Ainun (32) tengah cemas menanti kepulangan buah hatinya, Indri (7). Padahal, hari sudah beranjak Maghrib, tapi Indri belumlah pulang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di hati Ainun. Padahal, kawan-kawan lain yang bermain bersama Indri sudah pulang semuanya. Ia tadi melihat kawan-kawan sepermainan Indri (Nur, Tuti, dan Adrian) pulang melewati rumahnya.
“Indri kok nggak sama kalian?” begitu tanya Ainun pada tiga kawan Indri.
Tiga orang yang ditanya itu saling berpandang-pandangan, lantas mengangkat bahu.
“Tadi Indri sudah pulang lebih dulu ketimbang kami,” jelas Tuti, yang paling pintar ngomongnya.
“O, jadi nggak bareng sama kalian ya?” tanya Ainun, lebih kepada dirinya.
“Memangnya belum pulang, Bu Ainun?” tanya Tuti.
Ainun menggeleng. Mereka pun beranjak pulang. Semakin cemaslah hatinya, karena mengetahui ada semacam tabu yang masih dipercayainya hingga kini, kalau anak-anak tak boleh keluar Maghrib. Takut ada “sesuatu” yang mencelakai.
Di tengah-tengah kekhawatirannya menanti, Indri pulang ke rumah. Namun, wajah dan tindak-tanduknya lain dari biasanya. Ainun terbengong-bengong melihat kelakuan Indri yang baru pulang. Apalagi, Indri pulang membawa piring berisi belatung dan kantung plastik warna hitam. Hal ini semakin meyakinkan Ainun bahwa telah terjadi sesuatu yang aneh pada Indri. Kemudian, ia pun bertanya, “Dari mana kamu? Kok bawa-bawa belatung gitu?” tanya Ainun.
“Ih, ibu. Siapa bilang ini belatung? Ini spagheti kok, Bu,” jawab Indri.
Prakkk… Ainun segera menyampar piring yang dibawa Indri. Ketika terjatuh, belatung-belatung yang ada di piring Indri berserak ke mana-mana.
Lantas, Indri marah. “Ibu. Kok malah disampar sih?” kata Indri—matanya melotot, mendeliki ibunya.
Ainun bingung, apa yang telah terjadi. Tapi, sedetik kemudian, ia terperangah, dari belakang tubuh Indri keluar asap tebal berwarna putih. Sesosok makhluk halus yang diistilahkan oleh orang-orang sekarang bernama wewe berdiri di belakang. Rupanya Indri sedang dirasuki. Ainun mundur beberapa langkah sampai kemudian ia terjengkang karena terantuk sesuatu.
Indri, yang tengah dirasuki, maju. Tangannya maju ke depan berusaha mencekik leher Ainun yang sedang ketakutan setengah mati. Baru kali ini, dirinya melihat dengan mata kepala sendiri, wujud wewe sebenarnya. Ia pun memejamkan mata takut, sambil sesekali mengintip keadaan. Mulutnya berkomat-kamit merapal ayat Kursy, berharap ayat itu mampu mengusir makhluk mengerikan itu.
Benar saja, ketika ia selesai, tubuh Indri melemas dan tersungkur. Ainun yang mengetahui keadaan itu, segera membopong Indri ke dalam rumah. Setelah suaminya pulang, dipanggilnya “orang pintar” di kampungnya untuk mengecek kondisi Indri. “Orang pintar” itu mengatakan bahwa Indri habis dirasuki oleh makhluk penunggu pohon Serut di kali di ujung kampung. Sejak saat itu, Indri tidak diizinkan keluar sore hari. Indri yang sudah tahu keadaan sebenarnya menurut saja apa kemauan ibunya. (Chucky)
2 komentar