Seharusrnya, di rumah ada sih orang yang nemenin Lucky, Ryan abangnya yang anak kuliahan itu. Tetapi, tuh abang selalu aja pergi, dengan alasan banyak kegiatan kuliah yang harus diselesaikan malam-malam dan kalo pulang udah larut malam banget. Dan malam ini Lucky memang benar-benar sial. Abangnya udah bilang tadi pagi sebelum berangkat ke kuliahnya, bahwa dia enggak akan pulang sampai besok pagi. “Ky, entar elo enggak usah begadang nungguin gue. Soalnya malem ini, gue enggak pulang,” Kata abangnya.
Menyesal Lucky tadi menolak untuk diajak nginap di rumahnya si Peppy gundul. “Aduh, kenapa gue tadi enggak mau diajakin Peppy nginep di rumahnya ya! Ah, dasar bego!” Makinya pada dirinya sendiri dalam hati. Tetapi, memang seperti itulah penyesalan selalu hadir belakangan. Jam udah nunjukin pukul setengah dua dini hari, dan alarm di wekernya berbunyi sekali. Lucky mencoba memejamkan matanya. Tapi, belum sempat dia tertidur pulas … tiba-tiba …
Kresek … di luar terdengar bunyi kaki orang yang melangkah menyaruk. Kresek … suara itu terdengar lagi makin jelas, dan lebih dekat. “Aduh, jangan-jangan itu ituan … hi, seremmmmmm.” Tetapi, Lucky tiba-tiba menjadi penasaran. “Ah, jangan bego lu, Ky!” Makinya pada dirinya dalam hati, “siapa tahu itu bukan setan, tapi maling? Hayo! Yang berarti jika dia masuk sini nanti, dia akan menjarah habis semua barang-barang yang ada.” Lalu dengan perasaan takut yang tercampur sisa-sisa keberaniannya, anak yang masih imut ini –yah, Lucky khan masih kelas dua SLTP, bangkit dari tempat tidurnya. Dan berjalan mengendap-ngendap menuju ruang tengah.
Tepat, ketika dia pengen ngintip keluar, muncul secara tak terduga seorang –yang terang aja, membuat Lucky terkejut bukan kepalang. Tetapi, orang itu segera membekap mulut Lucky, agar tak berteriak-teriak. “Ssst …” kata orang itu.
“Si … siapa kamu?” Lucky terbata berkata-kata.
“Udah, hal itu enggak penting sekarang! Yang lebih penting, itu lihat rumahmu di masuki maling!” Katanya. Lucky segera membuka kordennya, dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh orang tersebut.
Badan Lucky langsung panas dingin melihat itu, beragam pikiran berkecamuk dalam pikirannya. “Jangan-jangan nanti, mereka masuk kemari dan membekap gue kemudian gue dibunuh oleh itu penjahat. Jangan-jangan nanti, mereka masuk kemari dan menodongkan pistol atau celurit atau golok, dan kemudian gue dibunuh, mirip kasus-kasus yang sering terjadi belakangan ini yang disiarkan melalui teve-teve itu.” Pikirannya meracau, dia ingin segera berteriak keras-keras –bahwa di rumahnya sekrang ada maling, kalau saja, orang itu mengizinkannya. Dan Lucky menjadi pasrah, sekaligus ketakutan. “Oh, Tuhan tolonglah hambamu ini,” katanya pelan.
“Udah, kamu jangan khawatir!” Tiba-tiba orang itu angkat bicara. Lucky jadi melongo dibuatnya. “Ayo, cepat buka pintunya!” Perintah orang yang membekapnya, “tapi, setelah dibuka jangan teriak! Lalu lakukan tugasmu dengan senormalnya pemilik rumah, ok!”
Kemudian, dibukalah pintu, dengan sok diberani-beraniin Lucky keluar menyambut dua ekor … eh, maling itu dan Lucky berkata dengan sok diberani-beraniin, “Hei, kalian sedang apa di sini?” Dua orang yang sedang melakukan aksinya itu –ingin membobol jendela kamar samping, menjadi terkejut karena aksinya ketahuan. “Ee … jangan coba-coba ya!” Kata Lucky kemudian masih dengan lagak sok berani.
Karena aksinya sudah ketahuan oleh pemilik rumahnya, mau tak mau mereka harus mempertahankan diri mereka. Karena ini bukan lagi ketangkap basah, tetapi sangat basah. Dan jika mereka sampai tertangkap basaha oleh warga, berarti alamat neraka bagi mereka, karena sudah pasti mereka akan dibakar hidup-hidup atawa di arak bugil keliling komplek, begitu bayangan yang ada di otak dua maling tersebut. Dan daripad begitu menghabisi satu orang anak kecil untuk tidak berteriak-teriak itu lebih bagus, kemudian melarikan diri. Dan bebas dari kematian.
“Ayo, Joe! Kita beresin nih anak!” Yang satu bicara.
Bersambung ke Siapa Di Sana?! [Part II]
Follow Twitter kami di @CerpenHoror | Follow Google Plus kami di +Cerpen Horor
0 komentar