Friday, May 10, 2013

Cerpen Horor: Misteri Rumah Hantu Stifa

Cerpen Horor: Misteri Rumah Hantu Stifa

Stifa bergegas menuju kelas. Begitu masuk ke kelas, ia langsung me-nyap-nyap* Teti, "Ti', kok begitu sih cara lo ngembaliin buku gue?"

Teti yang sedang mengobrol dengan Yono jadi terkejut. "Ma... maaf, Stif! Habis..." belum selesai bicara, kata-katanya sudah terlanjur dipotong Stifa.

"Ah, kagak pake!"

Kemarin, Teti memang telah berjanji mengembalikan buku catatan Stifa. Ditunggu hingga malam menjelang, Teti tak jua bertandang ke rumah. Namun, sebelum berangkat sekolah, Stifa menemukan buku miliknya itu teronggok begitu saja di teras rumahnya. Kondisinya basah kuyup. Pasti gegara kena hujan semalam. Stifa gondok setengah mati.

Seminggu berikutnya, gondok di hati Stifa makin menjadi-jadi. Anggota kelompok belajarnya tak mau datang ke rumahnya. Ketika ditanya ada saja alasannya. Ada yang bilang rumah Stifa terlampau jauhlah. Ada yang bilang mau menjaga kakeknya yang lagi sakitlah. Bahkan, ada yang bilang tidak diizinkan oleh orang tuanya. Pada awalnya, Stifa mahfum dengan kondisi itu. Tapi, kalau terus-terusan? Stifa tentu curiga juga. Kecurigaannya pun terbukti, tatkala ia mendengar kasak-kusuk dua anggota kelompok belajarnya mengenai dirinya dan rumahnya.

"Hufh, giliran rumah Stifa lagi. Aku kehabisan alasan nih!" tukas Agung.

"Stifa rumahnya ada hantunya sih. Aku juga takut kalau ke sana!" sahut Lia.

Deg! Sontak kasak-kusuk itu membuat Stifa geregetan. Rumahnya berhantu? Apa itu alasan yang menyebabkan Teti mengembalikan bukunya dengan cara yang tidak manusiawi.

Ih, siapa orang iseng yang menebar gosip murahan macam itu? Stifa bertekad mencari pelakunya.

***

Ketika pulang sekolah, Stifa sengaja membarengi Teti berjalan. Soalnya, Stifa ingin mengorek keterangan dari Teti.

"Tet, maaf ya! Kemarin aku langsung me-nyap-nyap tanpa mendengar alasanmu," kata Stifa, "Sekarang aku mau kok mendengarnya."

Teti menengok ke muka Stifa. Stifa memasang muka manis dengan senyumannya. Biasa kalau lagi ada udang di balik batu.

"Kalau kukatakan, kamu janji tidak me-nyap-nyap aku?" tanya Teti.

Stifa mengangguk serius. Ia sadar harus lebih menahan diri dalam setiap tingkah laku.

"Sebenarnya aku takut ke rumahmu," ucap Teti berbisik, "Hmm, tadinya aku tidak takut. Tapi, sewaktu sampai di halaman rumah kamu, aku mendengar ibumu berteriak, 'Buku ajaibnya terbang ke dapur tuh!' Itu membuat aku jadi bergidik ngeri. Aku kira itu ulah hantu. Makanya, aku langsung melemparkan bukumu begitu saja. Ada kok yang mengatakan kalau di rumah kamu itu ada hantu yang suka memindah-mindahkan barang."

Stifa mendelik, "Kata siapa?"

"Rani! Dia yang mengatakannya sama teman-teman lainnya. Rani heran sebab dia sering mendengar orang tua kamu berteriak, 'Ada saputangan ajaib terbang ke kolong meja.' 'Ada kaos kaki ajaib terbang ke belakang kulkas.' Rani pun mengatakannya pada ibunya. Dan ibunya bertanya pada ibumu. Kata ibumu, di rumahmu memang ada hantu yang suka memindahkan barang."

"Hahaha..." Stifa tertawa setelah memahami duduk perkaranya.

"Kenapa malah tertawa?" tanya Teti.

"Gini lho, Ti, di rumah tu yang paling teledor adalah gue. Karena gue sering banget meletakkan barang-barang gue dengan serampangan. Saat dibutuhkan, gue bingung nyarinya. Eh, ternyata ada di belakang kulkas, ada di kolong meja. Sejak itu, ibu selalu menambahkan kata 'ajaib' di belakang barang-barang yang gue letakkan sembarangan."

"Oh, begitu ya, Stif. Jadi nggak ada hantu di rumah lo?"

"Ya, nggaklah."

"Yaudah besok gue bilang ke teman-teman, kalau selama ini mereka sudah salah menduga soal hantu di rumah lo."

Siang hari itu, mereka berdua pulang dengan perasaan lega.[]

* Nyap-nyap = marah.

Ditulis oleh Chucky, admin blog Cerpen Horor

0 komentar