Monday, February 4, 2013

[Cerpen Horor] Gara-gara Isi Staples

Olyp girang, saat Kak Ita menyodorkan sebuah amplop padanya sesaat setelah meeting dimulai. Pasalnya amplop yang tertulis nama Lybia Sari itu sudah diterkanya berisi uang sewa motor. 

"Duit sewa motor nih, Lyp," Kak Ita berkata.

"Wah, yang kemarin aja Belum habis, udah dapet lagi," sahut Olyp pura-pura. Padahal, aslinya lagi BU banget – butuh uang.

Temen-temennya pun bersorak. “Huu, laguan!!!”Olyp hanya nyengir kuda.

Sambil mengikuti meeting di kantor pagi, dia menyobek amplop itu, kecil. Kemudian, mengintip jumlah rupiah di dalamnya. Dalam hati dia berkata, 'tiga ratus. Lumayanlah.' Bibirnya mengembang mengulas senyuman. Dan belum hilang sampai dia keliling ke toko-toko mengecek barang.

***

Olyp melihat plang besar warung pempek paling terkenal se-Bekasi, Pempek Gaby. Dia memutuskan untuk mampir, membeli dua pempek lenggang dan dua pempek keriting plus dua es kacang merah. Dia membelikan itu karena teringat suaminya di rumah pasti belum makan siang. Laki-laki penulis itu memang paling segan memasak makanan sendiri. Padahal, bahan-bahannya sudah tersedia di rumah. Saat ini, suaminya pasti tengah memomong putri pertama mereka, terka Olyp.

Setelah menunjuk pempek yang diinginkan, Olyp memilih meja dan duduk disana menunggu pesanannya datang. Sambil mainan facebook dan twitter mestinya.

***

Ilham tergopoh-gopoh demi membuka pintu rumah kontrakannya, sementara kedua tangannya repot menggendong si kecil. Istrinya sudah pulang. Sambil masuk dan meletakkan si kecil, Ilham membantu membawakan oleh-oleh yang dibawa istrinya.

"Apaan nih?" tanya Ilham penasaran.

"Pempek Gaby. Kesukaanmu."

"Lho emang punya duit?"

Olyp nyengir kuda. "Tadi dapat duit sewa motor tiga ratus."

"Mmm... Kubuka ya?"

"Ya, dibuka aja."

Ilham sibuk dengan pempek Gaby yang dibelikan istrinya. Olyp membiarkan suaminya dan mendatangi si kecil dan menggodanya.

"Halo dedenya ibu? Ngapain aja seharian tadi?" Si kecil hanya tertawa menggemaskan melihat ibunya di hadapannya. "Sebentar yaa, ibu cuci tangan dulu. Biar bebas dari kuman."

Olyp berlalu ke kamar mandi dan mencuci tangannya. Sesudah itu kembali ke depan untuk menggendong bayinya. "Ayo, Nak, sini ibu gendong."

"Pempek Gaby emang paling juara deh rasanya," seru Ilham sambil mengunyah pempek itu. Kakinya sebelah kanan dinaikkan diatas kursi, persis mirip orang makan di warkop.

Olyp senang mendengarnya. Berarti apa yang telah diusahakannya susah payah bermanfaat untuk orang lain.

Baru melamun seperti itu, terdengar suara aneh dari Ilham. "Khakh... Khakh... Khakh..." Seperti hendak mengeluarkan sesuatu.

"Hei, kenapa kamu, Yah?"

Ilham tidak berkata apa-apa, hanya mengeluarkan suara "Khakh... Khakh... Khakh..." saja. Kepalanya sampai tertunduk-tunduk. Beberapa saat kemudian, dari mulut Ilham keluar darah. Olyp berpikir darah dari mana itu dan darah apa?

"Ayah, ayah kamu kenapa?"

Ilham tetap tidak menjawab dan tetap mengeluarkan suara "Khakh... Khakh... Khakh... Paniklah Olyp mendapati suami seperti itu. Buru-buru dia meletakkan si kecil dan mengambilkan air minum dan memberikan kepada suaminya.

Bukannya sembuh, Ilham malah muntah darah. Olyp makin panik. Apalagi, si kecil menangis. Olyp segera lari ke tetangga, meminta tolong kepadanya untuk menjaga si kecil, sementara dia akan mengantar suaminya ke dokter.

***

Dokter langsung menyarankan agar Ilham ke rumah sakit saja karena peralatannya tidak memadai. Di rumah sakit, keduanya harus mengisi administrasi dulu sebelum bisa diproses lebih lanjut.

"Silakan diurus di administrasi dulu. Kami tidak berani menangani sebelum ada penanggung jawabnya," tukas dokter di rumah sakit.

Terpaksa Olyp mengurus masalah administrasi supaya Ilham bisa ditangani segera. Dia kasian melihat suaminya.

Ilham dirontgen, dan didapati sebuah klip nyangkut di batang tenggorokannya.

Melalui serangkaian operasi, Ilham berhasil diselamatkan dari maut. Cerita horor tentang dirinya tidak seindah cerpen yang ditulisnya. Ilham mengingat-ingat kejadian itu dengan menuliskan kalimat: Ingat-ingatlah, kadang kita tidak berniat mencelakai seseorang, tapi kecelakaan bisa menimpa siapapun, kapan, dan dimanapun.[]

0 komentar