“Hingga kini, banyak penduduk desa yang mengaku melihat sosok “Sita” di dekat terowongan itu sampai ke danau. Ibu tidak tahu apa penyebab Rara bunuh diri itu semua masih misteri buat ibu.”
Wanita paruh baya itu tidak dapat menahan air matanya, jika ia mengingat kejadian itu ditambah lagi ia baru saja kehilangan Rara adik Sita. Sedangkan, suaminya sudah lama meninggal, karena sakit saat Sita dan Rara masih kecil. Kini, ia hidup sebatang kara ditemani misteri kematian kedua anaknya.
“Ibu hanya memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan ibu selalau berdoa agar anak-anak ibu tenang di alam sana dan semoga pembunuh Sita maupun Rara cepat terungkap. Karena, ibu merasa yakin kalau Rara meninggal bukan lantaran bunuh diri! Pasti ada sebab lain yang menyebabkan Rara bunuh diri?”
“Ibu minta tolong pada kalian agar membantu ibu mengungkap kematian Sita dan Rara agar mereka bisa tenang di alam sana.”
Setelah mendengar semua cerita Ibu Rara, Lusi baru mengerti kenapa mobilnya mogok ketika di terowongan. Ia sangat bersimpati dengan keadaan ibu Rara. Lusi pun berniat membantunya. Meski, ia tidak tahu harus memulainya dari mana.
“Ibu saya ingin sekali membantu ibu memecahkan misteri ini, tapi saya tidak tahu harus mulai dari mana dan bagaimana?” kata Lusi.
Ibu Rara hanya terdiam lalu ia pergi menuju kamar Rara, lalu beberapa menit kemudian ia kembali ke ruang tamu sambil membuah sebuah foto.
“Kalian bisa menolong ibu di mulai dari foto ini! Ini foto laki-laki itu. Foto ini diambil pada saat pacarnya Sita pergi kuliah di Jakarta,” jelas Ibu.
“Lalu, bagaimana kekasih Sita, Bu? Adakah kabar darinya sekarang?” Lusi bertanya bak seorang detektif.
“Ibu juga tidak tahu, Nak. Sejak kematian Sita, tidak ada kabar lagi tentangnya.”
Dalam hati Lusi berkata memang misteri harus segera terungkap, karena jika tidak arwah Sita tidak akan pernah tenang di sana.
“Baiklah, Bu… kami akan coba bantu ibu untuk mencari tahu siapa pembunuh Sita apapun risikonya nanti. Ini demi Ibu, Rara, dan Sita!”
Ketika mendengar pernyataan Lusi, Rita langsung menarik Lusi, sepertinya Rita cukup keberatan dengan rencana temannya itu.
“Sssttt..Lus…lo udah gila yah, sok main detektif-detektifan, pakai bilang mau bantu cari pembunuh Sita, emang lo pikir gampang! Polisi aja sampe sekarang belum ketemu siapa pembunuh Sita!! Ishh, sotoy banget deh!” [baca cerpen horor lainnya, disini]
“Iiiih…apa sih…Rita!!!”
“Hei…sini sebentar! lo yakin mau bantu Ibunya Rara!!
“Iya…gw yakin, kenapa?,,Lo takut yah!
“Iiiiihh..gila lo yah…harusnya lo pikir-pikir dulu ini kan bukan urusan Lo,lagian juga apa hubungannya sama Lo,…iihhh..ngaco! cari penyakit aja sih!,pokoknya gw enggak ikutan!lo aja sendiri!
“Yah..udah lagian juga siapa yang minta bantuan lo!”
Dengan santai Lusy menanggapi komentar Rita, dan Rita sedikit kesal dengan keputusan Lusi,
“Lusi…gw pastiin sekali lagi, lo yakin mau bantu ibunya Rara??!
“Iya Rit….iih Bawel deh!!
Rita diam sejenak sambil mencoba mempertimbangkan apakah dia membantu Lusi atau tidak, lalu beberapa menit kemudian Rita berubah fikiran dan dia bersedia membantu Lusi karena ia juga tidak ingin sesuatu terjadi pada Lusi sahabatnya itu.
“Lus…yah udah gw mau bantu,tapi jangan seneng dulu,setelah semua ini selesai lo harus teraktir makan siang selama 1 bulan setuju!!
“Beneran Rit..okey..gw setuju banget!
Lusi sangat senang sekali karena Rita ingin membantunya untuk menyelidiki dan mengukap Misteri kematian Sita.
“Thanksssss…..Rita lo emang sahabat gw paling baiiiiiik….”
“Aaah..udah…udah…enggak usah ngejilat deh!!..biasa aja!’..
“Ceuilleeeee..gitu aja marah, cepet keriput tau rasa Lo!!”
----------
Cerpen horor ini ditulis oleh Mia Farida yang beralamat di Bekasi. Anda dapat mengontaknya melalui twitter di @Jane609 atau email di jello1749@gmail.com.
0 komentar