Todhmoyutho*)
Jl.Kamboja No.121 Kota X, Propinsi X Kode Pos XXXXX
Kucek lagi nama dan alamat tujuan pengiriman buku Kumpulan Mini Horror di amplop coklat. Udah gak salah lagi. Udah sesuai sama yang tertulis di berita wesel pos yang kuterima kemarin. Buku terbungkus amplop itu kuserahkan pada petugas titipan kilat didaerahku. Setelah membayar ongkos pengiriman, aku pun segera kembali ke rumah untuk melanjutkan gabung di grup facebook. Lega sudah rasanya. Bisa secepatnya mengirim buku ke pemesan.
13398845691270146518
Seminggu kemudian, siang hari itu HPku berdering. Segera kuterima telepon itu.
“Mas, bisa nggak ke kantor titipn kilat sekarang. Nih, buku yang Mas kirim kembali” suara di telepon.
“Kok bisa? Disitu alamat jelas kan? Malah kelihatannya dalam kota, tuh!” jawabku.
“Iya, Mas! Tapi… Mas kesini aja deh! Entar aku ceritain!”
Mau gak mau aku harus ke kantor titipan kilat nih. Dengan masih diliputi tanda tanya besar, aku pun berganti pakaian dan segera tancap gas ke kantor titipan kilat yang jaraknya sekitar sekiloan meter.
“Kenapa bisa kembali sih bukunya, Mas?” tanyaku setiba di kantor titipan kilat.
“Horror, Mas!”
“Kok tau kalau yang kukirim itu buku Horror? Hayo, Mas baca, ya?”
“Maksud saya, kejadiannya yang horror, Mas! Yang ngantar buku ini gak bisa menemukan alamat yang mas tulis ini!”
“Kok, bisa? Kan kelihatannya itu alamat ada dalam kota, Mas!”
“Mas, tau nggak? Alamat di jalan itu yang nomor 120 dan 122 itu memang rumah penduduk. Tapi yang no 121…”
“Yang nomor 121 kan rumah pemesan buku itu!”
“Yang rumah nomer 121 gak ada, Mas. Antara nomor 120 dan 122 itu gak ada rumah, yang ada … Tempat Pemakaman Umum!
“Haaaahhh!?”
***
Catatan:
Kisah hanya fiktif belaka
Nama asli pemesan ( tanda *) bisa diketahui jika anda menggunakan rumus seperti dalam penamaan merk kaos jogja DAGADU ( harus hapal urutan huruf Jawa)
Properti terbuat dari bahan yang tidak berbahaya
Penulis: Edy Santosa | Kompasiana | Pic
0 komentar