Saturday, October 20, 2012

Cerita Horor: Kuntilanak dan Sendal Jepit [Part 2]

Hari mulai meninggalkan siang sementara itu Ary terus berlari menembus derasnya hujan. Ia melepas sendal jepit yang tinggal sebelah dan menenteng dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya sibuk merogoh saku celana untuk mencari handphone.

Setelah menemukan handphone, dia langsung menekan tombol hijau, memanggil siapa saja yang terkahir kali dihubunginya siang itu. "Halo,.. gue... gue..."

Di sebuah lobi hotel, tiga sosok cewek yang cakep, imut, manis, dan cantik sedang berbincang. Sesekali gelak tawa mewarnai celotehan mereka. Tak lain dan tak bukan mereka adalah Dewi, Cat, dan Mira. Hari itu semestinya mereka berempat, tapi salah seorang teman mereka, Ary, belum muncul juga. Pertemanan mereka belum lama terjalin. Tiba-tiba ponsel milik Dewi berdering. Sebuah nama yang sedari tadi mereka nantikan muncul di layar

"Ary, ke mana aja sih? Cepet donk ke sini, dah pada ngumpul nih" suara Dewi di seberang sana.

"Gue masih di... aduh di mana ya, sepertinya uda mau nyampe, tapi kagak tau kenapa kok rasanya jauh banget. Padahal gue uda lari lumayan jauh. Tolong, jemput gue dong, gue di deket rumah tua yang ada pohon mangganya" Ary berbicara cepat dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Lo ga kenapa-kenapa kan Ry, ya udah kita pada ke sana, lo tunggu aja ya"

Dalam waktu sepuluh menit, Cat, Dewi, dan Mira sudah sampai di rumah tua itu.

"Iya, pasti rumah ini yang dimaksud Ary. Mangganya menggiurkan tuh, kayanya manis deh, tapi koq... hhmm, gue merinding ya" Dewi menepikan mobilnya dan memperhatikan rumah di kanan jalan itu.

"Lo yakin, Wi? Terus Ary mana, kok ga kelihatan ya" tanya Mira

"Yakin Mir, tadi Ary bilang rumah tua yang banyak pohon mangganya. Turun yuk" ajak Dewi

Mereka bertiga turun dari mobil dan menyeberang jalan menuju rumah tua itu, tanpa payung, meskipun hujan masih cukup deras membasuh.

"Kita berteduh di bawah pohon mangga itu aja, mungkin Ary di sekitar situ juga" ajak Cat sambil berlari-lari kecil dan sesekali melompat untuk menghindari genangan air di jalan berlubang.

"Ah gue koq..." Dewi agak ragu

"Udah daripada kehujanan, kenapa juga sih di mobil lo ga ada payung" Cat menarik tangan Dewi dan menganggukan kepala mengajak Mira menuju pohon mangga itu.

Kurang empat langkah dari pohon itu, mata mereka menangkap sebentuk sosok perempuan dengan baju putih panjang di dahan pohon itu. Dan... tangan kirinya memegang sendal jepit butut.

"Hi hi hi hi, hari ini aku kedatangan banyak tamu" sosok perempuan itu melambai pelan ke arah mereka bertiga.

"Astaga, Cat," Mira spontan berteriak sambil menggenggam tangan Cat.


“Minta lipstick dong, hi .. hi ..hi .. hi ..” udap sosok perempuan itu dengan pelan.

"Aku ogah ama lipstickmu, Hi hi hi hi warna lipstickmu norak sekali, seperti vampire baru menghisap darah, aku tak suka. Nanti aku dikirain vampire, hi hi hi hi"

Mira meraba bibirnya, sore ini dia memang memulas bibir dengan lipstck warna merah darah. “Enak aja, ini lipstick keluaran terbaru lho. Dan harganya mahal.. hal.. hal.., catet!”

“Gak ngaruh tuh, tetep aja bibirmu kagak sensual... hi..hi...hi...hi..” sahut Kuntilanak itu.

"Hi hi hi hi, dan kamu, lipstick itu terlalu mengkilat, berminyak sekali bibirmu, kalau kupakai lipstick itu, aku disangka kuntilanak yang habis makan gorengan pinggir jalan" kuntilanak itu menatap bibir cat yang sudah bisa dipake buat bercermin.

Cat menunduk dan tersadar bahwa dia menggunakan lipstick glossy yang mengandung banyak pelembab yang baru dibelinya kemarin sore. “Tapi rasanya enak lho, rasa stroberry” ucap Cat sambil menjilati bibirnya.

"Hi hi hi hi, kamu... aku suka lipstickmu, pink yang manis, aku minta lipstickmu dong" Kuntilanak itu mendekati Dewi yang sudah gemertaran

Dewi bergerak ke belakang tubuh Cat seolah ingin bersembunyi di sana."Ini... ini... Ultima II, tta ttapi... tinggal sedikit, dan ada ddi ddi mobil" Dewi menunjuk mobil yang terparkir di seberang jalan.

"Hi hi hi hi, aku mau lipstick itu, nanti saat pangeran pemilik sendal jepit ini datang, dia pasti jatuh cinta padaku jika aku memakai lipstick pink itu hi hi hi hi"

“Beli sendiri dong, kagak bermodal amat sih jadi kunti,” teriak Cat.

“Aku kagak punya uang mbak, hi.. hi.. hi.. hi...,” ucap Kuntilanak itu dengan suara yang pelan dan masih diakhiri dengan tawanya yang fals.

“Cari kerja dong, apa aja boleh. Yang penting halal, ngamen kek atau apalah,” sahut Mira.

“Aku tak mau kalau diriku dimadu.. tereng.. to eng..” mereka bertiga terkejut saat melihat si Kunti bernyanyi dangdut sambil bergoyang dombret.

“Ayo bayar! Hi.. hi.. hi.. hi ..” Kuntilanak itu menyodorkan tangannya. Dewi memperhatikan kuku kunti itu yang panjang dan hitam.

“Ih .. jorok!” teriak Dewi.

“Pergi meni pedi dong, nih lihat ...” Dewi menunjukkan jari-jari tangannya yang halus.

“Pake kuteks yang cantik, nih ..” Mira dan Cat juga menunjukkan kuku tangan mereka yang mengkilap dengan warna kuteks yang cerah

“Gimana mau dapat pangeran, kalo dekil gitu,” ucap Mira

“Berani-beraninya mengata-ngatai aku hi..hi...hi..hi..., tidak boleh ada yang lebih cantik dari pada aku! Lebih baik kalian menghilang dari dunia ini .. hi ..hi...hi...hi...” ketiganya berteriak ketakutan saat kuntilanak itu mendekati mereka sambil memainkan kuku-kuku yang panjang dan tajam itu.

*Apa yang akan terjadi pada Cat, Mira dan Dewi. Dan kemanakah hilangnya Ary, sang pangeran sendal jepit?

Bersambung ke cerita horor: kuntilanak dan sendal jepit part 3

Penulis: Cat | Kemudian | Pic

0 komentar