Pada awalnya Sammy adalah remaja biasa yang belum tertarik dengan lawan jenis hingga akhir kelas satu SMU. Pada awal duduknya ia di kelas dua, ia tertarik dengan salah satu siswi di kelasnya yang bernama Natalie. Layaknya seorang remaja yang jatuh cinta pertama kali, ia terus memperhatikan dan memikirkan siswi itu, tetapi Sammy sangat pemalu. Bahkan ia selalu menghindari kontak mata dengannya dan salah tingkah di hadapannnya. Meskipun demikian, Sammy terus berusaha untuk mendekati Natalie hingga suatu saat ia memberanikan diri mengirim sms yang berisi ungkapan hatinya ke ponsel sang siswi. Pemuda itu berharap mendapat jawaban yang ia inginkan.
Namun apa yang ia dapatkan benar-benar di luar dugaannya. Alih-alih membalas cinta Sammy, Natalie justu mempermalukan dirinya di depan teman-teman sekelasnya. Siswi itu tidak serta merta membalas sms Sammy melainkan menyebarkannya ke semua ponsel teman-temannya, termasuk di situs jejaring sosial. Ejekan, hinaan, dan tertawaan menghujam diri pemuda itu pada keesokan harinya. Sammy tak menyangka Natalie akan berbuat seperti itu padanya dan lebih dari itu, ia juga ternyata ia sudah punya pacar yang jauh lebih tampan dan bertubuh atletis, seorang pemain basket yang bernama Rama dan ia sengaja datang ke kelas Sammy hanya untuk menghinanya. Tak sekedar patah hati, ia merasa kecewa, marah, dan jijik. Gadis pujaan hatinya telah berkhianat padanya. Pemuda itupun meninggalkan kelas sambil menangis dan tidak hadir di sekolah selama seminggu.
Sejak kejadian itu ia menjadi benci terhadap semua orang yang pacaran. Setiap pasangan yang ia temui selalu diteriakinya dengan kata-kata kasar dan kotor. Ia pun sering menghasut mereka dengan mengatakan fitnah. Bukan hanya teman-teman sekolahnya, ia juga membenci pasangan selebritis yang dipaparkan di televisi. Tak jarang pemuda itu mendapatkan ganjaran akibat perbuatannya dan hingga akhir semester ke tiga, Sammy benar-benar terisolasi. Tak ada seorangpun yang mau berteman dengannya.
***
Pada suatu hari di semester empat, sebuah pertandingan basket antar SMU digelar di gedung olah raga sekolah Sammy. Dalam partai final tersebut, tim sekolahnya yang berhasil melaju hingga final berlaga di pertandingan penentuan ini. Tentu saja Rama, sang kartu as tim bermain dalam performa maksimalnya dan disaksikan oleh Natalie yang selalu mendukungnya dari tribun.
Di hari itu, kegiatan belajar mengajar ditiadakan. Para siswa diwajibkan menonton dan mendukung tim basket sekolahnya sebagai pengganti kehadiran. Hal itu memaksa Sammy untuk menonton meski ia keberatan. Pemuda yang duduk sendiri di tribun timur itu sama sekali tidak menikmati pertandingan melainkan gelisah dan kesal. Ketika teman-teman yang lain bersorak setiap kali Rama mencetak angka, ia malah mengutuknya dalam hati. Betapa besar kebencian padanya sampai ia menginginkan dirinya mati tetapi tak bisa berbuat apa-apa selain menyimpannya dalam hati. Di lain pihak, ia tak bisa berbuat sama pada Natalie. Ia sadar gadis itulah yang paling menyakiti hatinya, namun hati kecilnya itu menolak untuk membenci dirinya. Sammy masih mencintainya.
Pertandingan mendekati puncak. Rama terus menerus menebar decak kagum penonton dengan aksinya yang gemilang hingga membawa timnya menuju kemenangan mutlak. Di bangku penonton, Sammy semakin geram hingga tak sadar menggigit bibirnya hingga berdarah. Saat itulah ia bertemu dengan seorang gadis misterius yang entah sejak kapan duduk di sampingnya.
Gadis itu sangat cantik dan anggun dengan kulit putih dan rambut hitam panjang berkilau. Ia sepertinya bukan salah satu siswi sekolah Sammy karena tidak mengenakan seragam sekolah. Namun yang paling mengejutkan pemuda itu adalah ketika sang gadis seolah mengetahui betapa dirinya ingin Rama mati dan ia menawarkan diri untuk membunuhnya.
Diliputi rasa heran, Sammy tak lantas mempercayai ucapan gadis itu. Ia pun ragu-ragu untuk menjawab pertanyaannya mengenai keinginan untuk membunuh Rama. Gadis itu dapat membaca reaksi sang pemuda yang belum percaya padanya. Ia pun menantangnya untuk menguji dirinya sendiri dengan menunjuk siapapun yang pemuda itu inginkan mati. Siapapun dan di manapun ia berada.
Tertarik dengan janjinya, Sammy pun penasaran. Pemuda itupun menyebutkan nama tetapi bukan Rama melainkan seorang aktor selebritis terkenal yang dikabarkan sedang berhubungan dengan artis yang ia senangi dan ia tidak suka dengan hubungan tersebut.
Setelah mendengar namanya, gadis itu kemudian menanyakan bagian tubuh mana yang Sammy inginkan. Pemuda itu tidak mengerti untuk apa bagian tubuh itu namun sang gadis beralasan hanya untuk bukti bahwa ia telah melakukannya. Dengan sedikit keraguan Sammy hanya meminta rambutnya. Gadis itu kemudian bangkit meninggalkan sang pemuda setelah sebelumnya mengatakan dirinya bernama Nadia dan memintanya untuk bertemu kembali di belakang GOR esok sore.
Malam harinya, Sammy mendapat berita terbunuhnya selebriti yang ia sebutkan sebelumnya pada Nadia dengan mengenaskan oleh pelaku yang belum tertangkap dan teridentifikasi. Ia terkejut dan bertanya-tanya apakah gadis itu yang melakukannya? Jika benar maka mungkin dialah orang yang dibutuhkan oleh pemuda itu.
***
Keesokan sorenya, Sammy menemui Nadia di tempat dan waktu yang samas seperti yang telah dijanjikan sebelumnya. Di sana ia telah menemukan gadis itu telah menunggunya. Ia kemudian menyodorkan sebuah kotak kepada pemuda itu. Sebuah kotak bukti bahwa Nadia telah melaksanakan tugasnya. Sammy terkejut bukan main saat membuka dan menemukan isinya adalah rambut, bukan sehelai atau dua helai melainkan seluruh rambut sang korban beserta kulit kepalanya yang masih bercucuran darah segar. Saking kaget dan jijiknya hingga potongan tubuh itu jatuh ke tanah namun diterima atau tidaknya barang bukti itu bukanlah persoalan bagi Nadia.
Sammy hampir tak percaya Nadia benar-benar membunuh sang selebritis namun ia tak bisa memungkiri bukti di hadapannya. Entah potongan kulit kepala itu asli atau tidak, pemuda itu tetap yakin dia yang melakukannya. Saat ditanya bagaimana cara ia melakukannya, Nadia tidak mau menjawab.
Gadis itu kemudian mengatakan bahwa dirinya tak akan mudah ditemukan apabila seseorang melaporkannya pada polisi jadi tak perlu mengkhawatirkan masalah itu, namun ia menambahkan dua hal yang menjadi syarat untuk Sammy. Hal pertama adalah Nadia hanya bisa membunuh satu orang dalam satu hari. Kedua, pemuda itu tak boleh jatuh cinta padanya. Sammy bisa menerima syarat pertama namun mempertanyakan syarat kedua. Nadia beralasan itu untuk keselamatan pemuda itu. Apabila ia jatuh cinta padanya, dia akan terbunuh. Gadis itu tak mau menjelaskan lebih lanjut.
Pada akhirnya Sammy menerima syarat itu dan saat Nadia menawarkan jasanya, ia telah siap dengan nama lain.
***
Hari-hari berikutnya, media massa dijejali dengan berita terbunuhnya orang-orang terkenal secara mengenaskan dan misterius. Selebriti-selebriti yang menjadi korban kesemuanya adalah lelaki-lelaki yang sedang dikabarkan menjalin hubungan asmara dengan artis-artis cantik terkenal. Anehnya polisi masih belum menemukan tersangka yang melakukan perbuatan itu namun seorang saksi mengatakan ia pernah melihat seorang wanita membuntuti salah satu korban tetapi tak pernah jelas bagaimana wajah maupun identitasnya.
Berita-berita tersebut langsung berpengaruh pada masyarakat. Mereka yang sedang berpacaran resah dengan sang ”Pembunuh Pacar” sehingga menjaga jarak satu sama lain. Beberapa orang bahkan menutupi hubungan mereka atau memalsukan status mereka agar tidak diketahui oleh sang pembunuh. Meski demikian, orang yang tertawa di balik semua ini adalah Sammy. Betapa senangnya ia mendengar berita putusnya pasangan selebritis, melihat orang berjalan sendiri-sendiri, dan melihat orang kesepian. Ia puas menyaksikan orang merasakan hal yang sama dengan yang dialaminya selama ini. Walau begitu, ia masih memiliki tujuan akhir yang belum tercapai, yaitu mendapatkan Natalie, dan ia sudah punya rencana untuk itu.
Seminggu setelah menyeruaknya kasus misterius itu, tak ada lagi kasus pembunuhan yang terjadi. Masyarakat menganggap ”Pembunuh Pacar” bukan lagi ancaman dan mereka kembali pada kekasihnya masing-masing meski beberapa orang masih ketakutan. Saat itulah Sammy kembali menemui Nadia di tempat biasa. Kali ini, ia menyodorkan nama yang telah berada dalam benaknya sejak awal, yaitu Rama dan anggota tubuh yang diinginkannya adalah hati.
Untuk yang kesekian kalinya, Nadia melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada keesokan hari, sekolah gempar atas berita terbunuhnya sang pahlawan basket sekolah di rumahnya. Kejadian ini membuat shock semua sahabatnya, terutama para siswi penggemarnya dan tentu saja Natalie. Di antara mereka, siswi itu yang terpukul paling berat, bahkan sempat pingsan saat pertama kali mendengar berita tersebut. Di sisi lain, Sammy bagaikan di atas angin. Ia gembira, tertawa terbahak-bahak sambil meremas-remas hati Rama yang diberikan Nadia. Betapa senangnya ia karena musuh yang selama ini membakar hatinya kini telah tiada dan ia sekarang tengah meremukkan organ tubuhnya. Sekarang yang ia inginkan adalah merebut kembali Natalie dan itu membutuhkan waktu yang tepat.
Pemuda itu sangat berterima kasih pada Nadia. Mungkin itu adalah permintaan terakhirnya pada gadis itu namun tak menutup kemungkinan ia akan menemuinya lagi suatu saat nanti. Gadis itu menanggapinya dingin. Bagaimanapun ia akan tetap berada di belakang GOR itu jika Sammy membutuhkan namun untuk saat ini, mereka mengucapkan salam perpisahan.
***
Beberapa hari telah berlalu sejak kematian Rama tetapi awan duka masih belum berlalu dari hati Natalie. Setiap hari ia semakin murung, pendiam, dan jarang tersenyum. Ia masih terpukul dengan kematian orang yang sangat dicintainya itu. Teman-temannya berusaha menghibur siswi itu tapi belum juga berhasil. Mereka khawatir Natalie akan kehilangan seluruh keceriaannya.
Di saat yang sama, Sammy melihat situasi ini sebagai peluang. Pada suatu kesempatan, ia berhasil berduaan dengan Natalie karena tugas sekolah. Tak seperti dirinya yang dulu, pemuda itu kini lebih berani melakukan pendekatan pada Natalie. Segala ucapan-ucapan manis dan motivasi ia luncurkan pada siswi itu sampai berujung pada permintaan untuk menjadi pacarnya. Ternyata semua berjalan melebihi dugaannya. Natalie dengan mudahnya menyetujui permintaan Sammy tanpa keberatan sama sekali.
Sejak hari itu, Natalie dan Sammy resmi berpacaran. Ia bahagia karena apa yang diinginkannya sejak dulu akhirnya terwujud. Sekarang yang ia inginkan adalah kebahagiaan siswi itu. Keberadaan pasangan itu disambut reaksi dingin oleh teman-temannya. Tidak seperti saat bersama Rama, mereka menilai Sammy adalah lelaki licik yang memanfaatkan keadaan. Kendati demikian, pemuda itu berusaha untuk mengabaikannya. Statusnya saat ini yang lebih penting.
Sementara itu keadaan sebaliknya justru dialami oleh Natalie. Mendapatkan kekasih baru tidak juga mengembalikan kebahagiaannya. Ia masih murung dan depresi. Sammy terus berusaha untuk menghiburnya tetapi tidak juga membuahkan hasil. Bayang-bayang Rama masih belum lepas dari diri siswi itu. Bahkan pemuda itu bisa menilai bahwa senyum yang tersungging di wajahnya adalah palsu.
Berpacaran dengan Natalie tidak berjalan sesuai dengan yang Sammy harapkan. Setiap harinya membosankan dan depresi. Pemuda itu kehabisan akal untuk membuat hubungan mereka menyenangkan. Siswi itupun tidak juga menunjukkan tanda-tanda kebahagiaan. Ketika semua harapan tak bersisa, hubungan mereka berakhir lebih cepat dari yang diharapkan.
Sammy sangat kecewa dan menyesal. Ia pun gelisah, uring-uringan dan mulai menyalahkan diri sendiri. Akibat sikapnya itu ia semakin kesepian dan depresi. Pada akhirnya ia kembali berjalan menuju belakang gedung olah raga. Nadia masih di sana, sesuai dengan janjinya bahwa ia akan selalu ada jika pemuda itu membutuhkannya.
Hal yang ditanyakan gadis itu saat pertama kali berjumpa setelah sekian lama adalah siapa yang akan dibunuh selanjutnya tetapi Sammy tidak datang untuk itu. Ia datang karena kesepian dan kegalauan. Pemuda itu hanya menginginkan seseorang menemaninya dan mendengar keluh kesahnya. Nadia yang memiliki kepribadian misterius bersedia mendengar curahan hati Sammy yang entah bagaimana berujung pada permintaan pemuda itu untuk menjadi kekasihnya.
Nadia sedikit terkejut. Gadis itu mengingatkan resiko yang akan menimpa Sammy apabila ia jatuh cinta padanya tetapi pemuda itu tampak tidak peduli. Ia mengatakan dirinya lebih baik mati daripada hidup kesepian. Kendatipun dirinya yang membuat peringatan tersebut, gadis itu ternyata menerima permintaan Sammy. Persyaratan kedua telah dilanggar pada hari itu.
***
Berpacaran dengan Nadia membuka mata Sammy akan sosok sebenarnya dari gadis itu. Jauh berbeda dengan kepribadian dingin dan misterius saat sebelum berhubungan, Nadia menunjukan sifat ceria, suportif, optimis dan hangat. Sebuah kepribadian pasangan yang selama ini didambakan oleh Sammy. Hampir tak dapat dipercaya bahwa gadis itu adalah seorang pembunuh berdarah dingin. Pemuda itu menyayangkan kenapa tidak sedari dulu ia berhubungan dengannya.
Bersama Nadia, hari-hari Sammy menyenangkan. Tak ada lagi kesepian dan depresi. Tak ada lagi rasa cemburu, dendam dan iri. Gadis itu bagai membersihkan seluruh noda di hati pemuda itu. Bahkan ia tak lagi minder dengan penampilan fisiknya karena sekarang telah menjadi bahan perbincangan teman-teman sekolahnya. Sammy merasa telah menemukan kebahagiaan sejati dan tak ingin kebahagiaan itu berakhir. Namun sekali lagi, semua tak berjalan sesuai harapannya.
Waktu berlalu tanpa terasa hingga tibalah hari terakhir untuk Sammy duduk di kelas dua. Hasil ujian akhir semester menunjukkan seluruh siswa di kelasnya memuaskan. Semua naik kelas kecuali Natalie. Ia berada di dasar jurang depresinya tepat saat hasil ujian diumumkan. Siswi itu nyaris tidak naik kelas. Terlebih lagi ia sudah tidak mempunyai fondasi yang kuat untuk tetap hidup. Natalie tewas gantung diri di hari pembagian rapor.
Tak ada seorang siswa pun yang bergembira di hari kenaikan kelas. Awan duka kembali menyelimuti mereka. Sammy pun merasakan hal yang sama namun tidak sedepresi sebelumnya karena ia telah menemukan penyegar hatinya. Nadia yang selalu menghidupkan kembali semangat pemuda itu.
Hari itu, Sammy bergegas meninggalkan sekolah untuk menemui Nadia di tempat biasa mereka bertemu namun sesampainya di sana, ia tidak menemukannya. Pemuda itu mencoba menghubungi kekasihnya. Belum sempat ia memutar nomornya, sebuah sms masuk dan kebetulan dikirim oleh Nadia. Pesan itu berisi permintaan untuk menemuinya di dalam gedung olah raga nanti malam. Sammy menjadi penasaran setelah membacanya. Kejutan apa yang akan diberikan olehnya nanti? Sayangnya ia tak bisa mencari tahu sekarang. Tidak mungkin masuk ke dalam di siang hari karena pintunya dikunci. Ia harus bersabar menunggu nanti malam.
Selepas maghrib, Sammy bergegas kembali ke gedung olah raga. Ia tak sabar untuk segera menemui kekasihnya. Di sana ia mendapati pintu gedung tak terkunci. Nadia pasti sudah di dalam. Tanpa keraguan pemuda itu masuk ke dalamnya.
Suasana di dalam gedung cukup gelap. Lampu plafon tidak dinyalakan dan penerangan hanya berasal dari sinar bulan yang masuk melalui jendela atap. Saat Sammy memanggil Nadia, suaranya menggema ke seluruh penjuru ruangan dan gadis itu menyambutnya.
Nadia berada di tengah lapangan bulu tangkis, berdiri sendirian di bawah sinar bulan. Ekspresinya datar, seperti ketika pertama kali bertemu. Sammy heran dengannya. Saat ia datang menghampiri, tiba-tiba langkahnya terhenti. Seseorang menahan tubuhnya sangat kuat hingga ia tak bisa bergerak. Ketika menoleh, ia menemukan orang yang menahannya itu adalah seoran gadis yang sangat mirip dengan Nadia. Betul-betul sama persis bahkan Sammy tak bisa membedakannya dengan Nadia asli yang berdiri di hadapannya. Gadis yang mirip dengan kekasihnya itu kemudian mengucapkan sesuatu.
”Aku ingin telingamu”
Segera setalahnya, ia menarik daun telinga Sammy sekuat tenaga hingga terputus. Darah segar mengalir deras, pemuda itu menjerit kesakitan dan menghempaskan diri. Sambil memegang rongga telinganya, ia menengok ke Nadia asli dan bertanya apa yang terjadi namun ia tidak menjawab kecuali berdiri diam.
Belum hilang rasa sakitnya, pemuda itu melihat Nadia yang lain lagi dan ia mencengkram mata kanan Sammy.
”Aku ingin matamu” dan bola mata itu pun tercabut dari rongganya.
Darah segar semakin deras menyembur. Sammy merasakan sakit yang amat sangat. Ia berguling-guling membanjiri lapangan dengan darah sambil menjerit kesakitan dan meminta tolong. Naas baginya ketika lebih banyak lagi Nadia yang mengerubunginya. Mereka masing-masing memegang organ-organ tubuh yang berbeda. Mengucapkan bagian yang diinginkan sebelum mencabutnya dengan paksa.
Nadia yang asli tetap berdiri kaku dengan ekpresi dingin menyaksikan tubuh Sammy dikoyak hidup-hidup oleh banyak Nadia. Hingga lewat tengah malam tak terdengar lagi jerit kesakitan. Semua Nadia telah mendapatkan bagian yang diinginkan dan pergi meninggalkan tubuh Sammy yang hanya bersisa gundukan daging yang tak diinginkan.
”Sudah kubilang kau tak boleh jatuh cinta padaku.” demikian pesan terakhirnya sebelum pergi meninggalkan gedung olah raga.
-end-
Penulis: hikikomori-vq
0 komentar