“Aku udah bilang berapa kali sih ‘Ncrut, kalo aku tuh enggak suka dan enggak cinta sama kamu. Titik!!!” Ani mencak-mencak bukan untuk mengkuliahi ‘Ncrut yang sekarang ada di hadapannya dengan tampang memelas, tapi karena ‘Ncrut selalu menembak Ani. Padahal, ditolak terus lho. Entah, mengapa ‘Ncrut selalu saja mengejar-ngejar Ani untuk dijadikan kekasihnya, walaupun tahu Ani memang gak mau pacaran dulu, karena beberapa bulan lagi UAN akan dilaksanakan.
“Tapi, Ni, gue cinta sama elo,” tegas ‘Ncrut, “kalo elo enggak percaya, akan gue belah dada gue ini.” Kemudian ‘Ncrut mengambil pisau lipat dari sakunya dan membuka bajunya, mengambil posisi bersiap-siap membelah dadanya. Untuk menunjukkan kepada Ani bahwa dia mencintainya. “Ni, kalo elo enggak percaya, akan gue belah dada gue dengan pisau lipat ini, supaya elo bisa lihat betapa hati ini selalu memerah.” Jelas aja khan ada darahnya.
“Terserah,” ujar Ani lantas ngeloyor pergi.
Melihat Ani ngeloyor pergi begitu aja, ‘Ncrut memanggil-manggil Ani, “Ni, Ani, masa’ elo enggak percaya sih?” Tapi Ani diem aja, tetap berjalan lurus ke depan. Dan lantas ‘Ncrut membanting pisau lipatnya. Enggak jadi membelah dadanya sendiri.
***
Sudah beberapa hari ini ‘Ncrut terlihat begitu murung. Ia seperti orang mati, pucat, lesu dan menjadi kurus. Tak doyan makan, tak enak tidur, pokoknya serba enggak enak deh, bahkan sampai di kelas pun dia ngelokro. Semangat ’45-nya hilang, pudar ditelan kesedihannya.
Seorang sahabat kentalnya di kelas juga di rumah dan kawan seperjuangan dari SD-Sekarang, Wawan (nama panggilan dari Dedy Irawan) turut prihatin demi melihat keadaan sobatnya tersebut. Dia ikut-ikutan sedih ngeliat ‘Ncrut menghampa di sudut kelas, dengan kakinya diselonjorkan dan pandangannya menerawang.
“’Ncrut, elo ini kenapa?” Wawan membuka pembicaraan, “udahlah lupain aja, Ani, khan elo masih bisa cari cewek-cewek yang lebih cantik lainnya daripada Ani.”
“Gak, Wan, gue gak pengen orang lain, gue pengen Ani. Elo kalo sama seperti orang-orang itu, menyuruh gue pindah ke lain hati, mendingan pergi aja deh elo,” jawab ‘Ncrut ketus.
Wawan agak kesal juga dengan pernyataan ‘Ncrut barusan, tapi dibuangnya perasaan itu demi sobatnya yang sedang merana. Wawan, sebenarnya ingin sekali menolong’Ncrut, ia ingin ‘Ncrut mendapatkan cintanya Ani, tapi mau gimana lagi, dia sendiri sedang terlibat masalah serius dengan pacarnya, Anggi, yang diambang kehancuran. Tetapi, walaupun begitu, sambil memandangi ‘Ncrut yang masih menerawang, Wawan berpikir apa yang bisa sedikit dia lakukan untuk ngebantu sobatnya. Dan ….
“Oh, iya ‘Ncrut gue baru inget, ada orang yang bisa ngebantuin elo,” ujar Wawan gembira.
“Siapa?” Tanya ‘Ncrut masih lesu.
“Mbah Zapra!”
“Mbah Zapra, siapa tuh?”
“Dia itu Paranormal yang ada diiklan-iklan itu,” Wawan berseru bersemangat, “dia itu pinter banget melengketkan dua hati yang bersebrangan banget-banget kayak masalah elo sama Ani.”
“Oh, really?” ‘Ncrut mulai bersemangat.
“Yah gue punya alamatnya. Entar, sore elo ke sana aja!”
***
“Tapi, Ni, gue cinta sama elo,” tegas ‘Ncrut, “kalo elo enggak percaya, akan gue belah dada gue ini.” Kemudian ‘Ncrut mengambil pisau lipat dari sakunya dan membuka bajunya, mengambil posisi bersiap-siap membelah dadanya. Untuk menunjukkan kepada Ani bahwa dia mencintainya. “Ni, kalo elo enggak percaya, akan gue belah dada gue dengan pisau lipat ini, supaya elo bisa lihat betapa hati ini selalu memerah.” Jelas aja khan ada darahnya.
“Terserah,” ujar Ani lantas ngeloyor pergi.
Melihat Ani ngeloyor pergi begitu aja, ‘Ncrut memanggil-manggil Ani, “Ni, Ani, masa’ elo enggak percaya sih?” Tapi Ani diem aja, tetap berjalan lurus ke depan. Dan lantas ‘Ncrut membanting pisau lipatnya. Enggak jadi membelah dadanya sendiri.
***
Sudah beberapa hari ini ‘Ncrut terlihat begitu murung. Ia seperti orang mati, pucat, lesu dan menjadi kurus. Tak doyan makan, tak enak tidur, pokoknya serba enggak enak deh, bahkan sampai di kelas pun dia ngelokro. Semangat ’45-nya hilang, pudar ditelan kesedihannya.
Seorang sahabat kentalnya di kelas juga di rumah dan kawan seperjuangan dari SD-Sekarang, Wawan (nama panggilan dari Dedy Irawan) turut prihatin demi melihat keadaan sobatnya tersebut. Dia ikut-ikutan sedih ngeliat ‘Ncrut menghampa di sudut kelas, dengan kakinya diselonjorkan dan pandangannya menerawang.
“’Ncrut, elo ini kenapa?” Wawan membuka pembicaraan, “udahlah lupain aja, Ani, khan elo masih bisa cari cewek-cewek yang lebih cantik lainnya daripada Ani.”
“Gak, Wan, gue gak pengen orang lain, gue pengen Ani. Elo kalo sama seperti orang-orang itu, menyuruh gue pindah ke lain hati, mendingan pergi aja deh elo,” jawab ‘Ncrut ketus.
Wawan agak kesal juga dengan pernyataan ‘Ncrut barusan, tapi dibuangnya perasaan itu demi sobatnya yang sedang merana. Wawan, sebenarnya ingin sekali menolong’Ncrut, ia ingin ‘Ncrut mendapatkan cintanya Ani, tapi mau gimana lagi, dia sendiri sedang terlibat masalah serius dengan pacarnya, Anggi, yang diambang kehancuran. Tetapi, walaupun begitu, sambil memandangi ‘Ncrut yang masih menerawang, Wawan berpikir apa yang bisa sedikit dia lakukan untuk ngebantu sobatnya. Dan ….
“Oh, iya ‘Ncrut gue baru inget, ada orang yang bisa ngebantuin elo,” ujar Wawan gembira.
“Siapa?” Tanya ‘Ncrut masih lesu.
“Mbah Zapra!”
“Mbah Zapra, siapa tuh?”
“Dia itu Paranormal yang ada diiklan-iklan itu,” Wawan berseru bersemangat, “dia itu pinter banget melengketkan dua hati yang bersebrangan banget-banget kayak masalah elo sama Ani.”
“Oh, really?” ‘Ncrut mulai bersemangat.
“Yah gue punya alamatnya. Entar, sore elo ke sana aja!”
***
Bersambung ke Mbah Zapra (Part II)
Follow Twitter kami di @CerpenHoror | Follow Google Plus kami di +Cerpen Horor
0 komentar