Karena masih nganggur, Andri masih kerap menghabiskan waktu bersama kawan-kawan sebayanya. Istilah orang kota sih kongkow.
Di malam Jumat Kliwon, Andri bertandang ke rumah salah seorang kawannya yang rumahnya tak sebegitu jauh. Kira-kira 200-an meter. Tak seperti jalan di kota, jalan desa gelap dan sepi - walaupun hanya 200-an meter. Kiri kanan cuma ada kebon dan pohon-pohon. Suasananya bikin spooky.
Demi mengusir sepi, Andri menyulut sebatang rokok. Lalu, terus berjalan sambil tengok kiri kanan. 50 meter berlalu, tak ada apa-apa. Hanya suasana sepi malam dan suara serangga malam. Sekitar 50 meter berikutnya, beberapa benda-benda kecil seperti dilempar di depan Andri. Krutuk... krutuk... krutuk... Andri terkejut.
Penasaran, Andri membungkuk dan mengambil satu per satu benda-benda kecil yang terjatuh di depannya. Setelah diamati, ternyata benda-benda kecil tersebut, buah melinjo. Dan... buah melinjo itu masih muda, terlihat dari warnanya yang hijau. Bukannya lari ketakutan, Andri malah melemparkan kembali buah melinjo ke arah poon melinjo di sebelah kanan jalan. Saat Andri mau melanjutkan jalan, terdengar suara seperti dahan pohon yang digerakkan. Krosak... krosak... krosak... Andri menengok ke arah suara tersebut.
Glek. Ternyata genderuwo tinggi besar setinggi pohon kelapa berwarna hitam. Di kepala genderuwo itu ada satu tanduk panjang melengkuk ke atas jidatnya. Makhluk tersebut sedang berayun-ayun di atas pohon melinjo. Merinding seluruh tubuh Andri. Muncul rasa takut sangat hingga ingin lari, tapi Andri tak bisa bergerak. Jantung Andri berdetak kencang. Genderuwo itu mengayun-ayunkan dahan melinjo dan buah melinjo pun bertebaran di sekitar Andri.
"Mbah, putumu ajeng liwat (Mbah, cucumu mau lewat)," kata Andri.
Setelah berkata itu, seketika genderuwo tersebut menghilang dan berubah menjadi asap putih. Dengan perasan takut dan jantung yang masih kencang berdesir, Andri lari ke rumah kawannya. Malam itu, dia tak pulang ke rumah, nginap di rumah kawannya itu.[]
Follow Twitter kami di @CerpenHoror
0 komentar