Aku yang baru membaca komik Naruto dari online segera beranjak dengan malas. Sebetulnya, enggan juga aku beranjak, tapi mengingat baru pindah dari rumahku di Palembang ke rumah nenekku di Jakarta, mau tak mau aku mau. Aku kemudian menemui Edward Cullen, sepupuku yang juga tinggal di rumah nenek, di luar kamar.
Kami berkeliling, Edward kemudian, tanpa disuruh, menceritakan tentang rumah nenek yang sudah ditempatinya seumur hidupnya. Sejak bayi Edward memang sudah tinggal di rumah nenek. Rumah nenek biasa saja seperti rumahku di Palembang. Hanya saja, bagian dapur rumah nenek memang agak gelap. Di mana, terdapat meja bundar yang sedikit menyeramkan. Edward mengatakan sering ada suara-suara aneh ketika malam hari.
"Kau takut?" tanyaku.
Edward menggeleng lalu tersenyum, memperlihatkan dua gigi serinya yang ompong. "Sudah biasa soalnya," katanya.
"Biasa? Maksudmu sering gitu?"
Edward mengangguk. Glek. Giliran aku yang tersenyum, dengan kecut.
***
Gara-gara cerita-cerita Edward tadi siang, aku jadi spooky sendiri. Tapi, karena sudah besar dan tak lagi mau merepotkan ibu. Aku memilih untuk tidur di kamarku sendiri. Waktu malam itu, sehabis tertidur pulas aku terbangun kira-kira jam 2 pagi waktu lihat jam. Mendadak aku nyium wewangian kembang. Wangi banget. Sampai-sampai aku mikir, siapa juga yang pake parfum malam-malam gini.
Karena, ngantuk aku tak begitu mempedulikan hal tersebut. Tiba-tiba kasurku bergoyang-goyang sendiri. Aku pikir ada gempa. Waktu aku lihat benda-benda lain di kamarku tak ada yang bergerak. Berarti ada orang yang menggoyang-goyangkan tempat tidurku dong? Siapa? Aku melongok ke bawah tempat tidur. Kosong. Tak ada siapapun. Lalu, waktu mau tidur lagi, sebuah tangan memegang ujung tempat tidur. Tangan itu putih pucat diikuti oleh sesosok misterius yang tak kukenal. Dia kemudian cepat ke atas tempat tidur di mana aku masih ketakutan. Dan cepat mencekik leherku. Aku meronta-ronta berteriak sekuat tenaga.
"Bella... Bella," tiba-tiba mama mendatangiku. Juga anggota keluarga di rumah nenek lainnya. Termasuk Edward Cullen tentu.
"Kau kenapa, Nak?" tanya ibu. "Kau mimpi buruk ya?"
Aku yang sudah terbangun masih terbayang-bayang sosok misterius yang kumimpikan barusan. Fiuh syukurlah ternyata hanya mimpi, pikirku. Ketika mereka semua hendak keluar. Aku melihat di cermin, leherku ada bekas telapak tangan. Aku menjerit ketakutan. Keluargaku yang baru pada keluar segera masuk lagi. Aku pingsan.[]
Follow Twitter kami di @CerpenHoror
0 komentar