ilustrasi hantu Lisa - r |
“Kayaknya, aku pengen ikutan ngelembur juga deh, Nin,” sahut Lisa, “Itung-itung sekalian nemenin kamu.”
Ninoy tersenyum. Memang akan terasa sangat sepi sekali kalau ngelembur kerjaan tanpa ada seorang rekan kerja satu pun. Dan kehadiran Lisa membuat Ninoy senang. Lisa kemudian duduk di mejanya yang terletak bersebelahan dengan meja Ninoy.
“Eh, gue mau ke pantry nih bikin kopi. Lo mau? Kalau mau nanti sekalian gue bikinin,” tawar Lisa kepada Ninoy.
Ninoy mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitor. Lisa segera berjalan ke pantry.
“Eh, Lis...” Lisa berhenti kemudian menengok ke arah Ninoy. “Gulanya jangan banyak-banyak ya. Hehe... Thanks ya before.”
Lisa tersenyum, kemudian melangkah lagi menuju pantry.
Ninoy melirik arloji di pergelangan tangannya. Sudah hampir 15 menit, Lisa belum juga kembali. ‘Kok lama sekali?’ begitu batinnya berkata. Bukan apa-apa, ia sangat membutuhkan asupan kafein di dalam kopi dalam jumlah tertentu. Sudah tak terhitung lagi berapa banyaknya dia menguap akibat kantuk.
Akhirnya, Ninoy pun memutuskan untuk menyusul Lisa ke pantry – sekalian ngecek sekiranya ada apa-apa dengan Lisa. Tiba-tiba, suara dering Blackberry Ninoy memecah kesunyian kantor. Membuat Ninoy terkejut. ‘Ah, mengapa mengagetkan saja sih?’ Sama sekali berbunyi pada waktu yang tidak tepat.
Ninoy mengambil Blackberry dari kantong celananya kemudian mengangkatnya.
“Halo, Mer?”
“Woiii, Nin, kamu nggak kemari? Udah ditungguin nih. Anak-anak dah pada ngumpul!”
“Sori gue absen dulu nih. Kerjaan gue belum kelar. Masih banyak. Padahal dikumpul besok.”
“Ah, gimana kamu ini? Tadi bilangnya bisa. Udah deh cepetan ke sini. Udah ditungguin anak-anak nih. Tanpa banyak alasan!”
“Nggak bisa. Untuk kali ini aku absen dulu deh,” sahut Ninoy memelas.
Akhirnya Merry mengalah. “Yaudah deh. Lo ngelembur di kantor sama siapa?” tanya Merry lagi.
“Sama Lisa.”
“Lisa?!”
“Iyaaa…”
“Lho Lisa ada di sini kok…”
Ninoy mengerutkan kening. “Seriusan? Boong kamu. Lisa sama aku di sini, Mer. Dia lagi bikinin aku kopi di pantry. Nih, aku lagi nyusul ke sana,” Ninoy mencoba meyakinkan Merry.
“Beneran, Nin. Ngapai juga aku boong sama kamu,” jawab Merry, “Kupanggilin Lisa ya. Biar kamu ngomong sama dia langsung.”
“Halo Nin?” tanya Lisa di seberang sana.
Deg. Jantung Ninoy berdegub kencang. Suara itu beneran suara Lisa. “Kamu beneran Lisa?”
“Iya, Nin, kenapa emangnya?”
“Kalau kamu Lisa, terus siapa Lisa yang ke pantry bikinin aku kopi?” tanya Ninoy mulai ketakutan.
Ninoy menengok ke pantry. Tak ada siapa-siapa di sana. Ia pun segera balik badan dan kabur dari tempat itu sekarang juga. ‘Sial! Kenapa aku nggak menyadarinya?”
Ninoy baru beberapa langkah meninggalkan pantry, ketika namanya dipanggil.
“Nin, kamu mau ke mana?” tanya suara itu.
“Gue udah selesai, gue mau pulang!” jawab Ninoy tanpa mempedulikan suara itu dan tetap melangkah. Keringat dinginnya sudah mengucur.
Sebuah tangan memegang pundak Ninoy. Ninoy memejamkan matanya. Suara itu bertanya lagi sambil membalikkan tubuh Ninoy. “Kamu udah selesai? Apa kamu udah tahu kalau aku bukan Lisa?” kata suara itu mendekatkan wajahnya pada wajah Ninoy.
Tak ada yang dilakukan Ninoy. Tubuhnya mendadak kaku tidak bisa digerakkan. Lantas, semua pun menjadi gelap bagi Ninoy!
diambil dari blog Lilih Prilian Ari Pranowo
3 komentar