Sebelumnya, aku tinggal di sana seperti biasanya dan tidak pernah memikirkan hal-hal semacam yang kusebutkan di atas. Hingga kedatangan pria itu. Yang mengaku bernama Chucky. Ia datang saat aku sedang duduk di luar. Chucky tua kemudian bertanya kepadaku.
"Apakah kau tinggal di gedung ini?" tanyanya dengan suara paraunya.
"Ya," jawab sahutku.
"Kalau begitu kita sama. Aku juga tinggal di sini sejak lahir... Dan bla... Bla... Bla..." Chucky tua menceritakan dirinya dengan sangat membosankan. Sungguh aku tidak begitu tertarik mendengar ceritanya. Untuk apa mendengarkan celoteh pria tua? Untuk mengetahui nostalgia kejayaannya di masa lalu. Membosankan!
Namun, rasa bosan itu berganti rasa tertarik saat ia bercerita tentang seorang pria yang bunuh diri di gedung yang sama dengan tempatku tinggal.
"Pada tahun 1900-an..." Si Chucky tua mulai bercerita.
Pada tahun itu, seorang pria tinggal di gedung yang sama dengan tempatku tinggal. Pria yang tinggal cerita ini tinggal di sini dengan kehidupan yang normal selama beberapa waktu. Hingga ia kehilangan pekerjaannya.
"Kau tahu kan? Seorang filsuf pernah berkata jika kau ingin bahagia, maka bekerjalah. Dan kehilangan pekerjaan tentu dapat membuat seseorang menjadi depresi. Hal yang sama terjadi pada pria kita ini," tutur si Chucky tua.
Pada waktu itu, kondisi perekonomian sangat sulit. Tidak seperti saat ini yang bisa dengan mudahnya mencari pekerjaan. Dengan tidak adanya pekerjaan baginya, tentu saja sangat sulit baginya untuk "bergerak". Hal-hal seperti mencukupi kebutuhan diri sendiri, biaya sewa, pajak, dan lain sebagainya. Selama beberap waktu, pria itu masih bisa kuat. Namun, lama-kelamaan ia tidak tahan lagi. Apalagi, pemilik gedung selalu menagih uang sewa.
Karena terlalu lama menunggak, pemilik gedung mengultimatumnya. Jika tidak dilunasi, silakan angkat kaki. Makin patah semangatlah pria itu. Ia berniat bunuh diri untuk menyelesaikan masalah hidupnya. Pada suatu malam yang gelap, ia melaksanakan niatannya sesaat sebelum diusir. Pria itu naik ke atas gedung. Setelah mengucapkan selamat tinggal pada penderitaan hidupnya, ia lalu melompat.
"Apakah masalah selesai?" tanya si Chucky lagi.
Aku menggeleng. Tidak tahu.
"Tentu saja tidak. Sejak kejadian itu, berminggu-minggu berikutnya, arwah pria itu penasaran. Dan sering mengganggu beberapa orang sekitar dengan suara-suara aneh. Hingga kini..." Chucky tua berhenti bicara.
Ia pergi meninggalkanku. Aku tidak berpikir apa-apa tentang cerita itu. Sampai aku teringat kejadi yang terjadi pada Jessica. Ia tinggal di lantai atas apartemen pernah menceritakan kisah kepadaku.
Waktu itu, saat pulang terlambat ia melihat seseorang berdiri di tangga darurat. Jessica memanggil-manggil orang itu, tapi ia tak meresponsnya. Sesaat Jessica berbalik dan menelpon seseorang untuk meminta bantuan. Tapi, ketika ia berbalik kembali, sosok misterius itu sudah tidak ada lagi.
Setelah mengetahui kisah Jessica dan Chucky tua, aku benar-benar ketakutan berada di gedung ini. Lalu, aku bercerita pada Jessica tentang pria yang bunuh diri itu dan si Chucky tua. Jessica menutup mulutnya. Ia berkata, "Itulah nama pria yang bunuh diri itu." Aku semakin ketakutan. [CJ]
Foto
0 komentar