Namun begitu para penjelajah dari Spanyol itu harus berhadapan dengan satu tradisi yang sangat mengejutkan, pengorbanan jiwa manusia sangat marak dilakukan di kuil-kuil dan piramida-piramida. Suku Aztec melakukan satu bentuk praktik pengorbanan manusia yang sama dengan suku Maya, namun dalam intensitas yang lebih besar.
Orang-orang yang mereka jadikan sebagai korban persembahan adalah para tawanan perang dari suku-suku musuh yang berhasil mereka kalahkan. Namun tidak jarang pula, budak-budak dari daerah mereka sendiripun dikorbankan. Pembantaian bahkan sering dilakukan secara besar-besaran, terutama dalam rangka penyucian kuil-kuil yang baru dibangun, khusus untuk menghormati para dewa mereka. Hal ini terungkap saat dilakukan penggalian piramida-piramida besar di Meksiko, ditemukan ratusan kerangka terbukur dalam pondasi pondasi dengan posisi berlutut. Gambar gambar tengkorak dan kerangka manusia terlihat pada arsitektur bangunan mereka yang secara khusus didirikan dengan tujuan mempersembahkan korban manusia.
Beberapa ritual mengerikan nyaris tidak dapat dipahami. Dipercaya banyak dari korban dadanya dibelah dengan pisau batu dan jantungnya dicabut keluar hidup-hidup oleh imam agung mereka. Kemudian jantung itu diletakkan disebuah altar khusus sebagai korban persembahan, sementara jasad para korban dilemparkan melalui anak tangga piramida, bahkan terkadang dimakan hidup-hidup.
Dalam ritual lain yang dilakukan pada hari-hari penting berdasarkan kalender astronomi, biasanya para korban dikuliti hidup-hidup. Kemudian seorang imam akan mengambil kulit manusia itu dan memakainya selama sebulan penuh. Jenis ritual ini melambangbangkan kelahiran kembali. Hilangnya kulit manusia dianggap sebagai gambaran dari proses pembaruan seperti yang terjadi pada ular saat melepaskan kulit. Ular adalah mahluk yang dihormati oleh suku Aztec.
Seiring berlalunya waktu, nafsu suku Aztec terhadap darah semakin meningkat. Sepertinya kemakmuran yang semakin meningkat mengharuskan mereka meningkatkan korban persembahan buat para dewa mereka pula. Dibawah kuil-kuil yang dibangun belakangan, ditemukan sisa-sisa jasad manusia dalam jumlah yang lebih besar.
Satu kisah mengerikan dicatat oleh para penakluk dari Spanyol. Diceritakan pada saat mereka masuk di Tenochtitlan, pusat pemerintahan Aztec yang sekarang dikenal dengan kota Meksiko, mereka menemukan monumen yang seluruhnya dibangun dari tulang kerangka manusia. Sesuai perhitungan, diperkirakan monumen itu dibangun dari 125 ribu kerangka, disusun dalam satu pola geometris yang akurat.
Ketakjuban mistis terhadap kematian ini sepertinya kejam dan aneh bagi kita yang hidup di zaman modern, tetapi bisa jadi hal itu merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari budaya peradaban kuno di mana cara-cara hidup mereka telah berkembang selama beberapa ribu tahun secara terisolir dari apa yang dianggap sebagai dunia secara umum.
Kehancuran suku Aztec terjadi setelah berlangsungnya pertempuran hebat dengan penjelajah Spanyol di bawah pimpinan Cortez. Peperangan ini bisa dikatakan pembasmian suatu budaya yang sudah berkembang demikian pesat. Apakah kemenangan itu membuktikan bahwa tentara Spanyol lebih hebat dari pejuang Aztec?
Sepertinya tidak, dipercaya bahwa raja Aztec saat itu, Moctezuma, menyuruh pejuang-pejuang sukunya yang tangguh untuk menahan diri padahal mereka sangat mampu mengalahkan pendatang-pendatang asing di wilayah mereka sendiri. Penyerahan diri itu tak lepas dari sikap patuh Mozteczuma terhadapa ramalan kuno pendahulu mereka. Ramalan itu berbicara tentang kedatangan sekelompok orang di negeri dewa Quetzalcoatl mereka. Yang mana pemimpin kelompok itu akan menggunakan kebijakan dan kekuatan besar untuk membantu orang-orang Aztec dan Meksiko untuk memperoleh kejayaan yang lebih besar. Pemimpin kelompok itu dikenal sebagai “ular berbulu”, makhluk paling dihormati suku Aztec. Itu dijelaskan dalam kata yang sesuai dengan penampilannya, yaitu orang bersenjata dan berjanggut yang datang dari Timur – arah di mana matahari terbit.
Meski ramalan itu tampak akurat, dengan kedatangan orang-orang dari Spanyol, tetapi tentu hasilnya sangat berlawanan dengan apa yang diramalkan. Bukan kejayaan yang ditemui, justru kebudayaan bangsa Aztec menjadi hancur untuk selamanya karena penjelajah Spanyol menganggap bahwa mereka punya kewajiban memusnahkan setiap jejak dari suku yang dulunya begitu hebat.[]
0 komentar