Karena lama dan gue keburu lapar, gue tinggal Tia ke warung pecel lele buat makan. Baru pesen dan belum selesai si abang menggoreng, handphone gue berdering. Ternyata, Tia yang menghubungi. Sebelum ngangkat, gue mengira dia mau nitip, eh… ternyata dia nyuruh gue balik ke kantor. Waktu gue sampai kantor, gue menemukan Tia lagi nongkrong di depan kantor. Mukanya pucat dan matanya agak berair.
“Lu kenapa, Ti?”
Tia menggeleng tanda tidak ada apa-apa. Gue ingat kalau seorang cewek bilang tidak ada apa-apa berarti yang terjadi adalah sebaliknya.
“Lu berantem sama suami?” gue bertanya.
Lagi-lagi Tia menggeleng. “Gue ikut lu ke warung pecel deh. Nanti gue ceritain. Suami gue biar jemput di sana aja.”
Di warung, barulah Tia menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi.
Sepeninggalnya gue, Tia nunggu di ruang tamu kantor yang bentuknya memang rumah yang disulap jadi kantor. Lampu-lampu di beberapa ruangan sudah dimatikan, kecuali ruangan tamu karena ada Tia. Ruangan tamu itu berhadapan dengan ruang administrasi yang gelap.
Saat Tia tengah browser internet lewat handphone, terdengarlah bunyi kriet beberapa kali. Tanpa punya pikiran buruk, Tia melongok ke dalam. Betapa terkejutnya dia waktu melihat di dalam itu ada hantu goyang kursi, maksud gue memainkannya. Sontak, Tia langsung keluar dan menelepon gue.
Tidak beberapa lama setelah Tia cerita, suami Tia datang menjemputnya. Gara-gara cerita Tia soal hantu goyang kursi gue kebayang-bayang. Gue mikir beberapa kali di warung pecel lele sebelum akhirnya balik ke kantor. Duh![]
Follow Twitter kami di @CerpenHoror | Follow Google Plus kami di +Cerpen Horor
0 komentar