Sang kuncen berpesan agar mereka mendaki melalui jalur yang sudah umum saja. Tak perlu aneh-aneh membuat jalur sendiri atau melontarkan kata-kata yang tak pantas diucapkan. Salah-salah bisa kualat.
Mendaki gunung tak dapat dilakukan dalam satu hari. Butuh beberapa hari untuk sampai ke puncaknya. Mereka ini mengalami kejadian-kejadian di luar nalar. Di malam pertama, kawan-kawan Benny teriak-teriak.
“Gempa! Gempa!”
Benny sendiri tak merasakan getaran yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik itu. Justru, dia melihat “sesuatu” berwarna putih berkelebat di atas kepalanya. Menurut pengetahuan Benny, sekelebatan itu sosok “orang sakti”.
Di malam kedua, saat tengah berjalan menuju pos untuk beristirahat, Benny melihat siluet hitam di atas batu – bentuk serupa benar dengan orang jongkok dengan kepala mengarah ke bawah. Secara spontan, Benny menyapa makhluk itu dengan sebutan kisanak macam cerita-cerita silat Koo Ping Ho.
“Permisi Kisanak, saya numpang lewat,” ucap Benny.
Kawan-kawan lainnya, yang tak melihat penampakan itu bertanya pada Benny. “Ben, ngomong sama siapa kamu?”
Yang hanya ditanggapi Benny dengan gelengan tanpa jawaban.
Malam ketiga merupakan malam paling menakutkan tinimbang dua malam sebelumnya. Saat rombongan sedang berjalan, Benny melihat penampakan sebuah gerbang gaib – yang menurut pengakuan Benny, macam gerbang kerajaan zaman dulu yang sangat megah. Gerbang gaib itu seolah memiliki magnet yang menarik hati Benny untuk memasukinya. Hanya tinggal beberapa langkah lagi sebelum Benny memasuki gerbang kerajaan itu, terdengar bisikan dalam hatinya. “Ben, jangan macam-macam. Ini bukan mainan. Pulanglah…”
Benny seolah tersadar dari pengaruh gerbang mistis tersebut dan segera berbalik arah. Tahu-tahu, kawan-kawannya sudah tak ada di dekatnya. Ternyata Benny terpisah dari rombongannya. Benny mencoba menghubungi kawan-kawannya lewat HT, sayangnya sia-sia. Sinyal HT maupun handphone raib di kawasan ini. Tapi, setelah kembali ke jalur resmi, Benny berhasil menyusul kawan-kawannya. Benny bersyukur masih diberi keselamatan karena tak jadi masuk ke gerbang gaib tersebut.
Keberadaan gerbang gaib tersebut sudah menjadi urban legend di sekitar Cirebon. Beberapa kawan yang pernah mendaki juga membenarkan keberadaan gerbang tersebut. Konon, gerbang gaib itu adalah gerbang Kerajaan Padjajaran yang hingga kini tak ditemukan sisa-sisanya. Cerita para pendaki yang menghilang tanpa ditemukan jasadnya dipercaya memasuki gerbang gaib ini. Karena itu, mereka tak pernah bisa kembali lagi. Hiii…
Setelah kejadian itu, akhirnya mereka sampai di puncak. Total waktu tempuh pendakian hingga ke puncak Gunung Ceremai memakan waktu empat hari tiga malam. Berbeda jauh dengan perjalanan turun yang memakan waktu hanya empat jam saja. Aneh?! Barangkali ini faktor naik atau faktor turun, ditinjau sisi kelogisannya. Tapi, jika ditinjau secara spiritual? Entahlah…[]
Nb. kisah ini merupakan pengalaman broBenny, kawan dari YudiBatang, artikel asli diambil di sini. Ditulis ulang dengan gaya sendiri.
Follow Twitter kami di @CerpenHoror
0 komentar