Lebih dari 2.000 tahun lalu, sudah diketahui ada sejenis kuda spesial. Kuda-kuda ini begitu besar dan unggul hingga menyebabkan perang. Para sejarawan menyebut perang itu: "Perang Pertama Yang Disebabkan Oleh Kuda".
Kuda Turki Akhal-Teke, di China dikenal sebagai kuda Ferghana atau "Kuda Surgawi" (Tian Ma). Kuda tunggangan Genghis Khan yang legendaris diyakini adalah kuda ini, dan kuda Bucephalos dari Alexander yang terkenal juga merupakan kuda Akhal-Teke ini. Kuda ini dikenal dengan nama kuda Nisaean di Persia kuno dan beberapa abad kemudian - sebagai Parthia. Menjadi harta karun nasional Turkmenistan, kuda ini ada di tengah lambang nasional. Kuda ini merupakan ras kuda tertua di dunia dan merupakan nenek moyang dari salah satu ras kuda di Inggris.
Selama delapan atau tujuh abad lalu jenis kuda ini jarang terlihat di China. Sampai-sampai diselimuti oleh misteri akan kehebatannya. Literatur China menggambarkan Akhal-Teke sebagai kuda yang "mampu berlari hingga 1.000 kilometer di siang hari dan 800 kilometer lagi di malam hari".
Kuda "Berkeringat Darah"
Kuda Ferghana berasal dari Lembah Ferghana di Asia Tengah. Kuda-kuda Ferghana pertama kali diimpor selama dinasti Han. Kuda-kuda ini juga disebut sebagai Han Xue Ma dalam bahasa Cina yang berarti "kuda berkeringat darah". Lukisan dan patung Cina menunjukkan mereka memiliki puncak yang kuat, kaki yang pendek dan tubuh yang kokoh.
Dikatakan bahwa Kaisar Wu (sekitar 141-87 SM) menjadi terobsesi dengan cerita-cerita dari barat yang menceritakan tentang seekor kuda yang lain daripada yang lain. Kuda yang digambarkan memiliki "keringat darah" ini diternakkan oleh satu suku barbar di Ferghana di Asia Tengah (kini Uzbekistan, Tajikistan dan Kirgistan). Tidak diketahui pasti apa penyebab keringatnya merah seperti darah, para ilmuwan berpendapat kemungkinan disebabkan oleh parasit tertentu yang hidup di bawah kulit kuda tersebut.
Permintaan terhadap kuda Ferghana sangatlah besar hingga penguasa Ferghana menutup jalur perbatasan untuk membatasi perdagangan kuda. Padahal, kuda sangat penting dalam militer China. Akhirnya, pecahlah perang akibat ekspansi China demi kuda Ferghana.
Kuda Surgawi
Pada 104 SM, Kaisar Wu mengirim pasukan ke Ferghana (2.000 mil sebelah barat ibukota China, Xian) untuk menangkap sebanyak mungkin kuda untuk dibiakkan di China. Pada awalnya misi itu gagal, tetapi karena banyak orang mengatakan kuda ini adalah "kuda surgawi", kaisar kemudian mengadakan ekspedisi kedua (sejarawan menamai peristiwa ini sebagai “Perang Kedua Yang Disebabkan Oleh Kuda”). Misi kedua ini berhasil dengan mengorbankan banyak jiwa manusia, kuda Ferghana atau "kuda surgawi" akhirnya dipersembahkan ke hadapan Kaisar Wu.
Menurut catatan, beberapa puluh kuda kualitas baik dan 3.000 kualitas menengah dan kurang, diserahkan kepada tentara China. Ketika Jenderal Li Kuang-li kembali ke China, dia hanya berhasil membawa 1.000 dari 3.000 kuda-kuda tersebut, selebihnya mati selama perjalanan panjang ke China. Kuda-kuda ini lebih besar, lebih cepat dan lebih kuat daripada ras kuda asli China. Sehingga, kuda Ferghana menjadi simbol kekuasaan dan prestise.
Dengan pelatihan yang cermat dari ahli, kuda-kuda ini segera berkembang menjadi ras unggul di China. Pada waktu itu di China, semakin banyak Anda memiliki kuda ini, semakin tinggi status Anda. Patung kuda terakota yang ditemukan di kuburan memiliki lubang hidung besar, telinga tegak, kaki yang kuat dan leher yang kokoh. Mungkin patung-patung ini adalah karya seni pertama yang menggambarkan kuda Ferghana di China.
Penemuan Kembali Legenda Kuda "Berkeringat Darah" Zaman Genghis Khan
Walaupun kuda Ferghana benar-benar ada, namun seiring berjalannya waktu keberadaannya terselimuti oleh cerita-cerita orang dari masa ke masa. Tak pelak, keberadaan kuda Ferghana menjadi legenda (mitos) orang-orang China. Ras kuda ini dianggap tidak pernah ada.
Namun, para arkeolog yang menemukan tulang belulang 80 kuda yang diperkirakan hidup lebih dari 2.000 tahun lalu pada masa Dinasti Han, menghidupkan kembali legenda kuda "berkeringat darah" dari China Kuno. Tulang belulang kuda-kuda tersebut digali dari lubang makam bagian bawah Kekaisaran Wudi.
Cerita Wudi mengenai “Silk Road” dan kuda “berkeringat darah” telah menjadi legenda dalam budaya China dan banyak orang tertarik dengan kuda legendaris yang telah lama hilang.
Yang Wuzhan, seorang arkelog yang mengambil bagian dalam penggalian makam Kaisar Wudi, mengatakan bahwa pada saat melakukan penggalian dua lubang makam pada September 2009 lalu, tim mereka mendapat 40 tulang-telulang kuda.
Dari hasil laboratorium terhadap fosil tersebut, dikonfirmasi ternyata semuanya adalah kuda laki-laki dewasa. “Para ilmuwan akan segera melakukan tes DNA berharap untuk menentukan gen dari kuda itu,” kata Wuzhan seperti dilansir dari People Daily.
Temuan tersebut bakal menghidupkan kembali legenda Cina berabad-abad tentang kuda berkeringat darah misterius dari Asia Tengah.
“Legenda mengenai kuda itu sudah lama menghilang, sejak Kaisar Wudi menawarkan hadiah besar dan kuat bagi siapa saja yang bisa menemukan kuda ras misterius ‘berkeringat darah’ yang disebut-sebut telah menjelajahi Asia Tengah, tetapi jarang terlihat di China,” jelas Wuzhan.
Hari ini, kuda itu diidentifikasi sebagai Akhal-Teke, salah satu keturunan kuda tertua di dunia dan paling unik.
Dalam catatan Cina, Kaisar Wudi menulis bahwa kuda tersebut berkembang biak. Dalam sebuah puisi ia menulis tentang -Akhal Teke, merupakan “kuda surga.”
Kuda tersebut dikenal memiliki daya tahan kecepatan dan keringat dari cairan darah seperti seperti gallops. Hal ini juga diyakini sebagai kuda yang ditunggangi oleh Genghis Khan (1167-1227).
Kaisar Wudi dikenal karena telah membuka Silk Road, sebuah jalur perdagangan kuno yang menghubungkan Asia dan Eropa. Pembangunan makam kaisar tersebut dimulai pada 139 SM, setahun setelah ia bertakhta di usia 16 tahun. Dan dibutuhkan waktu selama 53 tahun untuk membangunnya.
Makam tersebut memiliki lebih dari 400 lubang pengorbanan, lebih dari makam Qin Shihuang, “kaisar pertama” dari China.[]
Follow Twitter kami di @CerpenHoror | Follow Google Plus kami di +Cerpen Horor
0 komentar