Hari mulai gelap ketika aku sampai di rumah. Suasana di luar semakin suram dengan adanya kabut tebal dan udara yang lebih dingin dari biasanya. Membuat orang lebih senang berada di rumah. Rasa penasaranku sudah berkurang. Mengingat penyelidikan yang kulakukan sepanjang siang tadi cukup banyak memberiku petunjuk tentang kasus yang sedang kutangani ini.
Desa yang mula-mula tenang ini di kejutkan oleh dua kasus pembunuhan sekaligus, pembunuhan pertama terjadi tiga minggu yang lalu dan pembunuhan kedua terjadi dua hari yang lalu. Tepatnya, pada tanggal 6 November. Kasus kedua terjadi di sebuah hotel yang berjarak sekitar 4 km dari tempatku tinggal. Yaitu tempat kejadian pembunuhan yang sama dengan kasus pertama. Pada kasus pertama aku tidak tahu banyak, aku hanya di beri tahu rekan kerjaku saja, selengkapnya aku hanya membaca di surat kabar, karena waktu itu aku sedang sibuk bekerja ke luar kota ikut mencari jejak pelaku ilegal logging.
Pada kasus kali ini seorang pria berkewarganegaraan Rusia ditemukan tewas terkapar di lantai kamar sebuah hotel tempatnya menginap. Korban di ketahui bernama Andrey Akinfeev. Seorang mantan Agen Dinas Rahasia Rusia (KGB). Korban berumur 35 tahun, belakangan ini diketahui korban datang ke Indonesia untuk menyelidiki sendiri kematian sahabat karibnya yang tiga minggu yang lalu tewas di tempat yang sama. Setelah keluar dari pekerjaannya sebagai Agen Dinas Rahasia Rusia, ia memutuskan untuk menjadi detektif swasta di kotanya.
Menyelidiki kasus ini, berarti juga harus menelusuri kasus pertama. Karena sudah pasti bahwa ada hubungan kasus ini dengan yang sebelumnya. Korban pada kasus sebelumnya adalah pria berkewarganegaraan Inggris bernama Adam Robert Browner, seorang pimpinan perusahaan pertambangan di Inggris. Korban juga berumur 35 tahun. Korban datang ke Indonesia karena ia ingin mengunjungi kekasih yang dua minggu lagi akan dinikahinya. Rekan kerja korban di Inggris mengatakan bahwa Adam, panggilan akrabnya datang ke Indonesia untuk mempersiapkan pernikahannya dengan tunagannya. Tunagan korban diketahui bernama Grace Natalie, seorang model papan atas keturunan campuran antara Indonesia dan Jerman yang masih muda, usianya baru 26 tahun.
Kedua korban tewas dengan cara yang sama oleh larutan zat beracun yang disamarkan melalui secangkir kopi panas yang nikmat yaitu racun talium radioaktif, atau lebih dikenal dengan sebutan polonium. Polonium biasa digunakan dalam dunia kedokteran, berupa kimia logam beracun bewarna putih kebiruan, biasanya dapat kita temui juga di dalam racun tikus. Namun, dalam dunia kedokteran sekalipun sangat diwaspadai kegunaanya serta pemakaian dosisnya karena zat ini sangat berbahaya, karena mudah larut dalam cairan dan warnanya yang membuatnya sulit untuk di deteksi apabila sudah larut. Gejala yang ditimbulkannya adalah pusing, mual, muntah, diare, rambut rontok, dan bila dalam dosis yang lebih tinggi atau penderita tidak segera ditangani, racun ini dapat menyebabkan kejang, gangguan jiwa hingga kematian. Pembuatan hingga pengirimannya antar negara sangat di batasi, oleh karena itu, sudah jelas bahwa pembunuhnya bukanlah sembarang orang yang dapat dengan mudah mendapatkan racun mematikan ini. Berdasarkan penyelidikan tim forensik, racun polonium ini adalah murni hanya polonium, dan tidak bersama campuran zat lain seperti dalam racun tikus.
Keadaan kedua korban sendiri memungkinkan bahwa korban memang meminum racun melalui secangkir kopi. Terbukti dalam air liur dan lambung korban terdapat larutan kopi yang bercampur polonium. Sebuah cangkir yang pecah kopinya tercecer di lantai terletak tidak jauh dari korban. Bukti lain ada pada sampah plastik bekas bungkus gula yang terdapat sidik jari seseorang. Bukti sidik jari ini baru saja kutemukan dalam penyelidikanku siang tadi.
Beberapa saksi yang di tanyai alibinya ada tiga orang. Semuanya memiliki hubungan dekat dengan kedua korban. Ketiga orang itu, semuanya juga mencurigakan. Walaupun semua alibi yang dikatakannya sempurna, pasti ada yang berbohong tentang alibi saat waktu kejadian di antara ketiganya.
Aku menduga kalau pembunuhnya ada di antara ketiga orang itu. Namun, aku perlu menyelidiki lebih lanjut dan mencocokkan bukti yang kutemukan dengan kebenaran kasus ini guna membuktikan bahwa memang satu diantara ketiga orang itulah pelakunya.
Hubungan kedua korban sangatlah dekat, mereka berdua bersahabat karib semenjak mereka berumur 24 tahun. Mereka bertemu di London, Inggris ketika Akinfeev di tugaskan menyelidiki kasus pencurian uang di sebuah bank di Moskow, Rusia karena pelaku membawa kabur uang bank itu sampai ke London. Mereka bertemu di sebuah rumah makan, entah bagaimana akhirnya mereka bisa bersahabat amat dekat. Akinfeev memang sering datang ke London untuk bertugas. Hingga teman-teman Adam di London menjuluki mereka bagai amplop dan perangko atau monitor komputer dengan CPU-nya.
Beralih pada pembicaraan semula tentang tiga orang yang saksi yang diduga tersangka.
Yang pertama sudah pasti adalah kekasih Adam Robert Browner yang berprofesi sebagai model papan atas bernama Grace Natalie. Saat diinterogasi, ia mengatakan bahwa pada kasus kematian kekasihnya ia sedang berada di sebuah restoran Italia yang berjarak 3 km dari hotel TKP karena ia sedang menunggu korban untuk membicarakan rencana pernikahan mereka, karena cukup lama menunggu, ia menelepon ke ponsel korban. Namun, ponsel korban tidak aktif. Ia mengatakan kalau ia sempat khawatir terjadi sesuatu dengan korban, ia memutuskan datang ke hotel TKP. Namun, ia terlambat. Saat ia datang ke TKP, kamar tempat kekasihnya menginap sudah ramai oleh kerumunan orang dan polisi. Sedangkan pada kasus kedua, ia mengatakan kalau ia tidak terlalu akrab dengan korban. Memang beberapa bulan yang lalu kekasihnya pernah mengenalkannya kepada Akinfeev saat berkunjung ke Inggris. ”Akinfeev hanya bilang pada saya kalau ia akan menyelidiki kasus pembunuhan Adam sendiri karena ia tidak bisa tinggal diam dan mempercayakan begitu saja kasus yang menghilangkan nyawa sahabatnya itu kepada kepolisian Indonesia”, kata Grace dengan menahan tangisnya.
Yang kedua adalah saudara tiri Adam Robert Browner, bernama Mariana Sarah Browner. Seorang wanita berkewarganegaraan Indonesia berusia 27 tahun. Ayah Adam dan Ibu Sarah yang orang Indonesia menikah sewaktu Sarah Browner berumur 12 tahun. Namun karena kecelakaan pesawat 4 tahun yang lalu Orang tua mereka tewas. Dan harta warisan peninggalan kedua orang tuanya sempat menjadi perebutan di antara keduanya. ”Sebelum dan sesudah Adam terbunuh saya berada di Surabaya, untuk meliput berita bersama rekan saya, begitu juga dengan terbunuhnya Akinfeev, setelah maupun sebelumnya, saya sedang berada di kantor saya, di Jakarta. Kalau anda tidak percaya, anda bisa tanyakan pada rekan kerja saya dan kantor stasiun televisi tempat saya bekerja. ”Begitulah hasil interogasi yang dilakukan kepada adik tiri Adam Browner ini. Hal ini sudah cukup membuktikan bahwa Sarah Browner memiliki alibi yang kuat. Sulit untuk menuduh Sarah sebagai pelakunya.
Yang ketiga adalah Direktur keuangan perusahaan yang di pimpin Adam Browner. Pria yang lebih muda dari Adam, ia berusia 30 tahun, berkewarganegaraan Jerman, bernama Miroslav Gomez. Beberapa minggu yang lalu Gomez terlibat pertengkaran dengan Adam. Penyebabnya adalah menurunnya kas keuangan perusahaan. Adam menuduhnya mengkorupsi uang perusahaan. Tidak lama setelah itu ia meminta cuti kepada perusahaan untuk berlibur bersama keluarganya ke Indonesia. Polisi sempat kesulitan menginterogasinya karena pria ini bersikeras menolak di bawa ke kantor polisi.
Lamunanku tersadar oleh langkah kaki yang tentu sudah kukenal sedang menuju pintu. Tidak lama kemudian pintu diketuk, dan aku membukanya.
Seorang polisi muda bertubuh tinggi ceking tapi berwajah tampan dan menyenangkan bernama David ada dihadapanku. David adalah patnerku yang di tugaskan bersama untuk menyelidiki kasus yang menyedihkan ini. ”Selamat malam Pak, saya datang kesini untuk membicarakan perkembangan kasus Adam Browner-Akinfeev. Apakah anda menemukan suatu petunjuk yang baru?” tanya David dengan wajah yang amat serius. ”Masuklah dulu David, kita bicarakan di dalam sambil menikmati secangkir teh panas”, kataku sambil tersenyum. “Terimakasih pak”, kata David sambil melangkah masuk lalu duduk di sofa. Aku memulai pembicaraan, “Penyelidikan yang kulakukan siang tadi cukup memberiku petunjuk tentang ketiga saksi yang amat mencurigakan itu.” Suasana hening sejenak, kami larut dalam pikiran masing-masing. Tidak lama kemudian dua cangkir teh panas sudah terhidang di meja tamu di hadapan kami. ”Saya juga curiga kepada ketiga saksi itu Pak, seharusnya ketiga saksi itu lebih baik berstatus sebagai tersangka. Tapi saya lebih curiga kepada tunagan Adam Browner. Karena menurut saya sikap dan tingkah lakunya sangat aneh saat ia tiba di hotel TKP”, kata David dengan penuh semangat. ”Hmm…ya David dugaanmu itu sama persis dengan dugaanku. Penyelidikanku siang tadi juga mulai memberi sinyal bahwa memang Grace Natalie pelaku dari dua kasus ini. Tapi perlu bukti sedikit lagi untuk dapat membuatnya mengakui perbuatannya dan memasukkannya ke dalam kurungan berpagar besi dalam waktu lama”, kataku dengan mata bersinar-sinar. David menatapku dengan kagum, ”Luar biasa Pak. Petunjuk apa yang anda temukan?”. Senyumku semakin lebar, ”Semuanya ada 3 petunjuk. Petunjuk yang pertama ada pada saat Grace datang tidak lama di lokasi kejadian, tanpa sadar ia berteriak histeris sambil menagis. Apa kau ingat David apa yang di katakannya?”. David melihatku sambil mengerutkan dahinya, kemudian ia tersenyum, ”Grace mengatakan’Adam sudah tewas’”. Aku menganggukkan kepalaku, ”Ya, padahal polisi atau dokter sekalipun belum tentu dapat memastikan kalau Adam sudah tewas tanpa mendekatinya dan memeriksa denyut jantung Adam. ”Aku menghentikan ucapanku”, minumlah tehnya dulu agar tenggorokanmu tidak kering. ”David tersenyum lalu meminum teh .
“Yang kedua adalah arah kedatangan Grace saat menuju ke kamar tempat terjadinya pembunuhan Adam. Kalau ia mengatakan ia datang dari luar hotel, seharusnya ia datang dari arah kanan, tetapi pada kenyataanya ia datang dari arah kiri yang arahnya menuju toilet umum. Bukti ini ada pada kamera pengawas hotel yang berada di tempat sekitar toilet. Dan siang tadi aku sudah membuktikannya. “David baru berkedip saat aku berhenti bicara, ”Anda menyelidikinya ke hotel itu lagi Pak ?”
“Tentu saja David. Aku menyelidikinya dan bilang pada pihak hotel untuk kepentingan penyelidikan.”
“Masalah yang ada pada poin ketiga ini adalah apa yang dilakukan Grace di dalam toilet. ”Lagi-lagi David memandangku tapi kali ini pandangannya menjadi bingung, “Bagaimana kalau Grace memang melakukan sesuatu yang seharusnya di lakukan di toilet. Maksudku….”, belum sempat ia melanjutkan kata-katanya aku memotongnya…
“Kalau Grace menuju toilet dalam keadaan terburu-buru karena khawatir akan keadaan tunagannya itu aneh. Bukankah dalam kamar Adam ada toilet? Lagipula kalau di luar kamar Adam telah ramai oleh kerumunan orang dan polisi dan ia tidak tahan ingin segera pergi ke toilet, mengapa kamera pengawas tidak memperlihatkannya berjalan dari luar menuju ke toilet?”
Bersambung ke Teka-Teki Kopi Pollonium 2
Pada kasus kali ini seorang pria berkewarganegaraan Rusia ditemukan tewas terkapar di lantai kamar sebuah hotel tempatnya menginap. Korban di ketahui bernama Andrey Akinfeev. Seorang mantan Agen Dinas Rahasia Rusia (KGB). Korban berumur 35 tahun, belakangan ini diketahui korban datang ke Indonesia untuk menyelidiki sendiri kematian sahabat karibnya yang tiga minggu yang lalu tewas di tempat yang sama. Setelah keluar dari pekerjaannya sebagai Agen Dinas Rahasia Rusia, ia memutuskan untuk menjadi detektif swasta di kotanya.
Menyelidiki kasus ini, berarti juga harus menelusuri kasus pertama. Karena sudah pasti bahwa ada hubungan kasus ini dengan yang sebelumnya. Korban pada kasus sebelumnya adalah pria berkewarganegaraan Inggris bernama Adam Robert Browner, seorang pimpinan perusahaan pertambangan di Inggris. Korban juga berumur 35 tahun. Korban datang ke Indonesia karena ia ingin mengunjungi kekasih yang dua minggu lagi akan dinikahinya. Rekan kerja korban di Inggris mengatakan bahwa Adam, panggilan akrabnya datang ke Indonesia untuk mempersiapkan pernikahannya dengan tunagannya. Tunagan korban diketahui bernama Grace Natalie, seorang model papan atas keturunan campuran antara Indonesia dan Jerman yang masih muda, usianya baru 26 tahun.
Kedua korban tewas dengan cara yang sama oleh larutan zat beracun yang disamarkan melalui secangkir kopi panas yang nikmat yaitu racun talium radioaktif, atau lebih dikenal dengan sebutan polonium. Polonium biasa digunakan dalam dunia kedokteran, berupa kimia logam beracun bewarna putih kebiruan, biasanya dapat kita temui juga di dalam racun tikus. Namun, dalam dunia kedokteran sekalipun sangat diwaspadai kegunaanya serta pemakaian dosisnya karena zat ini sangat berbahaya, karena mudah larut dalam cairan dan warnanya yang membuatnya sulit untuk di deteksi apabila sudah larut. Gejala yang ditimbulkannya adalah pusing, mual, muntah, diare, rambut rontok, dan bila dalam dosis yang lebih tinggi atau penderita tidak segera ditangani, racun ini dapat menyebabkan kejang, gangguan jiwa hingga kematian. Pembuatan hingga pengirimannya antar negara sangat di batasi, oleh karena itu, sudah jelas bahwa pembunuhnya bukanlah sembarang orang yang dapat dengan mudah mendapatkan racun mematikan ini. Berdasarkan penyelidikan tim forensik, racun polonium ini adalah murni hanya polonium, dan tidak bersama campuran zat lain seperti dalam racun tikus.
Keadaan kedua korban sendiri memungkinkan bahwa korban memang meminum racun melalui secangkir kopi. Terbukti dalam air liur dan lambung korban terdapat larutan kopi yang bercampur polonium. Sebuah cangkir yang pecah kopinya tercecer di lantai terletak tidak jauh dari korban. Bukti lain ada pada sampah plastik bekas bungkus gula yang terdapat sidik jari seseorang. Bukti sidik jari ini baru saja kutemukan dalam penyelidikanku siang tadi.
Beberapa saksi yang di tanyai alibinya ada tiga orang. Semuanya memiliki hubungan dekat dengan kedua korban. Ketiga orang itu, semuanya juga mencurigakan. Walaupun semua alibi yang dikatakannya sempurna, pasti ada yang berbohong tentang alibi saat waktu kejadian di antara ketiganya.
Aku menduga kalau pembunuhnya ada di antara ketiga orang itu. Namun, aku perlu menyelidiki lebih lanjut dan mencocokkan bukti yang kutemukan dengan kebenaran kasus ini guna membuktikan bahwa memang satu diantara ketiga orang itulah pelakunya.
Hubungan kedua korban sangatlah dekat, mereka berdua bersahabat karib semenjak mereka berumur 24 tahun. Mereka bertemu di London, Inggris ketika Akinfeev di tugaskan menyelidiki kasus pencurian uang di sebuah bank di Moskow, Rusia karena pelaku membawa kabur uang bank itu sampai ke London. Mereka bertemu di sebuah rumah makan, entah bagaimana akhirnya mereka bisa bersahabat amat dekat. Akinfeev memang sering datang ke London untuk bertugas. Hingga teman-teman Adam di London menjuluki mereka bagai amplop dan perangko atau monitor komputer dengan CPU-nya.
Beralih pada pembicaraan semula tentang tiga orang yang saksi yang diduga tersangka.
Yang pertama sudah pasti adalah kekasih Adam Robert Browner yang berprofesi sebagai model papan atas bernama Grace Natalie. Saat diinterogasi, ia mengatakan bahwa pada kasus kematian kekasihnya ia sedang berada di sebuah restoran Italia yang berjarak 3 km dari hotel TKP karena ia sedang menunggu korban untuk membicarakan rencana pernikahan mereka, karena cukup lama menunggu, ia menelepon ke ponsel korban. Namun, ponsel korban tidak aktif. Ia mengatakan kalau ia sempat khawatir terjadi sesuatu dengan korban, ia memutuskan datang ke hotel TKP. Namun, ia terlambat. Saat ia datang ke TKP, kamar tempat kekasihnya menginap sudah ramai oleh kerumunan orang dan polisi. Sedangkan pada kasus kedua, ia mengatakan kalau ia tidak terlalu akrab dengan korban. Memang beberapa bulan yang lalu kekasihnya pernah mengenalkannya kepada Akinfeev saat berkunjung ke Inggris. ”Akinfeev hanya bilang pada saya kalau ia akan menyelidiki kasus pembunuhan Adam sendiri karena ia tidak bisa tinggal diam dan mempercayakan begitu saja kasus yang menghilangkan nyawa sahabatnya itu kepada kepolisian Indonesia”, kata Grace dengan menahan tangisnya.
Yang kedua adalah saudara tiri Adam Robert Browner, bernama Mariana Sarah Browner. Seorang wanita berkewarganegaraan Indonesia berusia 27 tahun. Ayah Adam dan Ibu Sarah yang orang Indonesia menikah sewaktu Sarah Browner berumur 12 tahun. Namun karena kecelakaan pesawat 4 tahun yang lalu Orang tua mereka tewas. Dan harta warisan peninggalan kedua orang tuanya sempat menjadi perebutan di antara keduanya. ”Sebelum dan sesudah Adam terbunuh saya berada di Surabaya, untuk meliput berita bersama rekan saya, begitu juga dengan terbunuhnya Akinfeev, setelah maupun sebelumnya, saya sedang berada di kantor saya, di Jakarta. Kalau anda tidak percaya, anda bisa tanyakan pada rekan kerja saya dan kantor stasiun televisi tempat saya bekerja. ”Begitulah hasil interogasi yang dilakukan kepada adik tiri Adam Browner ini. Hal ini sudah cukup membuktikan bahwa Sarah Browner memiliki alibi yang kuat. Sulit untuk menuduh Sarah sebagai pelakunya.
Yang ketiga adalah Direktur keuangan perusahaan yang di pimpin Adam Browner. Pria yang lebih muda dari Adam, ia berusia 30 tahun, berkewarganegaraan Jerman, bernama Miroslav Gomez. Beberapa minggu yang lalu Gomez terlibat pertengkaran dengan Adam. Penyebabnya adalah menurunnya kas keuangan perusahaan. Adam menuduhnya mengkorupsi uang perusahaan. Tidak lama setelah itu ia meminta cuti kepada perusahaan untuk berlibur bersama keluarganya ke Indonesia. Polisi sempat kesulitan menginterogasinya karena pria ini bersikeras menolak di bawa ke kantor polisi.
Lamunanku tersadar oleh langkah kaki yang tentu sudah kukenal sedang menuju pintu. Tidak lama kemudian pintu diketuk, dan aku membukanya.
Seorang polisi muda bertubuh tinggi ceking tapi berwajah tampan dan menyenangkan bernama David ada dihadapanku. David adalah patnerku yang di tugaskan bersama untuk menyelidiki kasus yang menyedihkan ini. ”Selamat malam Pak, saya datang kesini untuk membicarakan perkembangan kasus Adam Browner-Akinfeev. Apakah anda menemukan suatu petunjuk yang baru?” tanya David dengan wajah yang amat serius. ”Masuklah dulu David, kita bicarakan di dalam sambil menikmati secangkir teh panas”, kataku sambil tersenyum. “Terimakasih pak”, kata David sambil melangkah masuk lalu duduk di sofa. Aku memulai pembicaraan, “Penyelidikan yang kulakukan siang tadi cukup memberiku petunjuk tentang ketiga saksi yang amat mencurigakan itu.” Suasana hening sejenak, kami larut dalam pikiran masing-masing. Tidak lama kemudian dua cangkir teh panas sudah terhidang di meja tamu di hadapan kami. ”Saya juga curiga kepada ketiga saksi itu Pak, seharusnya ketiga saksi itu lebih baik berstatus sebagai tersangka. Tapi saya lebih curiga kepada tunagan Adam Browner. Karena menurut saya sikap dan tingkah lakunya sangat aneh saat ia tiba di hotel TKP”, kata David dengan penuh semangat. ”Hmm…ya David dugaanmu itu sama persis dengan dugaanku. Penyelidikanku siang tadi juga mulai memberi sinyal bahwa memang Grace Natalie pelaku dari dua kasus ini. Tapi perlu bukti sedikit lagi untuk dapat membuatnya mengakui perbuatannya dan memasukkannya ke dalam kurungan berpagar besi dalam waktu lama”, kataku dengan mata bersinar-sinar. David menatapku dengan kagum, ”Luar biasa Pak. Petunjuk apa yang anda temukan?”. Senyumku semakin lebar, ”Semuanya ada 3 petunjuk. Petunjuk yang pertama ada pada saat Grace datang tidak lama di lokasi kejadian, tanpa sadar ia berteriak histeris sambil menagis. Apa kau ingat David apa yang di katakannya?”. David melihatku sambil mengerutkan dahinya, kemudian ia tersenyum, ”Grace mengatakan’Adam sudah tewas’”. Aku menganggukkan kepalaku, ”Ya, padahal polisi atau dokter sekalipun belum tentu dapat memastikan kalau Adam sudah tewas tanpa mendekatinya dan memeriksa denyut jantung Adam. ”Aku menghentikan ucapanku”, minumlah tehnya dulu agar tenggorokanmu tidak kering. ”David tersenyum lalu meminum teh .
“Yang kedua adalah arah kedatangan Grace saat menuju ke kamar tempat terjadinya pembunuhan Adam. Kalau ia mengatakan ia datang dari luar hotel, seharusnya ia datang dari arah kanan, tetapi pada kenyataanya ia datang dari arah kiri yang arahnya menuju toilet umum. Bukti ini ada pada kamera pengawas hotel yang berada di tempat sekitar toilet. Dan siang tadi aku sudah membuktikannya. “David baru berkedip saat aku berhenti bicara, ”Anda menyelidikinya ke hotel itu lagi Pak ?”
“Tentu saja David. Aku menyelidikinya dan bilang pada pihak hotel untuk kepentingan penyelidikan.”
“Masalah yang ada pada poin ketiga ini adalah apa yang dilakukan Grace di dalam toilet. ”Lagi-lagi David memandangku tapi kali ini pandangannya menjadi bingung, “Bagaimana kalau Grace memang melakukan sesuatu yang seharusnya di lakukan di toilet. Maksudku….”, belum sempat ia melanjutkan kata-katanya aku memotongnya…
“Kalau Grace menuju toilet dalam keadaan terburu-buru karena khawatir akan keadaan tunagannya itu aneh. Bukankah dalam kamar Adam ada toilet? Lagipula kalau di luar kamar Adam telah ramai oleh kerumunan orang dan polisi dan ia tidak tahan ingin segera pergi ke toilet, mengapa kamera pengawas tidak memperlihatkannya berjalan dari luar menuju ke toilet?”
Bersambung ke Teka-Teki Kopi Pollonium 2
0 komentar