Jujur, awalnya sempat ragu kalau membaca karya-karya Edgar Allan Poe bakalan terpesona sama kekhasan cerpen-cerpen horrornya. Kuno, begitu para kritikus kekinian bilang. Dan membosankan! Catat... Cerita-cerita mereka soal Edgar Allan Poe membuat malas juga baca. "Ngapain dibaca kalau memang membosankan, betul?"
Ada pemeo: "tak kenal maka tak sayang". Nama besar Edgar Allan Poe di jagat kesusasteraan dunia yang membuat "rangsangan" menarik dan bikin penasaran. Lebih-lebih ketika mengedit naskah lama karya Mohammad Diponegoro, yaitu: Yuk, Nulis Cerpen Yuk! Berbekal itu, dan ketidaktahuan, menceker-ceker juga di Gramedia. Hasilnya? Buku bertajuk Kisah-kisah Tengah Malam karya Edgar Allan Poe yang sudah diterjemahkan oleh Maggie Tjojakin ada di tangan.
Masih dengan perasaan yang pesimis ketika membacanya. Semua itu berbalik begitu memilih beberapa cerita menarik di dalamnya. Sebelumnya cerpen berjudul Kucing Hitam sudah pernah baca di buku lain, terbitan penerbit Narasi, Yogyakarta. Dan memang tidak menarik, membosankan. Mungkin itu disebabkan sama penerjemahnya. Bisa jadi. Balik ke buku Kisah-kisah Tengah Malam. Setan Merah dibaca malam-malam. Ek, eww... ini cerpen lumayan bikin bulu kuduk merinding.
Pernah membayangkan ada wabah besar? Kemudian, semua rakyat di suruh masuk istana berdinding rapat supaya tak terkena wabah setan merah. Namun, hasil akhirnya si setan merah ternyata bisa masuk dan akhirnya membunuh semua manusia yang ada di dalamnya...
Ini membutuhkan teknik tersendiri. Coba saja kalau tak percaya... [Chucky]
0 komentar