Tapi, hari itu, BlackBerry Curve 9300 3G aku ketinggalan. Aku pun bingung bagaimana caranya menghubungi mama. Aku lantas berinisiatif untuk menumpang teman yang tinggal tak jauh dari rumahku.
"Hani Stifa," aku memanggil Hani temanku yang tinggal tidak jauh dari rumahku itu. Dia menengok. "Kamu pulang bareng siapa?"
"Nanti aku pulang sendiri, naik sepeda, kenapa, Chucky?"
Aku meringis. Sebetulnya aku sungkan meminta tolong padanya, karena kami belum terlalu akrab. "Gini, BlackBerry aku kan ketinggalan, jadi enggak bisa menghubungi Mama. Mungkin aku enggak dijemput hari ini. Maukah kamu memboncengi aku, rumah kita kan dekat?"
Untung Hani Stifa baik hati dan tidak sombong. Dia bersedia memboncengi aku naik sepedanya. "Baiklah." jawabnya sambil tersenyum.
Ketika bel pulang berbunyi, aku tengah bersiap memboncengi Hani. Namun, tiba-tiba aku melihat mama di gerbang sekolah.
"Han, Han, berhenti, Mama aku ada di gerbang sekolah. Aku tidak jadi membonceng kamu ya," kataku.
Hani Stifa langsung mengerti dan segera meninggalkanku dengan sepedanya. Aku segera menghampiri mama. "Lho, enggak ditelepon kok ngejemput?"
"Lha, bukannya tadi Chucky nelepon ke BlackBerry Mama minta dijemput?"
"Aku tidak menelepon Mama kok. Soalnya, BlackBerry aku ketinggalan, Ma," sahutku.
Mama pun hanya mengernyitkan dahi. Sementara di benakku tersimpan banyak tanda tanya.
Sesampainya di rumah, aku segera memeriksa BlackBerry aku. Dan benar saja, BlackBerry aku ketinggalan di atas meja belajar dalam kondisi mati. Kalau begitu siapa "penelepon baik hati" yang menelepon mama?[]
Penulis: @CerpenHoror
0 komentar