Seperti biasa, saat makan siang pun berjalan lancar. Artinya, kami benar-benar refreshing dengan aneka guyonan yang terlontar. Benar-benar lupa dengan kerjaan di kantor. Singkat cerita, selepas makan siang, kami langsung beranjak dan berencana balik ke kantor. Namun, saat hendak membayar parkir mobil, aku dikejutkan dengan teguran dari tukang parkir.
Saat itu, tukang parkir menyerahkan uang lima puluh ribuan padaku seraya berujar,
"Mbak, tadi uangnya jatuh pas mbaknya turun dari mobil. Tadi mau dipanggil, mbak udah keburu masuk."
Ini Jakarta dan masih ada orang jujur seperti tukang parkir tersebut? Masyallah. Seketika aku ingat dengan sejumlah gaji yang kuterima setiap bulannya. Kemana perginya uang-uang itu? Bagaimana dengan gaji tukang parkir yang tidak seberapa? Mengapa ia masih jujur? Sedangkan aku, korupsi waktu hanya karena bosan dengan rutinitas kantor.
Saat itu, aku hanya bisa melongo mendapati tukang parkir yang tersenyum seraya menyerahkan uang padaku. Dengan gelengan pelan seraya tersenyum, aku menjawab bahwa uang itu adalah haknya, untuknya. Dan, tak lupa, aku mengucapkan terima kasih atas pelajaran yang diberikan.
---
Bagaimanapun, jujur adalah kunci hidup. Dengan hidup jujur, maka Tuhan akan mengantarkanmu pada segala kebaikan.
Sumber: Vemale.com
0 komentar