Tuesday, December 4, 2012

Sketsa Horor: Maaf, Aku Bunuh Diriku dan Dua Anak Kita

"Assalamualaikum," tukas Farrel, saat pulang ke rumah. Kemudian, membuka pintu rumah. Diikuti oleh sang adik, Dinda.

"Ayah..." panggil Dinda yang masih duduk di bangku kelas satu SD dengan intonasi tertentu.

Saat itu, Yono ayah kedua bocah itu sedang duduk di ruang tamu. Setelah melepaskan tas dan sepatu, keduanya lantas duduk di sebelah ayah mereka. Dua bocah lugu ini menceritakan tentang pengalamannya sewaktu di sekolah. Dari A-Z. Yang tidak didengarkan oleh Yono. Karena, pikiran dan perasaannya tengah mengembara entah ke mana.

"Ayah lapar," kata Dinda.

"Kau belum makan?" tanya Yono.

"Belum..."

"Farrel sudah makan?" Yono bertanya kepada Farrel.

Bocah kelas 3 SD itu menggeleng. Mulutnya sedikit cemberut. Dia tahu tak ada makan di rumah. Dia memang belum tahu apa-apa mengenai kehidupan. Tapi, dia tahu kalau tak ada makanan siang ini, sama seperti siang-siang sebelumnya. Hal ini sudah terjadi semenjak beberapa bulan lalu sejak ayahnya dipecat dari kantor.

"Yuk, kita makan," tiba-tiba suara Yono memecah lamunan Farrel. Dia melihat ayahnya tersenyum janggal. Tapi, dia tidak paham itu. Matanya berbinar mendengar kata itu. "Tapi, sebelum makan, mandi dulu yah..." Yono berkata lagi.

Keduanya lalu melepas baju mereka. Yono bersiul-siul. Dia membawa kedua anaknya ke kamar mandi.

"Ayah," kata Dinda, "Kok airnya bau ya?"

"Ah, mungkin air di sini sudah tercemar. Sama seperti dunia ini, sudah tercemar. Enggak apa-apa... mandi saja." Yono masih bersiul-siul. Dan ketika Farrel dan Dinda masih mandi, dirinya kembali ke dapur. Mengambil korek. Lalu, kembali di mana Farrel dan Dinda mandi.

Korek dinyalakan, dilempar, dan bul... Terbakarlah dua anak itu disertai jerit dan erang yang tidak bisa terlukiskan oleh siapapun. Sementara, keduanya menjerit-jetir, Yono kembali ke kursinya memasangkan tali tambang ke eternit. Kini, dia merasa siap membunuh dirinya. Dan dengan satu goyangan kursi itu jatuh, dan tergantunglah Yono di tali tambang itu.

Ketiga orang itu mati.

***

Teti Marlena baru pulang ketika melihat banyak polisi di depan rumahnya. Saat mendekat kepalanya dipenuhi beragam tanya, 'ada apa dengan rumahnya'.

Seorang polisi bernama Yanto segera menemuinya. "Anda, Teti Marlena?"

"Iya, saya sendiri. Ada apa pak?"

"Harap Anda tabah. Dua anak mati terbakar. Suami anak mati gantung diri. Ini ada pesan yang ditujukan untuk Anda."

Teti menangis sejadi-jadinya. Dia menerobos police line. "Farrel. Dinda. Mas Yono."[]

Penulis: @CerpenHoror

0 komentar