Waktu sudah menunjukan pukul 00.00. namun entah mengapa mataku enggan terpejam. Kubuka kembali tirai jendela kamarku. Remang-remang bulan dan pohon rambutan di depan rumahku menghiasi malam itu. Walaupun begitu sunyi, namun seakan-akan pohon rambutan itu digelayuti makhluk-makhluk putih sambil tersenyum padaku. Segera kutepis bayang-bayang itu. Kututup kembali tirai jendelaku.
Lalu aku beranjak menuju kamar mandi. Saat itu aku berada di rumah sendiri. Karena ayah, ibu, dan adikku sedang berada di jogja, dirumah nenekku. Niatku untuk buang air kecil, dan mencuci muka mandadak meredup. Seakan-akan saat aku berjalan menuju kamar mandi, di belakangku aku terperanjak bagaikan seseorang sedang mengamatiku. Betapa kagetnya aku, sesuatu terjatuh dari atas ruang dapur. Berwarna putih bersih, beraroma anggur. Dan dihiasi gambar hati di bagian bawahnya. Seperti gaun putih. Lalu kuambil gaun itu. Indah sekali. Namun lumayan berat. Di bagian bawah, dan di bagian dalam tertulis “Siromana.” Pikirku, mungkin ini adalah nama dari pemilik gaun ini.
Namun aku berpikir, dari mana gaun ini jatuh? Lalu kubawa gaun tersebut ke kamarku. Kuamati lagi gaun itu. Kutempel-tempelkan ke tubuhku, sambil aku berkaca. Betapa indahnya. Namun aneh, di bagian tengah gaun itu, ada noda berwarna merah. Lalu ku cium noda merah itu. “Acchhrr… berbau anyir dan berbau anggur…” pikirku saat itu. Namun ada niatku untuk memiliki gaun itu. Akan kucuci keesokan hari. Dan ku pakai pada acara pesta dansa malam Valentine di villa-nya Deski minggu depan. Pasti aku akan kelihatan cantik jika aku mengenakan gaun itu. Lalu, mataku mulai mengantuk. Dan kusimpan kembali gaun itu ke dalam lemariku. Dan aku beranjak tidur ke atas kasur di kamarku.
Pagi sekali aku sudah terbangun dari tidurku. Perlahan ku langkahkan kakiku menuju ke kamar mandi. Kubasuh mukaku. Kutatap wajahku di kaca kamar mandi. “ ASTAGAA!!!” teriakku. Karena kulihat ada bayangan wanita memakai gaun putih di pantulan kaca itu. Segera aku membalikkan tubuh dan melihat ke belakangku. Apa aku salah lihat? Karena tak ada seorang pun di belakangku. Mungkin ini hanya khayalanku. Tapi, rasa-rasanya aku kenal gaun yang dipakai wanita itu. Ya, itu gaun yang aku temukan malam tadi. Lalu aku bergegas berlari menuju kamarku. Kubuka lemariku. Ternyata gaun itu masih tetap ada di lemari kamarku. Lalu kuambil gaun itu. Dan kuamati kembali. Kulihat noda merah itu semakin banyak, padahal tadi malam noda ini belum selebar ini. Kubawa gaun itu ke kamar mandi, dan kucuci.
Tapi aneh, air yang bekas cucian gaun itu, tak berwarna merah. Padahal gaun tersebut ternoda merah. Aku penasaran dengan noda itu. “Apa noda merah ini?” pikirku. Kucium, dan kupejamkan mataku. Saat aku memejamkan mata, sketsa peristiwa seperti terlintas di pikiranku. Entah dari mana namun itu seperti nyata. Aku seperti melihat, sesosok gadis Belanda yang amat cantik mengenakan gaun ini, dan berdansa. Senyumnya manis sekali. Sepertinya dia berdansa di dalam acara sebuah pesta dansa. Dan di peristiwa itu, sepertinya tempatnya berada di rumah ini, di ruang tengah. Lalu segera kubuka mataku. Aku sedikit takut. Lalu segera kujemur baju itu di belakang rumahku.
***
Yap, hari yang kutunggu-tunggu telah tiba. Hari ini adalah hari Valentine dan nanti malam aku akan menghadiri acara pesta dansa di villa-nya Deski. Aku bingung apa aku harus menngenakan gaun yang amat indah itu? Aku takut aku terlalu mencolok pada malam nanti. Tetapi tak apa, aku memang kepingin sekali mengenakan gaun ini.
Waktu sudah menunjukan pukul 19.00. segera aku bersiap-siap berhias diri. Kubedaki wajahku, kusisir rambutku, dan kuambil gaun ku didalam lemari kamarku. Perlahan kukenakan gaun itu. “Wow… great! Beautiful!” aku terlihat cantik sekali. Aku menari-nari bahagia. Aku juga bernyanyi-nyanyi. Aku merasa wanita paling cantik di dunia saat aku mengenakan gaun ini. Tetapi entah mengapa mendadak kepalaku pusing. Perutku mual. Dan aku tak bisa melihat dengan jelas, hanya remang-remang. Dan aku terjatuh. Lalu pingsan. Saat aku pingsan, aku seakan masuk ke dalam dimensi lain. Aku berjalan di suatu acara malam pesta dansa. Namun aneh sepertinya tak ada satu orangpun yang mengetahui keberadaanku. Padahal saat itu aku berada di suatu keramaian. Dan memang acara itu sepertinya di adakan di rumah baruku ini, oleh orang-orang Belanda. Aku mengikuti seorang wanita yang memakai gaun yang gaunnya itu persis seperti gaun yang aku kenakan saat ini. Ku ikuti geraknya. Dia terlihat sedang berdansa dengan kekasihnya.
Lalu dia duduk dan meminum anggur dengan kawan-kawan dan kekasihnya. Tetapi kulihat, salah satu temannya melirik dan tersenyum kepada kekasihnya. Ya, temannya itu begitu aneh tingkahnya. Lalu saat wanita itu hendak meminum anggur dan bersulang, tiba-tiba temannya menyenggol gelas yang dibawa wanita itu dan tertumpah ke gaun wanita itu. Dan aku juga melihat kekasihnya mengajak wanita itu ke dalam kamar. Tetapi sungguh aneh, teman wanita tadi mengikuti gerak mereka berdua ke dalam kamar. Dan saat kekasihya membaringkan dia ke ranjang tiba-tiba “craaaaasssshhh” aku menjerit.
Wanita itu ditusuk pisau oleh kekasihnya sendiri. Lalu temannya itu segera memunculkan diri, dan meludahi wanita yang tak berdaya tadi. Kulihat noda anggur tadi sudah tertutupi oleh noda merah darah. Perlahan wanita itu lemas dan tewas.
Ingin kubantu wanita tadi, tetapi aku tak dapat menyentuhnya. Lalu mayat wanita itu disembunyikan dan dikubur oleh mereka di dekat pohon rambutan yang ada di depan rumah. Namun, sebelum mereka mengubur mayat itu, kulihat gaun yang dikenakan wanita tadi dilucuti, dan diambil oleh temannya. Mereka tertawa. Betapa kejamnya pikiriku. Kekasih tega membunuh demi berselingkuh dengan kekasih sahabatnya sendiri. Lalu aku terbangun aku merasa sedikit pusing.
Saat aku terbangun kulihat remang-remang ada sesosok bayangan. Ya, aku kenal bayangan itu. Itu adalah wanita yang ada di mimpiku tadi. Dia menatapku. Sepertinya dia ingin aku mengikutinya. Lalu kuikuti wanita tadi. Sepertinya dia menuju ke arah pohon rambutan yang ada di depan rumahku itu. Sampai di sana, dia membalikkan tubuhnya dan menatap ke arahku. Dia tersenyum. Lalu tangannya menunjuk ke arah gaun yang aku kenakan saat itu. Lalu menunjuk ke arah tanah tempat mayatnya dikubur. Ya, aku mengerti. Mungkin dia memberi kode untuk menguburkan gaun itu ke dalam kuburannya.
“Kau ingin gaun ini aku kuburkan ke dalam sini?” tanyaku sambil menunjuk kea rah kuburan itu.
Kulihat dia mengangguk. Lalu aku bergegas menuju kamar. Kulucuti gaun itu. Dan aku kuburkan ke dalam tanah tadi. Dan kutimbun kembali. Tiba-tiba wanita itu muncul kembali, dan dia sepertinya meneteskan air mata dan tersenyum padaku. Kulihat ia terbang ke atas langit. Ia semakin tinggi, lalu ia sirna. Kupikir, pasti dia sudah tenang. Aku merasa bahagia. Lalu aku kembali menuju ke rumah. Saat aku menutup pintu, tiba-tiba mobil ayahku datang. Ternyata mereka sudah pulang dari Yogyakarta.
“Viona, ini mama bawakan oleh-oleh, sini sayang!”
“Iya ma, apa itu?”
“Ini sayang, gaun putih, indah kan?”
Betapa kagetnya aku, gaun itu mirip sekali dengan gaun Siromana. Aku tersenyum. Kucium gaun itu. lalu kuangkat. “Iya, Ma, bagus sekali. Aku suka gaun ini. Gaun yang tak berbau anggur…” ucapku.
**SELESAI**
Penulis: Momo Angelina | Lokerseni
0 komentar