Sunday, December 2, 2012

Cerpen Horor: La Malhora

Temanku Isabella menelepon suatu malam tepat sebelum jam makan malam tiba. Dia menangis, saat menceritakan kepadaku bahwa dia dan suaminya, Enrique, bercerai. Dia telah pindah rumah sebelum meneleponku dan saat itu sedang dalam kondisi putus asa.

Aku menelepon suami, yang kala itu sedang dalam perjalanan bisnis ke Chicago. Dia setuju bahwa aku harus pergi ke tempat Isabella selama beberapa hari dan membantunya melewati masa yang sulit. Lalu, aku mengemasi beberapa baju dan segera menyalakan mobil. Perjalanan dari rumahku ke rumah Isabella di Sante Fe berlangsung selama empat jam. Isabella berharap aku tiba sebelum tengah malam.

Selama mengemudi, aku merasa seseorang atau sesuatu sedang duduk di belakang, memperhatikanku. Membuat perasaanku bergidik. Aku mencari lewat spion, tapi tak menemukan siapa pun di sana.

'Jangan konyol,' tukasku pada diri sendiri. Berharap aku sedang tidur saat ini.

Jalanan lengang. Hampir tidak ada mobil berlawanan arah maupun searah denganku. Aku sungguh-sungguh berharap segera sampai di Santa Fe.

Singkat cerita, aku mulai menyusuri jalan samping menuju rumah Isabella. Saat aku mendekati persimpangan jalan kecil, aku melihat seorang wanita menyeberang sembarangan. Aku menginjak rem dan berteriak ketakutan, seraya berharap aku tidak menabraknya. Sayang terlambat. Rem yang kuinjak tidak cukup untuk menghentikan laju mobilku. Aku menabrak wanita itu.

Aku panik. Lalu, mencari-carinya. Belum sempat keluar mobil, aku melihat wanita itu berada tepat di samping jendela, melihatku. Dia memiliki wajah setan dengan mata merah bersinar dan gigi runcing pendek. Aku berteriak melompat di jendela, tangannya mencakar kaca. Aku menginjak pedal gas dan mobil pun melaju. Dia mengejarku di sisi mobil. Namun, dia terjengkang di belakang. Aku melihatnya dari spion, dia tumbuh dikit sedikit hingga sebesar pohon. Dia menunjuk aku. Dan meski mulutnya bergerak, tak terdengar suara apapun darinya. Aku masih terus melaju, takut degan apa yang dimauinya.

Dalam waktu singkat aku sudah sampai di rumah Isabella. Kemudian, dengan panik, menggedor pintu rumahnya, sambil melihat ke belakang. Takut kalau-kalau wanita berwajah setan itu mengikutiku. Isabella membuka pintu dan membiarkan aku masuk.

"Tutup pintunya, Bella!" seruku.

Isabella yang bingung dengan keadaanku bertanya, "Apa yang terjadi, Jane?" Isabella lalu meraih tanganku dan membawaku ke ruang tamu. Aku tenggelam di sofa dan mulai menangis ketakutan. Beberapa menit kemudian, aku berhasil menguasai diriku dan mulai menceritakan kejadian di tengah jalan tadi.

Isabella tersentak dan mulai bertanya, "Kau yakin dengan yang pengelihatanmu?"

Aku mengangguk, bingung dengan pertanyaannya.

"Pasti La Malhora," tukas Isabella, meremas-remas tangannya.

"Apakah itu buruk?" tanyaku.

"Buruk, Jane. Sangat buruk bahkan," sahut Isabella, "La Malhora hanya muncul di persimpangan jalan saat seseorang mau dihampiri kematian."

Biasanya, aku akan menertawakan hal tersebut dan berkata, 'takhayul'. Tapi penampakan wanita berwajah setan telah mengguncangku. Isabella memberikanku cokelat panas dan memberikanku tempat tidurnya yang hangat. Begitu khawatirnya dia, sampai-sampai dia tidak pernah menyebutkan perceraian atau Enrique.

*

Keesokan harinya, aku merasa jauh lebih baik. Tapi, perasaan takut tetap ada di dalam hatiku sepanjang hari. Tak satu pun dari kami menyebut nama La Malhora. Tapi, kami berdua berpikir lagi ketika aku ingin pulang.

Isabella mengatakan ingin menemaniku. Aku sebetulnya ingin menolaknya mengingat dia masih memiliki masalah dengan perasaannya. Tapi, dia memaksa. Dia bilang, "Aku tidak mungkin membiarkanmu ditemui wanita setan ini sendiri saja." Aku mengalah. Dan mengizinkannya mengantarku pulang.

*

Aku dan Isabella sudah berada di depan rumahku, ketika aku melihat sebuah mobil polisi memasuki halaman rumahku. Aku langsung tahu apa artinya, begitu pula Isabella.

Para petugas berbicara sangat lembut kepadaku. Tapi tidak ada yang bisa melembutkan berita. Suamiku telah dirampok dalam perjalanan kembali ke hotel selepas makan malam terakhir. Dia ditembak di kepala dan tewas seketika.[]

Penulis: @CerpenHoror

0 komentar