Sore harinya ‘Ncrut benar-benar datang ke rumah Mbah Zapra, seperti yang telah ditulis oleh Wawan. Sampai di depan rumahnya ‘Ncrut memang sedikit ragu, soalnya rumah yang disebut-sebut sebagai Mbah Zapra itu sepi banget, malah terkesan angker. Sebenernya membuat nyali ‘Ncrut ciut, tapi demi … yah, terpaksa juga. Pantang mundur deh.
Lalu, ‘Ncrut pun turun dari motornya dan berjalan masuk ke halamannya dengan perasaan tak menentu. Tiing… noong… suara bel ditekan. Lalu pintu membuka dengan sendirinya. ‘Ncrut ngerasa aneh, tapi tetep masuk juga. Dan dari dalam rumah terdengar suara berat seorang lelaki.
“Mari nak, mari nak silakan ke sini,” ujar suara tersebut.
Antara takut dan ngeri ‘Ncrut berjalan mendekat. Dan di hadapannya seorang lelaki tua dengan baju warna hitam, ruangan yang serba merah, kemenyan, plus aksesoris perparanormalan, menyambutnya. ‘Ncrut membatin, apakah benar, dia adalah Mbah Zapra, dukun … eh, paranormal sakti yang bisa melengketkan dia dan Ani.
“Silakan duduk,” ujar lelaki tersebut mempersilakan, “saya Mbah Zapra, situ siapa?”
“Saya ‘Ncrut,” jawab ‘Ncrut, “begini mbah, saya ke sini dengan tujuan …” belum ‘Ncrut melanjutkan kalimatnya, Mbah Zapra memotongnya.
“Eits, saya tidak usah diberi tahu, saya sudah tahu. Kamu ke sini mau minta penglarisan kan?” Ujar Mbah Zapra sok-sok-an.
“Bukan,” jawab ‘Ncrut.
“Biar kebal? Buat tawuran?”
“Bukan.”
“Oh, pasti masalah cewek, iyah khan?” Mbah Zapra tersenyum.
‘Ncrut tersenyum malu-malu –kagum atas keberhasilan Mbah Zapra menebak tujuannya. “Iyah, Mbah,” jawab ‘Ncrut grogi.
“Gampang, Mbah punya jurusnya,” Mbah Zapra lantas berkomat-kamit dan tangannya bergerak-gerak mengelilingi asap kemenyan. Sebentar kemudian Mbah Zapra berkata, “hasilnya positif, Jin Mbah lagi moody jadi cepet kerjanya.”
“Ini, buat kamu,” Mbah Zapra memberikan ‘Ncrut bunga mawar dan segenggem beras, “ dan semuanya harus diamalkan, besok kalo kamu ketemuan dengan ini cewek lemparkan beras ini ke arahnya, tapi inget jangan sampai kena dan setelah itu kamu ke rumahnya dan buang bunga mawar ini di depan rumahnya, dia pasti lengket sama kamu.”
“Segitu aja Mbah?” Tanya ‘Ncrut penasaran.
“Yah. Eh, tapi tunggu dulu maharnya, seikhlasnya!”
“Ok, deh Mbah kalo gitu saya pamit dulu,” kata ‘Ncrut pamit pulang. Dengan hati berbunga-bunga tentunya.
***
‘Ncrut sudah bersiap-siap menjalankan misinya. Dia berangkat pagi-pagi sekali ke sekolah. Lantas menyiapkan apa yang perlu disiapkan. Dia udah enggak sabar ketemuan dengan Ani. Gayung pun bersambut, Ani datang juga akhirnya. Dengan segera ‘Ncrut mengambil posisi, melemparkan beras yang udah diberikan oleh Mbah Zapra. Tuing…tuing… beras yang dilemparkan. Dan mimik wajah Ani langsung berubah aneh ngeliat polah ‘Ncrut barusan, tapi dia gak mau nunjukin ekspresinya di depan ‘Ncrut. Malah dengan ramah Ani menyapa, “hai ‘Ncrut.”
Bukan main senangnya ‘Ncrut disapa Ani. Kata-kata Ani terdengar halus sekali di telinga ‘Ncrut. Dia merasa menang dan dalam hatinya ia berujar, 'Mbah Zapra memang ampuh.'
‘Ncrut berpikir jurus yang diberikan oleh Mbah Zapra memang sangat ampuh, buktinya Ani jadi menyapanya. Emang udah sewajarnya, tho? Dan misi pertamanya dianggapnya telah selesai.
Dan sore harinya ‘Ncrut dateng ke rumah Ani untuk menjalankan misi keduanya. Dia udah sampai di depan rumahnya Ani. Lalu sebelum turun dari motornya, ia melakukan sesuatu seperti yang telah diperintahkan Mbah Zapra kepada dirinya. Melemparkan bunga mawar ke halaman rumah Ani.
Lalu barulah, ia masuk. Tiing… noongg.. suara bel ditekan. Tak ada jawaban. Tiing.. noongg…masih tak ada jawaban. Kemana sih orang-orang? Gumam ‘Ncrut. “Halo Spada, any body home?”
Tak lama kemudian pintu dibuka. Dan betapa terkejutnya ‘Ncrut demi melihat orang yang membukakan pintu tersebut. “Lho kog, Mbah ada di sini?” ‘Ncrut terkejut bukan kepalang.
Dan orang yang membukakan pintu tersebut, juga tak kalah terkejutnya. “Lho, ngapain ke sini?”
“Saya mau ketemu Ani.”
“Oh, jadi cewek itu Ani, kurang ajar kamu, yah!” Tukas Mbah Zapra, “saya ini bapaknya tahu!!!” Dengan perasaan geram Mbah Zapra masuk mengambil golok dan mengacung-acungkannya. Tetapi, sebelumnya ‘Ncrut telah mengambil langkah seribu……………lari.
“Hoi, awas lu ye kalo dateng ke sini lagi.”
Lalu Ani dengan tidak tahu menahu apa-apa, menghampiri bapaknya (yah, si Mbah Zapra itu) dan berkata, “Ada apaan, Pak?”[]
Follow Twitter kami di @CerpenHoror | Follow Google Plus kami di +Cerpen Horor
0 komentar