Cerita horor atau film horor yang berkaitan dengan hantu memang bertujuan untuk menakut-nakuti pembaca dan penontonnya. Ketika mereka ketakutan, film horor atau cerita horor yang disuguhkan, para sutradara atau penulis dari genre ini telah berhasil.
Lalu, apa alasannya, seseorang menonton atau membaca hal-hal yang menakutkan mereka?
Seorang profesor psikologi organisasi dan sosial dari University of Utrecht Belanda bernama Jeffrey Goldstein menyatakan, "Orang menonton film horor, karena mereka menginginkan rasa takut itu."
Suatu media hiburan ditonton atau dibaca oleh penonton lebih karena berharap produk tersebut dapat memengaruhinya. Dan efek pengaruh paling luar biasa, pada umumnya didapat dari film horor.
"Inilah yang mereka cari," tambah Goldstein.
Goldstein menilai pada dasarnya masyarakat menikmati rasa takut dan mencarinya. Mereka juga tahu kalau cerita hantu tidak benar-benar berbahaya. Mereka mengerti, risiko sebenarnya dari aktivitas menonton atau membaca horor sangatlah sedikit. Dengan kesadaran ini, pada akhirnya toh mereka yang melakukan aktivitas ini merasa gembira, bukan takut dalam arti yang sebenarnya.
Karenanya, taman hiburan yang menyediakan rumah hantu selalu ramai dikunjungi saat Hallowen - seperti rumah hantu di Indonesia ini. Kebanyakan orang dewasa dan remaja mampu mengukur realitas dari tingkat ancaman aktual yang menakutkan. Ini juga mempengaruhi tingkat perasaan keselamatan mereka. Contohnya, saat menyadari bahwa menonton film horor tidak menimbulkan ancaman fisik, kecuali mimpi buruk. Penonton akan merasa aman jika menikmati film tersebut, bahkan bergembira.
Ketakutan sebenarnya, muncul dari tingkat ancaman yang lebih besar daripada rasa aman. Pola pikir aman atau tidak ini berdasarkan pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu, anak-anak jauh lebih banyak merasa takut daripada remaja. Karena sedikit pengalaman mereka untuk menyadari bahwa cerita seram itu tidak nyata.[]
Lalu, apa alasannya, seseorang menonton atau membaca hal-hal yang menakutkan mereka?
Seorang profesor psikologi organisasi dan sosial dari University of Utrecht Belanda bernama Jeffrey Goldstein menyatakan, "Orang menonton film horor, karena mereka menginginkan rasa takut itu."
Suatu media hiburan ditonton atau dibaca oleh penonton lebih karena berharap produk tersebut dapat memengaruhinya. Dan efek pengaruh paling luar biasa, pada umumnya didapat dari film horor.
"Inilah yang mereka cari," tambah Goldstein.
Goldstein menilai pada dasarnya masyarakat menikmati rasa takut dan mencarinya. Mereka juga tahu kalau cerita hantu tidak benar-benar berbahaya. Mereka mengerti, risiko sebenarnya dari aktivitas menonton atau membaca horor sangatlah sedikit. Dengan kesadaran ini, pada akhirnya toh mereka yang melakukan aktivitas ini merasa gembira, bukan takut dalam arti yang sebenarnya.
Karenanya, taman hiburan yang menyediakan rumah hantu selalu ramai dikunjungi saat Hallowen - seperti rumah hantu di Indonesia ini. Kebanyakan orang dewasa dan remaja mampu mengukur realitas dari tingkat ancaman aktual yang menakutkan. Ini juga mempengaruhi tingkat perasaan keselamatan mereka. Contohnya, saat menyadari bahwa menonton film horor tidak menimbulkan ancaman fisik, kecuali mimpi buruk. Penonton akan merasa aman jika menikmati film tersebut, bahkan bergembira.
Ketakutan sebenarnya, muncul dari tingkat ancaman yang lebih besar daripada rasa aman. Pola pikir aman atau tidak ini berdasarkan pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu, anak-anak jauh lebih banyak merasa takut daripada remaja. Karena sedikit pengalaman mereka untuk menyadari bahwa cerita seram itu tidak nyata.[]
2 komentar