Tuesday, November 20, 2012

Cerpen Horor: Mereka yang Tertidur dalam Kegelapan

Aku tidak suka dengan segala sesuatu yang berbau horor atau supranatural.

Bukan! Bukan karena aku penakut!

Tapi ada alasan yang sangat bagus kenapa aku membenci hantu, setan, dedemit dan makhluk-makhluk gaib sejenis.

Aku ini termasuk orang yang dikaruniai (atau dikutuk) memiliki indra keenam yang sangat peka, atau dengan kata lain....aku bisa melihat makhluk-makhluk gaib tersebut dengan sangat jelas.

Percayalah. Itu bukan sesuatu yang menyenangkan....setidaknya bagiku.

Karena kemampuanku ini, aku tidak hanya bisa melihat saja tapi bisa juga berinteraksi dengan mereka. Terkadang memang tidak jadi masalah kalau kebetulan aku bertemu dengan makhluk gaib yang bersikap biasa saja. Tapi akan jadi masalah kalau kebetulan aku bertemu dengan makhluk gaib yang berniat jahat atau sekedar usil.

Seperti saat ini.

Saat ini aku berjalan di tengah hutan lebat yang berada cukup jauh dari tepi kota tempatku tinggal. Langit sudah gelap dan satu-satunya benda yang membantuku berjalan tanpa tersandung adalah sebuah senter LED yang menyala dengan cahaya putih terang.

Kalau kau bertanya kenapa aku berada di hutan seperti ini malam-malam, jawabannya pasti akan terasa aneh di telingamu.

Aku sedang membantu seseorang untuk menemukan benda yang dia hilangkan. Ehm...daripada seseorang. Akan lebih bagus kalau kukatakan dia itu ‘mantan’ orang.

Kenapa mantan? Karena tidak ada orang yang bisa berjalan menembus kerimbunan hutan selebat ini tanpa suara sama sekali dan dengan kaki tidak menapak ke tanah.
Dengan kata lain...saat ini aku sedang bersama arwah orang mati, atau lazim sekali disebut hantu.

“Masih berapa jauh lagi??” tanyaku pada arwah itu.

Sang arwah yang berwujud seperti seorang anak perempuan berambut hitam panjang, langsung menoleh ke arahku dan tersenyum manis padaku. Dia lalu menunjuk ke arah kerimbunan pohon di depannya.

“Masih jauh?” tanyaku lagi.

Hantu anak kecil itu mengangguk mengiyakan.

Aduuh.....yang benar saja! Aku sudah berjalan menembus hutan selama 1 jam dan kita belum sampai?!

Aku menggerutu dalam hati.

Pasti kalian bertanya-tanya kenapa aku mau repot-repot membantu hantu itu. Jawabannya mudah: kalau aku tidak membantunya, dia akan menghantuiku seumur hidupku.

Aku sih tidak terlalu kerepotan seandainya dia hanya menakut-nakutiku dengan wujudnya yang agak imut itu. Sialnya hantu anak kecil seperti dia biasanya mampu mengakibatkan terjadinya fenomena poltergeist, seperti barang-barang berpindah sendiri, suara ketukan dan gesekan di rumah, suara langkah kaki tanpa wujud, suara tawa anak kecil, dan yang paling parah....perabotan berat seperti lemari dan kasur di rumah bisa berada dalam posisi terbalik.

Kalau aku tinggal sendiri sih tidak terlalu masalah, tapi masalahnya aku tinggal dengan paman dan bibiku. Mereka selalu ketakutan setengah mati setiap kali hal-hal berbau paranormal terjadi di rumah mereka gara-gara diriku.

Karena tidak mau membuat mereka repot, ribut, dan mungkin terkena serangan jantung....aku memutuskan untuk membantu anak ini menemukan barangnya yang hilang di hutan ini. Kalau tidak karena alasan itu, mana ada remaja umur 15 tahun yang cukup gila untuk pergi ke hutan malam-malam begini. Normalnya sih di jam-jam seperti ini aku sudah tidur di rumah atau nongkrong bersama teman-temanku di mall.

Aku mendesah lagi. Tapi aku jadi penasaran....barang apa yang sebenarnya dia hilangkan di tempat seperti ini?

Suasana hutan yang gelap dan nyaris sunyi senyap membuatku merinding. Satu-satunya suara yang terdengar adalah suara langkah kakiku yang kikuk saat berjalan menembus hutan, serta suara desir angin yang sesekali berhembus diantara pepohonan. Sesekali aku melihat mata-mata hewan-hewan malam yang tersembunyi diantara rimbunnya pohon dan semak di hutan lebat ini. Tapi mereka semua membisu dan tidak bersuara sama sekali.

Jelas ini tidak normal.

Bulu kudukku langsung berdiri semua dan aku langsung merinding hebat.

Firasatku langsung terasa sangat tidak enak.

Kalau tubuhku sudah bereaksi seperti ini....biasanya di dekatku ada makhluk-makhluk gaib yang seharusnya tidak kulihat atau kutemui.

Aku berhenti sejenak dan memandang berkeliling. Tapi aku tidak melihat apapun di sekitarku. Aku mengarahkan senterku ke segala arah tapi tidak ada apa-apa sama sekali.

Mungkin hanya perasaanku saja....gumamku sambil mengusap tengkuk leherku.

Aku lalu memandang lagi ke depan.

Si hantu anak kecil juga berdiri dan memandangiku dengan tatapan heran.

“Ah. Tidak ada apa-apa. Aku hanya lelah jadi ingin istirahat sejenak,” ujarku berbohong pada hantu kecil itu.

Hantu gadis kecil itu lalu tersenyum padaku.

Haaah....kalau dia masih hidup, anak itu pasti manis sekali. Sayang dia sudah mati....keluhku pada diriku sendiri. Dalam kondisi seperti itu, dia mau tersenyum semanis apapun, orang yang melihatnya minimal akan lari terbirit-birit...atau bahkan langsung pingsan ditempat.

Bukannya apa-apa...tapi wujud hantu gadis itu tidak bisa dibilang utuh lagi.

Sebagian wajahnya sudah hancur dan hanya menyisakan sisa-sisa wajahnya yang dulu pasti manis. Tubuhnya juga sama saja. Lubang-lubang besar tampak di sekujur tubuh hantu gadis itu, menandakan kalau kematiannya itu bukan kematian yang wajar. Dari balik lubang itu aku bisa melihat organ-organ dalamnya yang sudah rusak dan membusuk.

Sungguh pemandangan yang sangat tidak enak dilihat. Kalau aku tidak terbiasa melihat makhluk gaib serupa dirinya, aku pasti sudah muntah-muntah setiap kali melihat sosok hantu gadis itu.

Tiba-tiba saja si hantu berhenti bergerak. Dia lalu menoleh ke arahku dan memandang ke arahku dengan satu-satunya mata yang tersisa, sementara matanya yang lain sudah tidak ada ditempatnya. Perlahan-lahan hantu itu menunjuk ke arah semak-semak lebat di depannya.

“Ada apa? Apa disini kau menjatuhkan benda yang kau cari?” tanyaku pada hantu gadis itu sambil menyorotkan cahaya senterku ke arah semak-semak lebat di depannya.

Hantu gadis itu mengangguk lagi dan menunjuk-nunjuk ke arah semak-semak di depannya itu dengan penuh semangat. Dia lalu memberi isyarat agar aku segera menerobos semak-semak itu dan mulai mencari.

Aku menepuk wajahku dan menghela nafas.

Ini akan jadi pekerjaan yang melelahkan sekali....

Untungnya aku sudah mempersiapkan beberapa peralatan untuk pekerjaan ini. Aku langsung meletakkan tas yang kubawa dan mulai mengeluarkan isinya.

Untuk menerobos semak-semak berduri semacam itu tentu saja tidak bisa dengan tangan kosong. Aku mengeluarkan sepasang sarung tangan karet yang tebal, sebuah parang, dan head lamp, senter dengan ikat kepala, agar tanganku bebas bergerak saat menerobos semak berduri itu.

“Dimana tepatnya benda itu terjatuh?” tanyaku pada si hantu gadis.

Gadis yang tadinya manusia itu lalu melayang ke tengah-tengah kerimbunan semak berduri di depanku dan menunjuk ke bawah.

“Di situ?” tanyaku lagi.

Hantu gadis itu mengangguk dengan semangat.

Tanpa basa-basi lagi aku berjalan dengan susah payah menerobos semak-semak berduri di depanku. Untung tadi aku sengaja memilih mengenakan celana kargo tebal dan baju lengan panjang, kalau tidak tangan dan kakiku sudah dipenuhi goresan berdarah. Perlahan aku mulai berjalan mendekati si gadis hantu sambil menebas jalinan dahan-dahan semak yang tumbuh sangat rapat.

“Sebelah mana?” tanyaku pada hantu gadis kecil itu lagi.

Hantu itu kembali menunjuk ke bawah dan tersenyum lagi dengan wajahnya yang sudah rusak.

“Baiklah. Jangan kemana-mana! Aku akan segera kesana!” ujarku sambil terus membuka jalan dengan parangku.

Ketika aku mulai mendekati gadis hantu itu....tiba-tiba saja pijakan kakiku menghilang.

Bukan....bukan menghilang, tapi begitu aku menginjak semak-semak di depanku, tiba-tiba saja sebuah lubang besar menganga di bawah kakiku.

Ap..!?

Aku tidak sempat berseru ataupun melakukan apapun karena aku langsung jatuh ke lubang gelap itu. Sesaat sebelum aku terjatuh ke dalam lubang tersebut.....sekilas aku melihat senyum jahat tersungging di wajah rusak si hantu gadis kecil.

Hal terakhir yang kuingat...atau lebih tepatnya kudengar....adalah suara tawa anak perempuan yang terdengar sangat puas.

****
Ketika aku terbangun lagi, hal pertama yang kurasakan adalah rasa sakit di sekujur tubuhku.

Aku tidak tahu seberapa dalam aku terjatuh karena tadi aku langsung pingsan pada hantaman pertama.

Gelap total.

Aku sama sekali tidak bisa melihat apapun. Sama sekali tidak ada cahaya di sini.

Aku mulai ketakutan.

Perlahan-lahan aku menyentuh head lamp yang kukenakan di kepala, tapi aku langsung merasakan kalau senter itu sudah rusak parah. Aku mencoba menyalakan benda itu tapi tentu saja gagal.

Gawat! Aku berseru panik dalam hati. Gawat! Gawat! Gawat!
Aku langsung kebingungan. Tapi kemudian sebuah benda berat di kantung celanaku langsung membuatku tersadar. Aku mengambil benda itu yang tidak lain adalah ponselku. Dengan segera aku menyalakan layar ponsel itu dan menjadikannya sebagai sebuah senter.

Aku lalu menyorotkan cahaya layar ponsel itu ke segala arah dan segera mengetahui dimana aku berada.

Rupanya aku jatuh ke dalam sebuah gua bawah tanah.

Untung saja lantai gua ini terbuat dari tanah yang gembur dan cukup empuk, kalau ini gua kapur, aku pasti sudah mati. Atau paling tidak patah tulang.....

Aku bergumam dalam hati sambil menyoroti lubang tempatku terjatuh tadi. Lubang itu rupanya tidak tegak lurus. Itu menjelaskan kenapa aku tidak terluka parah meski terjatuh ke dalam gua yang tampaknya cukup dalam ini.

Sambil menggigit ponselku, aku mencoba memanjat ke atas melalui lubang tempatku terjatuh.

Tapi sayangnya aku gagal. Dinding lubang itu ternyata terbuat dari batuan licin dan berlumut, sehingga hampir tidak ada pegangan kokoh agar aku bisa merayap naik ke atas.

Setelah jatuh merosot ke bawah beberapa kali, aku akhirnya menyerah.

Bagaimana caranya aku bisa keluar dari sini?

Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri sambil memandangi lubang tempatku terjatuh tadi. Tiba-tiba aku menyadari sesuatu dan menggetok kepalaku sendiri.

Bodohnya aku!

Aku berseru sambil memandang ke arah layar ponselku penuh harap. Aku berharap di sana terdapat paling tidak satu garis di tanda indikator sinyal ponselku. Tapi harapanku sirna ketika aku melihat tanda silang di indikator tersebut. Artinya di bawah sini sama sekali tidak ada sinyal telepon.

Sial! Aku mengumpat dalam hati sambil menendang dinding gua dengan keras.

Aku menelan ludah.

Suasana gua yang gelap total membuatku ketakutan.

Samar-samar aku bisa mendengar suara-suara bisikan yang kuharap hanya ilusi yang dihasilkan oleh ketakutanku akan kegelapan pekat yang menyelimuti tubuhku. Sayangnya suara bisikan itu bukannya makin samar atau menghilang, tapi justru semakin nyaring terdengar. Sampai-sampai aku merasa di sekelilingku ada ratusan sosok tanpa wujud yang sedang mengamatiku dan saling berbisik.

Aku langsung berputar ke segala arah dan menyorotkan cahaya layar ponselku ke seluruh bagian gua.

Kosong.

Tidak ada apa-apa.

Tapi suara bisikan itu tidak juga hilang dan terus berputar di sekelilingku.

Sambil mengepalkan tangan dan mengabaikan suara bisikan itu, aku menyorotkan layar ponselku ke depan lalu mulai berjalan menyusuri lorong gua. Ketika berjalan, aku jadi menyadari ini bukan gua alami, melainkan gua buatan. Sesekali aku melihat beberapa rangka kayu lapuk yang dulu digunakan untuk memperkuat dinding dan langit-langit gua. Sekilas aku juga melihat benda-benda seperti helm bekas, sekop tua berkarat, lentera tua yang tergantung di salah satu rangka, dan benda-benda lain yang cukup lazim terlihat di sebuah tambang.

Tempat apa ini? tanyaku pada diriku sendiri.

Tiba-tiba aku terdiam.

Aku baru menyadari kalau suara bisikan misterius tadi sudah hilang. Sekarang semuanya sunyi senyap. Anehnya aku makin ketakutan ketika menyadari tidak ada lagi suara apapun di sekelilingku, kecuali suara langkah kaki dan degup jantungku.

Tanpa tahu arah aku terus berjalan. Kalau melihat jam yang terpampang di layar ponselku, saat ini hampir tepat tengah malam. Waktu yang paling kubenci karena makhluk-makhluk gaib yang paling tidak ingin kutemui justru aktif pada tengah malam hingga menjelang subuh.

Aku hanya berdoa dalam hati kalau disini tidak ada yang seperti itu.

Kalau tidak aku pasti sangat kerepotan. Meski tidak bisa membunuhku secara fisik, tapi mereka bisa membunuhku secara mental. Cukup sekali aku bertemu makhluk gaib yang bisa membuatku seperti orang ling-lung selama 3 hari berturut-turut, aku tidak mau bertemu dengan yang seperti itu lagi.

Tiba-tiba saja aku tersandung sesuatu dan terjatuh.

“Aduh!” seruku kaget.

Dengan segera aku bangkit dan meraih ponselku, lalu menyoroti benda apa yang membuatku terjatuh.

Aku tersentak kaget.

Benda yang membuatku terjatuh adalah mayat seorang anak kecil yang terbaring di tanah. Mayat itu pasti sudah berada di tempat ini untuk waktu yang sangat lama karena yang tersisa dari tubuh anak kecil itu hanyalah tulang belulang.

Sambil menelan ludah, aku berputar dan menyoroti sekitarku dengan lampu dari layar ponselku.

Kalau aku tidak terbiasa melihat yang beginian, aku pasti pingsan atau minimal menjerit histeris.

Di sekitarku tampak banyak sekali mayat-mayat anak kecil yang juga sudah membusuk dan meninggalkan tulang-tulangnya saja. Mereka semua tampaknya mati dalam kondisi mengenaskan. Beberapa mayat tampak tidak utuh, entah apa sebabnya, sementara yang lain terbaring dalam posisi yang tidak wajar.

Apapun yang menyebabkan mereka semua terbunuh sudah membuat mereka tersiksa sebelum mati.

Aku menutup mulutku dengan sebelah tangan. Dalam benakku langsung terbersit satu pikiran.

Jangan-jangan ‘benda’ yang dimaksud hantu yang menuntunku kesini adalah mayat-mayat ini!? Apa hantu itu ingin aku menemukan tubuhnya?!

Aku menelan ludah lagi.

Entah mengapa suara bisikan-bisikan gaib yang tadi kudengar, sekarang kembali terdengar lagi. Perlahan-lahan suara bisikan itu berubah menjadi suara tawa sekelompok anak kecil yang sedang bermain-main. Sayup-sayup aku bahkan mendengar mereka menyenandungkan sebuah lagu. Awalnya lagu itu terdengar sayup...tapi lama kelamaan semakin keras sehingga saat ini aku serasa seperti dikelilingi oleh puluhan anak kecil yang berputar sambil bernyanyi riang. Hanya saja mereka semua tidak terlihat.

Aku menutup telinga. Berusaha mengabaikan suara nyanyian itu dan kembali berjalan menyusuri gua.

Aku tidak tahu apakah aku bisa keluar dari gua ini. Tapi yang pasti aku harus terus maju kalau aku tidak mau mati dan membusuk seperti mayat anak-anak malang yang kulihat tadi.

Kemudian langkahku terhenti karena jalan di depanku berakhir begitu saja. Gundukan tanah dan bebatuan tampak berserakan menutupi jalan hingga tidak mungkin bagiku untuk terus maju. Aku harus berbalik dan mencari jalan lainnya.

Tapi baru saja aku akan berbalik, tiba-tiba aku mendengar suara gemeretak yang tidak menyenangkan di belakangku. Suara yang seharusnya tidak terdengar di dalam lorong gelap dan menyeramkan ini.

Aku menelan ludahku dan kembali merinding hebat.

“Kakak~! Ayo main~!”

Tiba-tiba aku mendengar suara riang seorang anak kecil dari belakang punggungku. Begitu mendengar suara itu, sekujur tubuhku kaku. Aku mulai gemetar karena ketakutan.

“Kakak~! Ayo main~!”

Suara itu terdengar lagi dari belakang punggungku. Kali ini suaranya terdengar semakin dekat.

Aku sama sekali tidak berani berbalik atau menoleh ke belakang.

“A....apa maumu?! Kenapa kau menjebakku di tempat seperti ini?!” seruku tanpa berani menoleh ke belakang, karena aku sudah bisa menduga apa yang akan kulihat kalau seandainya aku sampai melakukan itu.

“Kakak~! Ayo main~! Teman-temanku sudah menunggu~!”

Aku makin ketakutan begitu mendengar ajakan si pemilik suara itu.

Te....teman-teman......gumamku dalam hati dengan gemetar karena ketakutan. Jelas sekali ini sama sekali tidak bagus.

Benar saja.

Aku langsung merasakan sesuatu yang dingin dan keras menyentuh pundakku. Aku nyaris tidak bisa berbuat apa-apa ketika tubuhku dipaksa berbalik oleh suatu kekuatan yang tidak terlihat.

Begitu aku berbalik, sebuah pemandang mengerikan langsung menungguku.

Sosok-sosok anak kecil tampak berdiri di depanku. Sialnya mereka semua sudah tidak ada yang utuh. Wajah dan tubuh mereka sudah rusak berat dan terlihat membusuk. Entah kejadian macam apa yang telah menimpa mereka saat mereka masih hidup, hingga membuat wujud hantu mereka sampai seburuk ini. Tapi berbeda dengan sebelumnya. Kali ini mereka tidak terlihat transparan.

MEREKA TERLIHAT PADAT!!!

Ketika aku tidak sengaja menyorotkan sinar dari layar ponselku ke arah tempat aku menemukan mayat-mayat anak kecil tadi. Mayat-mayat itu sudah tidak ada.

Tidak perlu waktu lama hingga aku menyadari bahwa mayat-mayat itulah yang ada di depanku sekarang!

Oh tidak! Ini sangat tidak baik! Seruku panik dalam hati. Jantungku langsung terasa berpacu 3 kali lebih cepat dan sekujur tubuhku mendadak gemetaran tidak karuan. Ini sangat tidak baik! Sungguh sangat tidak baik! Sialan!!!!

Sosok-sosok mengerikan itu tampak menyeringai dengan wajah mereka yang sudah tidak utuh lagi sambil menyenandungkan lagu ceria, namun liriknya terdengar sangat mengerikan karena sudah diubah sedemikian rupa sehingga mencerminkan keadaanku sekarang.

Tek kotek kotek kotek~!

Anak ayam turun ke lubang~!

Mati satu tinggal berapa?

Tek kotek kotek kotek~!

Mati satu....mati semua~!

Mereka terus mengulang-ulang lagu mengerikan itu sambil berjalan mendekat dengan perlahan dan dengan langkah terseok-seok, bahkan ada yang sampai merayap karena kedua kakinya sudah hancur karena membusuk.

Tangan-tangan mungil mereka yang rusak dan tampak mengerikan terulur ke arahku, berusaha menggapai tubuhku.

Spontan aku langsung melompat mundur, hanya untuk menabrak tumpukan tanah dan bebatuan di belakangku. Dengan panik aku langsung memutar tubuhku dan mulai menggali dengan kedua tanganku. Tentu saja itu sia-sia karena mustahil aku bisa menggali lapisan tanah dan batuan yang runtuh itu tanpa bantuan alat berat.

Tapi aku tidak peduli.

Aku harus segera melarikan diri dari tempat mengerikan ini!

“Kakak mau kemana? Ayo main~!”

Seorang anak dengan kepala terpelintir ke belakang akhirnya berhasil meraih pundakku dan menempelkan tubuhnya yang setengah hancur dan berbau busuk ke tubuhku. Aku langsung muntah dan mengibaskan tanganku, membuat hantu anak itu terjatuh.

Tapi dengan segera anak-anak yang lain langsung meraih tubuhku, mencakar, menggaruk, dan mencengkram sekujur tubuhku dengan tangan-tangan mungil mereka yang mengerikan.

Mereka sudah berhenti bersenandung dan kini bersorak dengan kompak sambil terus menyeringai lebar.

“AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~! AYO MAIN~!”

Suara anak-anak itu bergema di lorong gua dan membuat kedua telingaku sakit. Tapi aku sudah tidak bisa lagi berteriak ataupun bergerak karena tangan-tangan hantu anak-anak yang mengerubuti tubuhku sudah sampai ke leherku.

Aku bisa merasakan salah satu dari mereka melingkarkan jemarinya yang tinggal tulang ke leherku dengan sangat erat, hingga aku tidak bisa bernafas apalagi berbicara.

Aku berusaha berontak, tapi anak-anak yang lainnya sudah menahan tangan, kaki, dan tubuhku, hingga aku tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.

“Kakak....kami sudah tidur lama sekali dibawah sini....kami kesepian....”

Sialan! Rupanya aku dibawa kesini hanya untuk dibunuh! Seharusnya aku tidak pernah menuruti permohonan hantu anak kecil ini.....sesalku tanpa daya.

Tapi penyesalanku sia-sia saja ketika melihat hantu anak kecil yang mencekik leherku tersenyum lebar. Sosok hantu yang mencengkram leherku itu tidak lain adalah hantu yang pertama kali menuntunku sampai ke tempat ini.

“Makanya....temani kami tidur di sini......”

Hantu itu berkata lagi sambil mengeratkan cengkramannya di leherku.

Kesadaranku langsung hilang perlahan-lahan. Semuanya jadi terlihat merah dan kabur, serta berputar-putar. Sensasi melayang mulai terasa ketika seluruh organ tubuhku menjerit karena kehabisan oksigen.

Aku tahu tidak lama lagi aku akan mati.

Tapi aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku hanya pasrah dan menutup mataku ketika aku merasakan kegelapan di sekitarku merenggut jiwaku. Aku membiarkan kegelapan itu merenggut dan menyelimuti tubuhku yang mulai dingin.

Dan kemudian... aku jatuh tertidur dalam kegelapan pekat.

****
Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur dalam kegelapan. Aku bahkan tidak tahu apakah aku benar-benar sudah mati atau belum karena semuanya gelap dan aku tidak bisa merasakan atau melihat apapun.

Yang pasti tiba-tiba saja aku melihat sebuah cahaya di kejauhan.

Kalau dari buku-buku tentang supranatural yang pernah kubaca....cahaya di kejauhan dalam kegelapan pekat seperti ini bisa berarti dua hal.

Satu: Itu cahaya menuju alam kehidupan.

Dua: Itu cahaya yang akan menuntunku ke ‘dunia sana’.

Tapi aku tidak peduli kemana cahaya itu akan menuntunku. Aku langsung mengangkat tanganku dengan susah payah, berusaha menggapai cahaya di kejauhan itu.

Sedikit lagi....gumamku sambil terus berusaha meraih cahaya temaram itu.

Sedikit lagi.....

Sedikit lagi.....

****
Tiba-tiba aku terbangun dan langsung duduk.

Dengan bingung aku memandang ke sekelilingku dan aku terkejut bukan main ketika aku tahu-tahu sudah berada di dalam kamarku lagi.

“APA?!” seruku bingung setengah mati.

Kepalaku langsung pusing karena aku masih tidak mengerti....apa yang sebenarnya telah terjadi.

Hantu anak kecil itu.

Gua bawah tanah.

Sosok-sosok mayat hidup anak-anak yang mengerikan.

Kegelapan.

“Mimpi?!” tanyaku pada diriku sendiri. “Tapi itu semua terlalu nyata!”

Dengan ngeri aku memandangi sekujur tubuhku yang dipenuhi bekas-bekas cengkraman tangan yang berwarna kemerahan. Ukuran bekas cengkraman tangan itu kurang lebih seukuran tangan anak kecil.

Aku langsung menelan ludahku.

Kemudian aku menyadari sesuatu dan langsung menoleh ke samping.

Sesosok anak kecil, dengan wajah hancur dan tubuh berlubang-lubang karena membusuk, tampak berdiri di samping tempat tidurku. Dia lalu tersenyum manis dengan wajahnya yang setengah rusak, lalu menghilang begitu saja.

Aku tertegun.

Hantu gadis itu pertama kali muncul beberapa hari yang lalu dan mulai menghantuiku lalu membuat berbagai macam fenomena poltergeist terjadi di sekitarku. Hantu itu berkali-kali mengirimkan pesan bahwa dia ingin aku membantunya menemukan benda yang dia hilangkan di hutan.

Aku langsung ingat kalau aku bermaksud membantunya malam ini.

Karena itulah aku sudah mengenakan pakaian lapangan dan menyiapkan semua perlengkapan yang mungkin kubutuhkan di ranselku. Tapi karena tadi aku lelah setelah siang hari berolahraga berat di sekolah, aku memutuskan untuk tidur sejenak.

Tapi rupanya aku malah tertidur pulas dan malah bermimpi aneh....yang kurasa bukan sepenuhnya mimpi.

Aku mendapat kesan kalau mimpi buruk itu adalah pesan dari si hantu, dan aku langsung paham apa maksudnya.

Oleh karena itu, begitu matahari terbit keesokan harinya, aku langsung menghubungi seorang anggota tim SAR kenalanku dan meminta bantuannya untuk memanggil teman-temannya dan membawa peralatan yang memadai.

Kenalanku itu sempat kebingungan saat aku menjelaskan maksudku, tapi dia tetap mau membantuku dan pada akhirnya datang bersama teman-temannya.

Begitu mereka datang, aku langsung memandu mereka menembus kerimbunan hutan di tepi kota tempatku tinggal. Tanpa ragu aku menuntun para tim SAR itu untuk menemukan tempat aku terjatuh dalam gua bawah tanah di mimpiku.

Dan rupanya tempat itu memang nyata!

Gua itu benar-benar ada dan ketika para tim SAR menjelajahi gua itu, mereka menemukan penemuan mengejutkan sekaligus mengerikan.

Di dalam gua itu terdapat banyak sekali mayat. Rupanya tidak hanya mayat anak kecil, tapi mereka juga menemukan cukup banyak mayat pria dewasa yang semuanya mengenakan seragam tentara asing.

Sama seperti mayat anak-anak kecil yang ditemukan dalam gua itu, mayat para tentara itu juga ditemukan dengan kondisi mengenaskan dan jelas mereka semua juga mati dengan tidak wajar.

Aku tidak tahu dan tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya telah terjadi di dalam gua itu. Yang jelas mereka semua sudah tertidur dalam kegelapan gua itu selama puluhan....bahkan mungkin ratusan tahun. Wajar saja kalau arwah anak-anak kecil itu menderita dan akhirnya ingin segera dibebaskan dari belenggu yang menjerat arwah mereka.

Sambil mengamati para tim SAR, dibantu warga setempat, mengeluarkan mayat-mayat itu dari gua, aku mendoakan agar arwah anak-anak itu segera mendapat ketenangan. Sambil memejamkan mata, aku berdoa dengan sungguh-sungguh.

Ketika aku melakukan itu, tiba-tiba aku merasakan hembusan angin sejuk dari belakang, disertai suara bisikan lembut.

Terima kasih...

Aku langsung membalikkan badan dan terdiam.

Di depanku kini berdiri sekelompok anak kecil, laki-laki dan perempuan, yang tersenyum ceria. Mereka tidak lagi terlihat mengerikan seperti yang kulihat dalam mimpiku semalam, malah mereka tampak bercahaya dan terlihat imut dengan pakaian sederhana yang mereka kenakan. Semuanya menatapku dengan tatapan gembira.

Sambil tertawa riang, mereka berbalik satu persatu dan berlari ke arah hutan, lalu menghilang begitu saja.

Aku menghembuskan nafas lega ketika mengetahui semuanya sudah berakhir.

Arwah penasaran anak-anak kecil malang, yang mati mengenaskan dalam gua bawah tanah itu, kini sudah terbebas dari belenggu yang menahan jiwa mereka. Kini mereka semua akhirnya bisa beristirahat dengan tenang dan tidak lagi bergentayangan di dunia, dan tentu saja...itu artinya aku akhirnya terbebas dari gangguan mereka.

Kalian sudah lama tertidur dalam kegelapan yang dingin dan menyeramkan....sudah sepantasnya kini kalian tidur dalam cahaya yang hangat dan nyaman. Sambil tersenyum lebar, aku berkata dalam hati.

Semoga kalian bisa beristirahat dengan tenang.[]

Penulis: Red_rackham

0 komentar