Sunday, December 9, 2012

Urban Legend: Sopir Taksi Ini Seorang Pembunuh!

Beberapa tahun silam, aku tinggal di Korea Selatan untuk mengajar bahasa Inggris di sebuah sekolah. Aku tinggal di sebuah apartemen bersama dua teman wanitaku, Mi Sun dan Hwa Young. Pernah pada suatu malam, untuk melepas kesuntukan hidup sehari-hari, kami bersepakat pergi ke clubbing. Maklum anak muda. Baik Mi sun, Hwa Young dan aku menikmati aneka minuman bersoda dan bersenang-senang berjam-jam lamanya di klub malam itu. Saat waktu sudah menunjukkan pukul 2.20 dini hari, kami sudah mulai lelah dan memutuskan pulang.

Selepas kami bertiga sampai di area luar klub malam, aku melihat taksi berwarna kuning sedang melaju ke arah klub. Kemudian, aku melambaikan tanganku pada taksi itu. Setelah taksi itu berhenti di depan kami, kami segera masuk ke dalam. Aku duduk di kursi depan bersama si sopir, sementara dua gadis itu duduk di kursi belakang.

Credit: Pixmac
Aku melihat sopir taksi di sebelahku memiliki raut wajah aneh dan tidakk seperti wajah sopir-sopir taksi biasanya. Bahasa Inggris si sopir sangat baik dan fasih. Di tengah perjalanan, si sopir taksi mulai berkisah beberapa anekdot yang membuatku terpingkal-pingkal. Saat aku sedang tertawa, aku melirik kepada dua temanku di belakang. Keduanya tidak tertawa sama sekali. Bahkan, mereka hanya berdia diri saja memasang mimik serius pada wajah masing-masing.

“Kenapa kalian, apa ada yang salah?” aku mulai bertanya,  “Kenapa kalian tidak tertawa sama sekali.”

Mi Sun dan Hwa Young menjawab pertanyaanku. Mereka diam mematung dan menatap lurus ke depan. Lalu, tiba-tiba Hwa Young membungkukkan tubuhnya ke depan dan berbisik kepada si sopir. “Pak sopir, kami berdua turun di sini saja ya.”

Sopir segera menepikan taksi ke sisi jalan. Dua gadis itu langsung keluar dari taksi dan berlalu dengan cepat tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sungguh aneh, ada dengan mereka? Apa ada yang salah dengan lelucon si sopir? Pikirku. Aku benar-benar bingung saat itu, dan kebingungan itu belum hilang selama perjalanan.

‘Apakah ini taksi hantu? Si sopir ini hantu, seperti di film-film?’ Aku lantas melirik ke arah si sopir. Tapi, tak kutemukan keanehan apapun pada wajahnya. Yeah, aku paham benar ciri-ciri hantu – seperti yang digambarkan film. Mereka memiliki wajah pucat dengan tubuh dingin. Sopir yang ada di sebelahku sama sekali tidak mencirikan itu. Tampaknya, dia manusia biasa, seperti aku.

Tak lama kemudian, aku sampai di depan apartemen. Taksi berhenti. Aku keluar. Membayar sopir. “Thank you, Sir,” kataku.

“You are welcome, and thank you to use my taxi,” sahut si sopir.

Saat itu, aku tetap tak berpikiran apa-apa tentang taksi tersebut. Lalu, kedua temanku, yang sudah sampai depan apartemen lebih dulu, keluar dari persembunyiannya. Sepertinya, mereka telah menunggu kepulanganku.

“Apa yang terjadi setelah kami keluar dari taksi itu?” tanya kedua temanku.

Aku mengernyitkan dahi, bingung dengan pertanyaan mereka. Apalagi, melihat wajah mereka yang pucat ketakutan.

“Kita harus menelepon polisi sekarang,” kata Hwa Young.

"Apa kau tidak mendengarnya, Justin?" tanya Mi Sun kemudian.

Aku menggeleng.

“Ya ampun,” Mi Sun menepuk jidatnya, “Ketika taksi berjalan, aku mendengar suara aneh yang berasal dari bagasi. Suara itu suara seorang wanita yang berkata, ‘Tolong. Tolong. Tolong aku. Siapa saja tolonglah aku. Bukakan aku di bagasi ini.’ Sambil berteriak-teriak!”

“Hah, apa benar? Aku sungguh tak mendengar suara apapun? Mungkin itu hanya halusinasi kalian, karena beranggapan aneh dengan taksi itu.”

“Kau sungguh keterlaluan, sampai tak mendengar suara itu. Suara itu begitu keras, dan dia berteriak sambil menggedor-gedor bagasi. Ketika, kami berdua turun dari taksi, wanita itu teriak, ‘Sepecatnya, kalian harus turun dari taksi ini. Si sopir adalah seorang pembunuh. Aku disekap sebagai korban berikutnya!'' jawab kedua gadis itu serempak.

Saat itulah, aku mulai merasa ketakutan dan keringat dingin mulai mengucur di bagian punggungku. Dalam hati aku berkata, ‘Sungguh beruntungnya diriku, sungguh sangat beruntungnya…’[]

Penulis: @CerpenHoror

1 komentar: