Di saat malam Halloween, para anak-anak dan remaja-remaja merayakan malam tersebut dengan sangat meriah. Mereka mengenakan pakaian seram layaknya sesosok yang menakutkan seperti penyihir, setan, hantu goblin dan sosok menakutkan lainnya. Tradisi perayaan malam Halloween ini di rayakan tepat pada setiap tanggal 31 Oktober. Selain mengenakan pakaian seram, mereka juga meminta permen atau coklat ke rumah-rumah tetangga sambil berkata “trick or treat!”.
Dan di suatu malam Halloween, ada seorang anak berumur sekitar 11 tahun sedang menghiasi rumahnya dengan lampu gantung berwarna-warni dan menaruh sejumlah Jack o’-latern (yang sering kita sebut dengan labu Halloween) di depan pintu rumahnya. Anak itu menaruh lilin di dalam labu-labu yang ia pajang, agar kelihatan lebih terang dan lebih menakutkan di saat malam mulai gelap.
“Hai Elena!” sapa sekelompok anak yang sedang berjalan-jalan.
“Hai teman-teman!” sapa Elena kembali.
Elena lalu menghampiri teman-temannya dan ikut mereka meminta permen dan coklat ke rumah tetangga mereka.
“Elena, apa yang sedang kau lakukan tadi saat di rumah?” tanya seorang temannya.
“Aku hanya menghias rumahku dengan pernak-pernik Halloween,” jawab Elena.
“Oh….begitu,” ucap sang teman.
Di saat malam sudah mulai larut, mereka ingin pulang ke rumah masing-masing. Tapi, Dominic mengajak teman-temannya mencari apel dan meminta permen ke rumah-rumah orang yang tinggal di dalam hutan Ebeline. Mendengar usul temannya itu, Elena menolak ajakan temannya tersebut. Karena hutan Ebeline adalah hutan yang sangat menyeramkan.
“Teman-teman, aku tak mau ikut bersama kalian,” kata Elena kepada teman-temannya.
“Mengapa kau tak mau ikut Elena?” tanya Dominic.
“Aku takut pergi ke hutan tersebut, ibuku pasti akan mencariku. Dan kalian pasti tahu sendiri kan, hutan itu sangat menyeramkan,” jawab Elena takut.
“Kamu ini bagaimana sih Elena, kita kan sudah besar, seharusnya kita tak harus takut dengan hal-hal yang menyeramkan seperti itu! Tapi terserah kamu saja, kalau kamu tak mau ikut juga tidak masalah, kami bertiga saja yang akan pergi ke hutan itu,” ujar Dominic kecewa.
Ketiga teman Elena pun segera pergi ke hutan Ebeline. Sedangkan Elena kembali pulang ke rumahnya. Tapi, sebelum Elena pulang ke rumah, ia mempunyai firasat buruk akan kepergian teman-temannya tersebut. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres di dalam hutan tersebut. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi menyusul teman-temannya tersebut dengan hati gelisah.
Sesampainya di hutan Ebeline, Elena memanggil nama teman-temannya.
“Dominic, Andreas, Vanessa! Dimana kalian?!” panggil Elena.
“Percuma saja,” kata seseorang tiba-tiba yang tak terlihat wujudnya oleh Elena.
“Suara siapa itu?” tanya Elena.
“Ya, percuma saja kau mencari teman-temanmu itu. Karena pasti mereka sudah menjadi santapan penyihir,” ucap seekor kucing berwarna kuning keemasan yang menghampiri Elena dengan tiba-tiba.
“Hahh? Siapa kau?” tanya Elena dengan heran.
“Perkenalkan, aku Catline, si kucing pemberani,” jawab kucing itu.
“Oh ya? Darimana kau tahu kalau teman-temanku sekarang sudah menjadi santapan penyihir?” tanya Elena kembali.
“Tentu saja aku tahu. Aku ini sudah lama tinggal di hutan ini. Jadi, aku banyak tahu tentang keadaan hutan Ebeline,” jawab sang kucing.
“Oh….begitu ya. Kalau begitu, kau mau tidak menemankanku untuk mencari teman-temanku?”
“Emmm….mau, tapi aku tak bisa menjamin kalau teman-temanmu itu masih bisa selamat.”
“Baiklah….ayo kita cari mereka sekarang!” ucap Elena semangat.
Akhirnya, Elena dan Catline pergi bersama mencari teman-temannya. Saat di tengah perjalanan, Catline mencium aroma kue di tengah-tengah rerimbunan pohon di hutan.
“Sepertinya aku ada mencium aroma kue yang lezat, Elena.” Kata Catline.
“Oh ya? Lebih baik kita mencari asal dari bau itu saja, siapa tahu di sekitar sini ada terdapat rumah-rumah penduduk.” Ujar Elena.
Merekapun segera mencari asal dari aroma kue tersebut, hingga mereka menemukan sebuah rumah kecil di tengah-tengah hutan. Aroma yang mereka cari ternyata berasal dari rumah tersebut. “Permisi!” Kata Elena sambil mengetuk pintu rumah itu.
“Ya, sebentar?” Sahut seseorang dari dalam sambil membuka pintu rumahnya. Dan munculah seorang gadis kecil berambut coklat dari dalam rumah itu.
“Kalian siapa ya? Ada perlu apa?” Tanya gadis tersebut.
“Aku Elena dan ini temanku Catline.” Jawab Elena.
“Oh….ada perlu apa kalian kemari?” Tanya gadis itu lagi.
“Di saat kami sedang dalam perjalanan, kami mencium aroma kue yang tampaknya sangat lezat. Dan kami mencari-cari asal aroma tersebut, hingga kami menemukan rumahmu di tengah-tengah hutan ini.” Ujar Elena.
“Oh begitu. Ya sudah, silahkan masuk.” Kata gadis kecil itu.
Di dalam rumah gadis itu, Elena dan Catline di beri kue coklat yang sangat lezat. Dan gadis itu memperkenalkan namanya, gadis itu bernama Melissa. Ia tinggal di rumah ini sendirian. Pekerjaannya sehari-hari adalah mencari kayu bakar di hutan ini dan nantinya akan di jual ke pasar di pinggiran kota.
“Oh ya, apakah kamu ada melihat teman-temanku lewat di sekitar sini?” Tanya Elena dengan penasaran.
“Seperti apa ciri-ciri mereka?” Tanya Melissa kembali.
“Mereka berjumlah 3 orang, yaitu Dominic, Andreas, dan Vanessa. Kalau Dominic berambut gelap, memakai pakaian kelelawar. Andreas berambut pirang, memakai pakaian drakula, dan Vanessa berambut coklat, memakai pakaian peri.” Ujar Elena.
“Oh ya! Aku pernah melihat mereka di sekitar sini. Tadi mereka pergi ke arah timur, tampaknya mereka akan meminta permen ke rumah Penyihir jahat.” Jawab Melissa dengan raut wajah serius.
“Hahh?! Yang benar? Rumah penyihir itu dimana?” Tanya Elena dengan panik.
“Rumah penyihir itu tak terlalu jauh dari sini, tapi kau harus berhati-hati jika menemui Penyihir itu, sebab ia dapat berubah wujud menjadi apa saja dan siapa saja.” Ucap Melissa.
“Baiklah, kami akan pergi kesana.” Kata Elena.
Tak lama menunggu, Elena dan Catline pun segera meninggalkan rumah Melissa, dan bergegas pergi, agar cepat sampai di rumah Penyihir tersebut. Di dalam perjalanan, Elena dan Catline di kejutkan dengan munculnya kabut putih dengan tiba-tiba, dan mereka berdua tidak dapat melihat dengan jelas di dalam hutan. Kemudian, dengan tiba-tiba munculah seorang perempuan dari balik kabut putih itu. Elena dan Catline pun terkejut.
“Hei kalian! Apa yang sedang kalian lakukan di tengah hutan gelap seperti ini? Apakah kalian tak takut bila ada Penyihir jahat melihat kalian dan akhirnya dia menangkap kalian dan di bawanya pulang ke rumah untuk di jadikan santapannya yang lezat?” Ujar perempuan itu.
“Siapa kau?” Tanya Elena dengan wajah penasaran.
“Aku Viona. Tampaknya kalian sedang mencari sesuatu. Kalian sedang mencari apa?” Tanya perempuan itu.
“Ya, kami memang sedang mencari teman kami. Apa kau pernah melihat mereka? Mereka berjumlah 3 orang.” Tanya Elena.
“Oh, sepertinya aku tahu orang yang sedang kalian cari. Sepertinya mereka sedang menuju ke rumah Penyihir jahat. Kalau tak keberatan, aku mau mengantarkan kalian ke rumah Penyihir itu.” Jawab Viona.
“Ya. Sepertinya itu ide yang bagus!” Kata Elena dengan tersenyum gembira.
“Tapi, apa kau tak takut mengantarkan kami ke rumah Penyihir jahat? Dia kan Penyihir yang jahat.” Tanya Elena.
“Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan hal seperti itu.” Jawab Viona.
Merekapun segera pergi ke rumah Penyihir. Tak lama, mereka pun sampai di depan rumah Penyihir itu.
“Ayo, aku antar masuk ke rumahnya.” Ajak Viona.
“Wow….berani sekali dia masuk ke rumah Penyihir jahat.” Ujar Elena dalam hati.
Mereka pun mengetok pintu Penyihir, tapi sepertinya tidak ada orang di dalam rumah tersebut. Rumah itu tampak seram dan sepi. Elena, Catline, dan Viona pun segera masuk ke dalam rumah Penyihir itu. Tanpa Elena sadari, Viona dengan pelan menutup pintu rumah itu dan ia pun berubah dengan tiba-tiba menjadi sesosok Penyihir.
Ia berkata, “Hahahaha…….kalian sudah tertipu!” Ucap Penyihir itu.
Ternyata Viona itu adalah seorang Penyihir yang menyamar menjadi orang baik.
Penyihir jahat itu pun langsung mengikat Elena dan Catline dan menyekap mereka berdua di dalam ruangan yang gelap. Penyihir itu akan menyiapkan bumbu-bumbu untuk memasak Elena dan Catline. Ternyata, Dominic, Andreas, dan Vanessa juga disekap oleh Penyihir di ruangan yang sama. Sehingga mereka bertemu, tapi mereka sekarang sedang di ikat dan tak bisa berbuat apa-apa.
Di saat mereka sedang kebingungan mencari cara untuk lari dari rumah si Penyihir, tiba-tiba Catline mempunyai ide bagus. Catline segera memutuskan tali yang mengikat mereka dengan kuku Catline yang tajam. Tak lama kemudian, mereka semua lepas dari ikatan si Penyihir.
Mereka segera mengatur rencana agar bisa melumpuhkan si Penyihir dan dapat lolos darinya. Dominic dan Andreas akan bersembunyi di bawah meja dapur si Penyihir, sedangkan Elena, Vanessa dan Catline akan memasukkan ramuan di dalam minuman si Penyihir agar Penyihir merasa pusing dan akan kehilangan semua kekuatannya.
Di saat Penyihir sedang pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar, Elena, Vanessa dan Catline memasukkan ramuan itu ke dalam minuman si Penyihir.
Sekitar 20 menit, Penyihir jahat itu kembali lagi ke rumahnya, karena merasa letih, dia langsung meminum minumannya tersebut. Ia sama sekali tak tahu bahwa minumannya itu sudah di beri ramuan yang dapat membahayakan dirinya.
Setelah ia meminum minumannya, Penyihir sangat merasa pusing, dan dia juga terlihat lemah. Melihat kejadian itu, Dominic dan Andreas yang berada di bawah meja pun langsung meletakkan tali di atas lantai, dan segera menariknya saat si Penyihir sedang pusing.
“Gubraaakkkk!!!!!!!!” Si Penyihir langsung terjatuh kesakitan.
“Yeeeyyy!!!!!!!!! Kita berhasil!” Teriak Dominic, Elena, Andreas, Vanessa dan Catline dengan gembira.
“Awas kalian ya! Aku akan membalas perbuatan kalian kepadaku! Lihat saja nanti!” Ucap si Penyihir jahat.
“Oh ya? Silahkan saja kalau kau mau membalas kami. Tapi sepertinya itu tidak mungkin terjadi, karena semua kekuatanmu sudah lenyap.” Jawab Elena.
“Apa? Itu tidak mungkin! Aku masih mempunyai banyak kekuatan.” Ucap si Penyihir.
“Kalau kalian tak percaya, aku akan membuktikannya kepada kalian. Lihat ini, jurus mematikan!!!!” Ucap si Penyihir jahat sambil mengucapkan mantranya.
Tapi, mereka semua terdiam.
“Hah?! Kemana semua kekuatanku? Kekuatanku hilang!” Kata si Penyihir dengan wajah kecewa.
“Kan sudah kami bilang, kekuatanmu itu sudah lenyap.” Ujar Vanessa sambil tersenyum.
Dengan wajah yang hina, si Penyihir mencoba untuk lari dari anak-anak tersebut. Tapi, belum sempat melarikan diri, Penyihir jahat itu berubah menjadi sebuah labu Halloween.
Anak-anak itu semua sangat merasa bahagia, begitu juga dengan Catline. Kini mereka semua bisa pulang ke rumah mereka masing-masing.
Dan akhirnya Dominic, Andreas dan Vanessa merasa menyesal karena tak mau mengikuti nasehat Elena.
“Elena, kami minta maaf ya. Karena kami tak mau mendengarkan nasehatmu,” ucap mereka bertiga dengan rasa bersalah.
“ Iya, tidak apa-apa. Anggap saja itu semua pelajaran berharga untuk kalian semua.” Jawab Elena dengan tersenyum.
Mereka semua tak mau lagi pergi ke hutan Ebeline, karena mereka semua sudah tahu bahwa hutan Ebeline itu sangat berbahaya.*****
Cerpen Karangan: Annisa Melyana Andhiani
Facebook: Ramona Isabelle
Dan di suatu malam Halloween, ada seorang anak berumur sekitar 11 tahun sedang menghiasi rumahnya dengan lampu gantung berwarna-warni dan menaruh sejumlah Jack o’-latern (yang sering kita sebut dengan labu Halloween) di depan pintu rumahnya. Anak itu menaruh lilin di dalam labu-labu yang ia pajang, agar kelihatan lebih terang dan lebih menakutkan di saat malam mulai gelap.
“Hai Elena!” sapa sekelompok anak yang sedang berjalan-jalan.
“Hai teman-teman!” sapa Elena kembali.
Elena lalu menghampiri teman-temannya dan ikut mereka meminta permen dan coklat ke rumah tetangga mereka.
“Elena, apa yang sedang kau lakukan tadi saat di rumah?” tanya seorang temannya.
“Aku hanya menghias rumahku dengan pernak-pernik Halloween,” jawab Elena.
“Oh….begitu,” ucap sang teman.
Di saat malam sudah mulai larut, mereka ingin pulang ke rumah masing-masing. Tapi, Dominic mengajak teman-temannya mencari apel dan meminta permen ke rumah-rumah orang yang tinggal di dalam hutan Ebeline. Mendengar usul temannya itu, Elena menolak ajakan temannya tersebut. Karena hutan Ebeline adalah hutan yang sangat menyeramkan.
“Teman-teman, aku tak mau ikut bersama kalian,” kata Elena kepada teman-temannya.
“Mengapa kau tak mau ikut Elena?” tanya Dominic.
“Aku takut pergi ke hutan tersebut, ibuku pasti akan mencariku. Dan kalian pasti tahu sendiri kan, hutan itu sangat menyeramkan,” jawab Elena takut.
“Kamu ini bagaimana sih Elena, kita kan sudah besar, seharusnya kita tak harus takut dengan hal-hal yang menyeramkan seperti itu! Tapi terserah kamu saja, kalau kamu tak mau ikut juga tidak masalah, kami bertiga saja yang akan pergi ke hutan itu,” ujar Dominic kecewa.
Ketiga teman Elena pun segera pergi ke hutan Ebeline. Sedangkan Elena kembali pulang ke rumahnya. Tapi, sebelum Elena pulang ke rumah, ia mempunyai firasat buruk akan kepergian teman-temannya tersebut. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres di dalam hutan tersebut. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi menyusul teman-temannya tersebut dengan hati gelisah.
Sesampainya di hutan Ebeline, Elena memanggil nama teman-temannya.
“Dominic, Andreas, Vanessa! Dimana kalian?!” panggil Elena.
“Percuma saja,” kata seseorang tiba-tiba yang tak terlihat wujudnya oleh Elena.
“Suara siapa itu?” tanya Elena.
“Ya, percuma saja kau mencari teman-temanmu itu. Karena pasti mereka sudah menjadi santapan penyihir,” ucap seekor kucing berwarna kuning keemasan yang menghampiri Elena dengan tiba-tiba.
“Hahh? Siapa kau?” tanya Elena dengan heran.
“Perkenalkan, aku Catline, si kucing pemberani,” jawab kucing itu.
“Oh ya? Darimana kau tahu kalau teman-temanku sekarang sudah menjadi santapan penyihir?” tanya Elena kembali.
“Tentu saja aku tahu. Aku ini sudah lama tinggal di hutan ini. Jadi, aku banyak tahu tentang keadaan hutan Ebeline,” jawab sang kucing.
“Oh….begitu ya. Kalau begitu, kau mau tidak menemankanku untuk mencari teman-temanku?”
“Emmm….mau, tapi aku tak bisa menjamin kalau teman-temanmu itu masih bisa selamat.”
“Baiklah….ayo kita cari mereka sekarang!” ucap Elena semangat.
Akhirnya, Elena dan Catline pergi bersama mencari teman-temannya. Saat di tengah perjalanan, Catline mencium aroma kue di tengah-tengah rerimbunan pohon di hutan.
“Sepertinya aku ada mencium aroma kue yang lezat, Elena.” Kata Catline.
“Oh ya? Lebih baik kita mencari asal dari bau itu saja, siapa tahu di sekitar sini ada terdapat rumah-rumah penduduk.” Ujar Elena.
Merekapun segera mencari asal dari aroma kue tersebut, hingga mereka menemukan sebuah rumah kecil di tengah-tengah hutan. Aroma yang mereka cari ternyata berasal dari rumah tersebut. “Permisi!” Kata Elena sambil mengetuk pintu rumah itu.
“Ya, sebentar?” Sahut seseorang dari dalam sambil membuka pintu rumahnya. Dan munculah seorang gadis kecil berambut coklat dari dalam rumah itu.
“Kalian siapa ya? Ada perlu apa?” Tanya gadis tersebut.
“Aku Elena dan ini temanku Catline.” Jawab Elena.
“Oh….ada perlu apa kalian kemari?” Tanya gadis itu lagi.
“Di saat kami sedang dalam perjalanan, kami mencium aroma kue yang tampaknya sangat lezat. Dan kami mencari-cari asal aroma tersebut, hingga kami menemukan rumahmu di tengah-tengah hutan ini.” Ujar Elena.
“Oh begitu. Ya sudah, silahkan masuk.” Kata gadis kecil itu.
Di dalam rumah gadis itu, Elena dan Catline di beri kue coklat yang sangat lezat. Dan gadis itu memperkenalkan namanya, gadis itu bernama Melissa. Ia tinggal di rumah ini sendirian. Pekerjaannya sehari-hari adalah mencari kayu bakar di hutan ini dan nantinya akan di jual ke pasar di pinggiran kota.
“Oh ya, apakah kamu ada melihat teman-temanku lewat di sekitar sini?” Tanya Elena dengan penasaran.
“Seperti apa ciri-ciri mereka?” Tanya Melissa kembali.
“Mereka berjumlah 3 orang, yaitu Dominic, Andreas, dan Vanessa. Kalau Dominic berambut gelap, memakai pakaian kelelawar. Andreas berambut pirang, memakai pakaian drakula, dan Vanessa berambut coklat, memakai pakaian peri.” Ujar Elena.
“Oh ya! Aku pernah melihat mereka di sekitar sini. Tadi mereka pergi ke arah timur, tampaknya mereka akan meminta permen ke rumah Penyihir jahat.” Jawab Melissa dengan raut wajah serius.
“Hahh?! Yang benar? Rumah penyihir itu dimana?” Tanya Elena dengan panik.
“Rumah penyihir itu tak terlalu jauh dari sini, tapi kau harus berhati-hati jika menemui Penyihir itu, sebab ia dapat berubah wujud menjadi apa saja dan siapa saja.” Ucap Melissa.
“Baiklah, kami akan pergi kesana.” Kata Elena.
Tak lama menunggu, Elena dan Catline pun segera meninggalkan rumah Melissa, dan bergegas pergi, agar cepat sampai di rumah Penyihir tersebut. Di dalam perjalanan, Elena dan Catline di kejutkan dengan munculnya kabut putih dengan tiba-tiba, dan mereka berdua tidak dapat melihat dengan jelas di dalam hutan. Kemudian, dengan tiba-tiba munculah seorang perempuan dari balik kabut putih itu. Elena dan Catline pun terkejut.
“Hei kalian! Apa yang sedang kalian lakukan di tengah hutan gelap seperti ini? Apakah kalian tak takut bila ada Penyihir jahat melihat kalian dan akhirnya dia menangkap kalian dan di bawanya pulang ke rumah untuk di jadikan santapannya yang lezat?” Ujar perempuan itu.
“Siapa kau?” Tanya Elena dengan wajah penasaran.
“Aku Viona. Tampaknya kalian sedang mencari sesuatu. Kalian sedang mencari apa?” Tanya perempuan itu.
“Ya, kami memang sedang mencari teman kami. Apa kau pernah melihat mereka? Mereka berjumlah 3 orang.” Tanya Elena.
“Oh, sepertinya aku tahu orang yang sedang kalian cari. Sepertinya mereka sedang menuju ke rumah Penyihir jahat. Kalau tak keberatan, aku mau mengantarkan kalian ke rumah Penyihir itu.” Jawab Viona.
“Ya. Sepertinya itu ide yang bagus!” Kata Elena dengan tersenyum gembira.
“Tapi, apa kau tak takut mengantarkan kami ke rumah Penyihir jahat? Dia kan Penyihir yang jahat.” Tanya Elena.
“Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan hal seperti itu.” Jawab Viona.
Merekapun segera pergi ke rumah Penyihir. Tak lama, mereka pun sampai di depan rumah Penyihir itu.
“Ayo, aku antar masuk ke rumahnya.” Ajak Viona.
“Wow….berani sekali dia masuk ke rumah Penyihir jahat.” Ujar Elena dalam hati.
Mereka pun mengetok pintu Penyihir, tapi sepertinya tidak ada orang di dalam rumah tersebut. Rumah itu tampak seram dan sepi. Elena, Catline, dan Viona pun segera masuk ke dalam rumah Penyihir itu. Tanpa Elena sadari, Viona dengan pelan menutup pintu rumah itu dan ia pun berubah dengan tiba-tiba menjadi sesosok Penyihir.
Ia berkata, “Hahahaha…….kalian sudah tertipu!” Ucap Penyihir itu.
Ternyata Viona itu adalah seorang Penyihir yang menyamar menjadi orang baik.
Penyihir jahat itu pun langsung mengikat Elena dan Catline dan menyekap mereka berdua di dalam ruangan yang gelap. Penyihir itu akan menyiapkan bumbu-bumbu untuk memasak Elena dan Catline. Ternyata, Dominic, Andreas, dan Vanessa juga disekap oleh Penyihir di ruangan yang sama. Sehingga mereka bertemu, tapi mereka sekarang sedang di ikat dan tak bisa berbuat apa-apa.
Di saat mereka sedang kebingungan mencari cara untuk lari dari rumah si Penyihir, tiba-tiba Catline mempunyai ide bagus. Catline segera memutuskan tali yang mengikat mereka dengan kuku Catline yang tajam. Tak lama kemudian, mereka semua lepas dari ikatan si Penyihir.
Mereka segera mengatur rencana agar bisa melumpuhkan si Penyihir dan dapat lolos darinya. Dominic dan Andreas akan bersembunyi di bawah meja dapur si Penyihir, sedangkan Elena, Vanessa dan Catline akan memasukkan ramuan di dalam minuman si Penyihir agar Penyihir merasa pusing dan akan kehilangan semua kekuatannya.
Di saat Penyihir sedang pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar, Elena, Vanessa dan Catline memasukkan ramuan itu ke dalam minuman si Penyihir.
Sekitar 20 menit, Penyihir jahat itu kembali lagi ke rumahnya, karena merasa letih, dia langsung meminum minumannya tersebut. Ia sama sekali tak tahu bahwa minumannya itu sudah di beri ramuan yang dapat membahayakan dirinya.
Setelah ia meminum minumannya, Penyihir sangat merasa pusing, dan dia juga terlihat lemah. Melihat kejadian itu, Dominic dan Andreas yang berada di bawah meja pun langsung meletakkan tali di atas lantai, dan segera menariknya saat si Penyihir sedang pusing.
“Gubraaakkkk!!!!!!!!” Si Penyihir langsung terjatuh kesakitan.
“Yeeeyyy!!!!!!!!! Kita berhasil!” Teriak Dominic, Elena, Andreas, Vanessa dan Catline dengan gembira.
“Awas kalian ya! Aku akan membalas perbuatan kalian kepadaku! Lihat saja nanti!” Ucap si Penyihir jahat.
“Oh ya? Silahkan saja kalau kau mau membalas kami. Tapi sepertinya itu tidak mungkin terjadi, karena semua kekuatanmu sudah lenyap.” Jawab Elena.
“Apa? Itu tidak mungkin! Aku masih mempunyai banyak kekuatan.” Ucap si Penyihir.
“Kalau kalian tak percaya, aku akan membuktikannya kepada kalian. Lihat ini, jurus mematikan!!!!” Ucap si Penyihir jahat sambil mengucapkan mantranya.
Tapi, mereka semua terdiam.
“Hah?! Kemana semua kekuatanku? Kekuatanku hilang!” Kata si Penyihir dengan wajah kecewa.
“Kan sudah kami bilang, kekuatanmu itu sudah lenyap.” Ujar Vanessa sambil tersenyum.
Dengan wajah yang hina, si Penyihir mencoba untuk lari dari anak-anak tersebut. Tapi, belum sempat melarikan diri, Penyihir jahat itu berubah menjadi sebuah labu Halloween.
Anak-anak itu semua sangat merasa bahagia, begitu juga dengan Catline. Kini mereka semua bisa pulang ke rumah mereka masing-masing.
Dan akhirnya Dominic, Andreas dan Vanessa merasa menyesal karena tak mau mengikuti nasehat Elena.
“Elena, kami minta maaf ya. Karena kami tak mau mendengarkan nasehatmu,” ucap mereka bertiga dengan rasa bersalah.
“ Iya, tidak apa-apa. Anggap saja itu semua pelajaran berharga untuk kalian semua.” Jawab Elena dengan tersenyum.
Mereka semua tak mau lagi pergi ke hutan Ebeline, karena mereka semua sudah tahu bahwa hutan Ebeline itu sangat berbahaya.*****
Cerpen Karangan: Annisa Melyana Andhiani
Facebook: Ramona Isabelle
0 komentar