Wednesday, November 14, 2012

Delia dan Mr S yang Menyeramkan

Masa paling mengkhawatirkan dari seorang anak perempuan adalah saat ia menginjak remaja. Delia masih berusia lima tahun. Namun Fatimah sudah mulai membayangkan bagaimana ia dan suaminya bisa mengawal masa-masa kritis anak semata wayangnya itu.

Dan seperti bocah seusianya, Delia masih suka bermain. Satu hal yang membuat Fatimah waswas belakangan ini adalah kegemaran Delia akan cerita-cerita horor. Fatimah khawatir hal itu akan mempengaruhi perkembangan psikologisnya.

Betapa tidak, pada satu malam Fatimah menyaksikan Delia mengigau sambil menyebut sosok menakutkan yang dipanggil dengan sebutan Mr S. Untungnya tak berlangsung lama, setelah kejadian itu Delia tidur lagi.

Besoknya, Fatimah menanyakan siapa yang dimaksud Mr S. Ternyata Mr S yang dimaksud adalah Mister Setan. Fatimah tersenyum geli mendengarnya dan diam-diam menyukai istilah itu. Rasanya penyebutan Mr S lebih tepat buat anak-anak, mengurangi kesan seram.

Karena khawatir, Fatimah segera membatasi peluang Delia memperoleh cerita-cerita horor. Salah satunya melarang dia membeli VCD berisi film hantu yang belakangan sudah tayang di bioskop dan bajakannya banyak dijual diberbagai tempat.

Tapi tampaknya cara seperti itu tak terlalu efektif. Pengaruh teman-teman sepermainan Delia lebih menentukan. Meski demikian Fatimah terus mengawasi perkembangan Delia baik secara langsung atau melalui Aniah, asisten rumah tangga yang mengasuh Delia dua tahun terakhir.

“Wajahnya serem banget dan bisa menghilang. Delia dan temen-temen ketakutan…“ Delia menceritakan mimpinya bertemu Mr S semalam.

Lain hari ia bercerita tentang Mr P alias Pocong. Meski jenis hantu yang satu ini dikenal lamban gerakannya, tapi sosok wajahnya tak kalah menakutkan.

“Mr P itu tiba-tiba mengejar kita yang lagi bermain di lapangan malam-malam. Untungnya larinya nggak kenceng. Pas kita kabur, Mr P tertinggal jauh, lalu menghilang. Mungkin pulang kali ya Ma…” kata Delia serius.

Setan paling menyeramkan di kalangan teman-teman sepermainan Delia adalah Mr K. Fatimah sempat meluruskan penyebutannya menjadi Mrs K dengan alasan Kuntilanak adalah setan perempuan.

Hantu ini digambarkan sebagai sosok wanita berambut panjang dan berbaju putih kombrang. Ciri khas lainnya adalah punggungnya berlubang.

Delia sempat bertanya mengapa punggung Mrs K berlubang? Fatimah bingung menjawabnya. Ia takut mengira-ngira. Fatimah takut menimbulkan pertanyaan baru jika salah menjelaskannya.

Yang pasti Kuntilanak dipercaya tinggal di sebuah pohon tertentu. Biasanya pohon berdaun lebat seperti pohon asem.

Di sekitar tempat tinggal Delia, tak ada pohon seperti itu. Namun tiba-tiba berkembang cerita bahwa ada kuntilanak tinggal di sebuah pohon kelapa, tak jauh dari rumah Delia.

***

Begitulah pohon kelapa itu tiba-tiba menjadi bahan cerita horor di kalangan warga komplek perumahan dimana Delia tinggal. Pohon itu ditanam suami Fatimah, Wawan.

Kala itu Wawan bingung menanam dua bibit pohon kelapa yang dibawa dari rumah mertuanya usai mudik Lebaran. Halaman rumahnya sempit. Tak mungkin menjadi tempat bertumbuhnya pohon kelapa.

Satu pohon lalu ditanam di lereng tanah kosong di belakang rumah , satu laginya di sebuah lahan kosong tak jauh dari rumah. Dalam perkembangannya, pohon kelapa di belakang mati tertimbun longsor saat musim hujan. Sedang satu lagi berdiri kokoh meski tak segera berbuah hingga usia lima tahunan.

Dengan alasan khawatir jadi sarang nyamuk dan ular, lahan kosong itu disulap warga menjadi lapangan bulutangkis. Pos keamanan pun didirikan. Pohon kelapa dengan buah yang banyak, tinggi, dan lebat, menjadi ciri khas keberadaan lapangan tersebut.

Usai bermain bulu tangkis, pada akhir pekan, seringkali warga memetik kelapa dan meminumnya langsung. Sungguh sebuah pemandangan yang teramat sulit ditemukan di sekitar Ibukota belakangan ini.

Semua warga tahu, Wawan yang menanam pohon kelapa itu. Namun Wawan menyatakan bahwa pohon itu sudah milik umum. Siapapun yang berminat dipersilahkan memetiknya buahnya.

Didik, seorang warga yang rumahnya paling dekat dengan pohon kelapa itu, pernah minta izin untuk menebangnya karena takut kejatuhan buah kelapa. Wawan mempersilahkan. Entah mengapa ide itu tak segera terwujud.

Lalu munculah cerita bahwa pohon kelapa itu telah menjadi rumah Kuntilanak. Adalah Namira, anak Didik dan teman Delia , yang pertama mengaku melihat penampakan Kuntilanak turun dari pohon kelapa. Kuntilanak lalu bermain ayunan yang berdiri persis di bawah pohon kelapa.

Setelah cerita kuntilanak itu berkembang, ayah Namira segera mengerahkan sejumlah warga kampung yang dibayar untuk merobohkannya

Sejak itu lapangan bulutangkis menjadi terang benderang. Namun cerita kuntilanak belum sepenuhnya hilang. Konon Mrs K masih kerap muncul bermain ayunan pada malam hari.

***

Cerita kuntilanak perlahan menghilang dari pembicaraan warga, menyusul muncul cerita tragis tentang Bunga, putri salah satu warga komplek perumahan . Bunga yang masih duduk dibangku SMP dilaporkan telah dibawa lari pria yang baru dikenalnya melalui jaringan facebook.

Kasus itu sempat ditangani polisi, dan baru terungkap sepekan kemudian.

Tak mudah mencari tahu sebabnya karena keluarga Bunga tergolong keluarga tertutup.

Namun dari kasak-kusuk yang berkembang, apa yang dilakukan Bunga sebenarnya merupakan wujud pemberontakan seorang anak yang merasa dikekang orangtuanya.

Masih menurut kabar burung tadi, orangtua Bunga mendidik anak-anaknya secara otoriter. Tak boleh ada internet di rumah karena mereka menganggap jaringan maya seperti itu lebih banyak dampak negatifnya.

Belajar, belajar, dan belajar adalah kewajiban yang tak bisa ditolak Bunga dan dua adiknya. Bahkan demi meningkatkan kemampuan belajar, orangtua Delia mendatangkan guru-guru les ke rumah.

Diduga hal itu membuat Bunga bosan dan merasa terkekang. Akhirnya melakukan pemberontakan. Pemberontakan kecil dimulai dengan pembuatan akun facebook secara diam-diam dengan bantuan temannya. Selanjutnya Bunga kian berani berbohong; izin belajar di rumah teman padahal di rumah itu ia lebih banyak bermain internet.

Puncaknya ia bertemu dengan pria yang baru dikenalnya melalui facebook. Masalahnya pria itu bukan pria baik. Bunga menjadi salah satu korbannya. Ia disekap. Hartanya dipreteli. Juga dinodai. Sejak itu, Bunga dan keluarganya jadi trauma. Mereka kian menutup diri.

Dari kasus Bunga, Fatimah dan suaminya berkesimpulan tak mudah mendidik anak zaman sekarang. Namun mereka ingin mengambil pelajaran berharga dalam menyiapkan Delia menjadi remaja.

***

Sekali lagi, Delia belumlah remaja. Tahun depan ia baru didaftarkan masuk sekolah dasar. Karena setiap hari melihat papa dan mamanya berada di depan internet dan berfacebook ria, Fatimah akhirnya mengabulkan permohonan Delia untuk dibuatkan akun facebook.

Agar bisa mengawasi, Aniah juga dibuatkan akun facebook sendiri.

Sejauh ini Fatimah belum menyaksikan pengaruh negatif internet terhadap Delia. Sebaliknya anaknya jadi bisa lebih cepat mengenal huruf dan membaca. Facebook juga menjadi sarana hiburan anaknya di rumah. Salah satu teman chating adalah bunda atau gurunya.

Saudara dan tetangganya Fatimah pernah menyarankan agar Delia dibikinkan adik sehingga ada kawan berinteraksi, tak kesepian. Fatimah setuju 100 persen. Masalahnya mereka sudah berusaha, mungkin Tuhan belum memberinya.
Belakangan Aniah memberi laporan bahwa Delia mulai gemar mencari-cari gambar-gambar aneh. Fatimah lalu melacaknya. Ternyata laporan asistennya benar. Delia mencari gambar-gambar Mr S dan sejenisnya melalui google. Bahkan ada salah satu situs dewasa yang sempat dibuka anak tunggalnya itu.

Fatimah segera melaporkan hasil pelacakannya kepada sang suami.

“Yang sudah, besok dibilangin saja. Jangan dimarahin ya Ma…” Begitu pesan Wawan yang malam itu sudah izin tak pulang ke rumah karena ada pekerjaan yang harus dilemburnya di kantor.

Sebelum tidur, Fatimah memandangi wajah anaknya yang sudah lelap duluan. Ia geleng kapala, lalu tersenyum bahagia.

Namun dalam tidurnya , Fatimah mengalami mimpi buruk. Ia berhadapan dengan Delia yang dalam mimpi itu sudah menjadi remaja. Wajahnya cantik dan segar. Delia minta izin untuk bermalam minggu bersama seorang pemuda ganteng bak bintang film.

Karena belum mengenal pemuda yang akan membawa Delia, Fatimah tak mengizinkannya. Delia mengiba minta diizinkan sekali saja. Ia berjanji tak akan pulang hingga larut malam.

Dengan berat hati akhirnya Fatimah mengizinkan. Namun begitu Delia beranjak meninggalkan halaman rumah, jantung Fatimah tiba-tiba berdegub kencang. Ia merasa ada yang tak beres dengan pemuda yang pergi bersama anaknya.

Ia lalu berlari sambil berteriak mencegahnya. Anehnya teriakan Fatimah hanya tertahan dalam hati. Teriakannya baru keluar tatkala pemuda itu menengok dan tersenyum ke arahnya. Ya ampun…pemuda itu ternyata bertaring.

“Tidaaakk…tidaakkk….tolonggg….tolonggg….jangaaann…” Fatimah berteriak-teriak panik dan sangat ketakutan.
Di sela ketakutannya, Fatimah mendengar suara memanggil. “Maaa..mamaaaa, bangun maaa, banguunnn…”

Fatimah terkejut mendengar suara itu. Lebih terkejut lagi melihat Delia kecil duduk tertegun di hadapannya.

Fatimah segera memeluk buah hatinya itu. Ia merasa lega karena Delia belumlah remaja seperti dalam mimpinya.
Tak lama kemudian Delia menggeliat dan berbisik di telinganya. “Mama mimpi bertemu Mr S ya?”

Fatimah memandang Delia sambil mengangguk, tersenyum. Lalu mereka berpelukan lagi. Kali ini Fatimah merasa tangan Delia memeluknya lebih erat.

Saat itu Delia memang merasa sedang melindungi mamanya dari gangguan Mr S.[]

Penulis: Fiksikulo | Teks

0 komentar