Pernah Uwak Ali mengikuti sebuah turnamen antar-desa sampai larut malam. Karena listrik belum masuk desa, belum ada lampu penerangan di lapangan. Alhasil, panitia menyediakan diesel untuk membantu penerangan turnamen.
Singkat cerita, akhirnya turnamen tersebut selesai di sekitaran pukul 12 malam. Naik sepeda kumbangnya, Uwak pulang menyusuri jalanan gelap nan berbatu.
Di rute perjalanan pulang, Uwak Ali harus melewati sebuah perempatan, yang menurut desas-desus setempat berpenghuni. Tepatnya di Desa Balapurang Wetan. Penghuninya kuntilanak. Katanya, kuntilanak memang senang menampakkan diri pada laki-laki dan suka membetot t*t*t.
Uwak terpaksa lewat situ, soalnya tak ada jalan lain. Dia membulatkan tekad untuk terus melanjutkan perjalanan. Tak ada rumah-rumah penduduk di sekitaran tempat itu dulu.
Saat menyusuri jalan desa berbatu, samar-samar terdengar suara burung hantu. Aroma melati mulai tercium menyengat. Bulu kuduk Uwak Ali mulai bergidik. Di sebelah kiri jalan, samar-samar tampak putih-putih. Uwak Ali membatin, 'Kuntilanak lagi nongol nih...' Dia lalu mengubah posisi jalannya agak ke sebelah kanan.
Credit Photo: YudiBatang.wordpress.com. |
Posisi kuntilanak itu membelakangi Uwak Ali. Tampak rambut indahnya yang panjang tergerai sampai ke pinggang. *mungkin dia memakai shampoo Sunsilk kali* Uwak Ali yang melihat dengan jelas, menahan rasa takut yang luar biasa. Dia mencoba untuk menyapa kuntilanak itu.
"Yu, bengi-bengi kok dewekan nang kene? Ora balik?" (terjemahan: Neng, malam-malam kok sendirian di sini? Enggak pulang?
Setan itu tak membalas sapaan Uwak Ali. Sejauh 10 meter, terdengarlah suara tawa khas kuntilanak. Membuat siapapun yang mendengarnya akan merinding ketakutan. Pertama, suara tawa itu pelan lama-lama mengeras...
Refleks Uwak Ali melempar sepedanya ke arah kanan. "Wuasyu uwedyan temenan kyeh kuntilanak" (terjemahan: Uanjing guile bener nih kuntilanak)
Uwak Ali langsung pasang kuda-kuda sambil tangan kiri memegang t*t*t nya. Takut kalau dibetot. Ayat Kursi pun dirapal. Baru dibaca sampai tengah-tengah, kuntilanak itu lama-lama ke atas dan menghilang. Uwak Ali buru-buru mengambil sepedanya, kemudian mengayuh sekuat sisa tenaganya, pulang.[]
Follow Twitter kami di @CerpenHoror
0 komentar