airwaysmag |
Adalah Lena Patterson yang mengalami peristiwa naas itu. Ceritanya dia hendak melakukan penerbangan panjang 10 jam dari Amsterdam ke Tanzania. Pada awalnya, jurnalis Sveriges Radio itu duduk di seberang seorang pria bertubuh tinggi besar yang masih bernyawa. Teman yang bepergian bersamanya menyadari ada yang tak beres dengan pria yang diperkirakan berusia 30 tahunan itu.
Setelah pesawat lepas landas dari Bandara Schiphol, Amsterdam, kecurigaan itu terbukti. "Pria itu berkeringat banyak dan berkali-kali kejang," kata Pettersson. Tidak lama kemudian, kru pesawat meminta bantuan pada penumpang yang punya pengalaman medis untuk memberi pertolongan pada pria yang sakit itu. Namun tindakan medis yang diberikan tak berhasil. Meskipun sudah dibantu dengan pijat jantung oleh salah seorang penumpang, pria itu tetap tidak tertolong.
Kru pesawat segera memindahkan orang-orang yang duduk di sebelah mayat, namun sayangnya Pettersson dan kawannya kurang beruntung. Tak ada lagi tempat di pesawat untuk mereka. Kru kabin yang bingung harus berbuat apa kemudian membaringkan mayat di tiga kursi yang telah kosong, sambil menutupinya dengan selimut. Sial bagi Pettersson, tiga kursi itu ternyata tak cukup untuk pria berperawakan tinggi itu.
Kaki jenazah menjulur hingga lorong pesawat, hanya beberapa inchi darinya. "Saya jelas terganggu. Tapi saya bukan orang yang cerewet dan langsung mengomel tentang hal ini," kata dia. Sekembalinya dari liburan, Pettersson yang masih terbayang-bayang dengan peristiwa itu. [CJ]
0 komentar