, jika tidak, ia mungkin sudah dibawa bus hantu itu ke “dunia lain”. [Chucky]
2 komentar