Wednesday, August 22, 2012

Cerpen Horor #11 - Misteri Nenek Ruby

Cerpen Horor - Pada tanggal 31 Oktober, di malam pesta Hallowen, hujan turun rintik-rintik. Aku dan Chucky berangkat ke rumah teman kami mengendarai mobil. Kami diundang di suatu pesta yang sungguh luar biasa yang belum pernah aku ikuti. Tentu saja, di Indonesia tidak ada pesta semacam itu. Aku memegang tangan kiri Chucky, belahan jiwaku, yang dipertemukan Tuhan di negeri Amerika. Chucky tersenyum. Aku balas tersenyum. Oh, hidup memang benar-benar tidak pernah bisa ditebak ke mana arahnya. Satu sisi kau pernah patah hati, di sisi berikutnya kau dipertemukan dengan orang yang tepat.

ilustrasi nenek ruby dalam cerita misteri horor

Kami melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya pertanian. Waktu menunjukkan belum larut benar. Saat itu, kulihat seseorang berdiri di pinggir jalan melambaikan tangannya ke arah kami. Aku memperhatikan itu adalah seorang nenek tua dalam balutan jas hujan tua warna kuning. Seperti yang kuketahui, dalam budaya Amerika ada budaya untuk memberikan tumpangan pada orang lain jika tidak ada mobil lain yang lewat. Aku bertanya pada suamiku.

"Apa kita akan memberinya tumpangan?" tanyaku, sambil melihat reaksinya.

"Menurutmu bagaimana?"

"Walaupun hujan rintik-rintik, sepertinya dia seorang nenek tua yang kedinginan. Ada baiknya kita memberinya tumpangan sampai ke rumahnya," jawabku.

Chucky menghentikan mobil tepat di depan nenek itu. Aku membuka jendela mobil dan bertanya.

"Apakah Anda membutuhkan tumpangan, Nek?"

"Ya," jawab si nenek. Kuperhatikan bibirnya gemetar. Mungkin menahan udara dingin di luar.

Chucky kemudian keluar dan membukakan pintu belakang untuknya. Nenek itu kemudian duduk di kursi belakang.

"Oh, kalian berdua baik sekali. Terima kasih banyak telah memberiku tumpangan. Namaku Ruby," kata nenek tua itu.

Aku menyahut. "Senang bertemu Anda, Nenek Ruby. Aku Deby dan ini suamiku Chucky."

Kami berbasa-basi sebentar. "Jadi, Nenek mau ke mana?"

"Aku ingin mengunjungi cucuku. Saat ini ia berulang tahun dan aku ingin melihatnya. Ia tinggal di Jl. Street, 129 N Daughtry Lane." Nenek Ruby menjelaskan.

"Apa? Daughtry Lane? Tempat itu kan 15 mil jauhnya dari sini?" Chucky tampak jengkel. Aku meletakkan tanganku di kepalanya. Dan mengatakan padanya bahwa tempat itu tidak jauh dari rumah temannya yang mengadakan pesta Hallowen. Tapi, Chucky tidak menerima pendapatku. Tak butuh waktu lama, kami terlibat sedikit percekcokan.

Tiba-tiba terdengar suara pintu belakang mobil kami dibuka dan ditutup dengan cara dibanting. Aku menoleh ke belakang dan berteriak.

"Apa itu?" tanya Chucky.

"Nenek Ruby pergi! Dia pasti melompat keluar atau jatuh! Kita harus pergi dan menemukan dia!"

Selama satu jam kemudian, kami mondar-mandir di jalanan pertanian tua. Tapi, kami tidak dapat menemukan Nenek Ruby. "Apa yang akan kita lakukan sekarang?"

Chucky merasa bersalah. "Sepertinya kita harus datang ke rumah cucunya untuk memberitahunya kejadian ini. Dan menjelaskan padanya bahwa kejadian ini murni kecelakaan."

Kami sepakat. Dalam beberapa jam, kami sampai di rumah yang dimaksud Nenek Ruby. Chucky memencet bel di pintu. Seorang gadis cantik dengan senyum manis dan ramah keluar dari balik pintu. Aku langsung menangis. "Kami kehilangan, Nenekmu!"

Gadis muda itu tampak terkejut."Well, aku tidak mengerti apa yang sedang Anda katakan, Nona?"

"Saat kami hendak pergi ke pesta Hallowen di rumah teman, di tengah jalan kami memberi nenek Anda tumpangan. Katanya, ia ingin mengunjugi Anda. Namun, ia terjatuh dari kursi belakang di tengah jalan." Chucky coba menjelaskan, "Kami mencarinya selama satu jam. Tapi, tampaknya ia telah pergi. Karena itu, kami memutuskan datang menemui Anda..."

Gadis muda itu mengerti apa yang kami maksud. Lalu, mempersilakan kami masuk ke dalam rumahnya. "Tampaknya, tidak enak ngobrol di luar, silakan masuk." Ia kemudian membawa kami ke ruang tamu. Ia meminta kami duduk dan tenang. Kami duduk dan mengulang apa yang sudah kami sampaikan sebelumnya dengan lebih tenang. Gadis muda itu membeku. "Kalian pasti salah, Nenek Ruby telah meninggal 10 tahun lalu..."

Bersamaan dengan itu, lampu di rumah gadis itu padam. Semua orang bisa mendengar tawa terkekeh membahana seluruh rumah. [CJ]

Foto

0 komentar