Hmm, postingan kali ini merupakan janji gue waktu itu, yang posting "Ketika Fiksi Horor Menjadi Kenyataan" dan "Kisah Richard Parker, Premonition atau Kebetulan yang luar biasa?" - maksud gue postingan ini kelanjutan dari ketika fiksi horor menjafi kenyataan gitu.
Oke, disimak ya...
***
Judul novel yang gue maksud itu: "Futility, or the Wreck of the Titan" karya Morgan Robertson. Novel ini bercerita tentang sebuah kapal besar yang tenggelam di samudra Atlantic dalam perjalanannya dari Southampton, Britania Raya menuju New York City, Amerika Serikat. Kapal besar yang bernama Titan tersebut memiliki banyak kesamaan dengan kapal RMS Titanic. Tidak ada yang aneh ya kelihatannya.
Yang aneh adalah novel ini dibuat 14 tahun, sebelum tenggelamnya kapal RMS titanic - tepatnya tahun 1898. Hmm, kebetulan yang sangat luar biasa sekali. Tahun 1898, Morgan Robertson bikin novel mengkhayal tentang sebuah kapal besar yang tenggelam di Laut Atlantik. Empat belas tahun kemudian baru terjadi kejadian yang sesungguhnya. Apakah ini hanya suatu kebetulan saja?
Coba kita lihat beberapa kesemaan dari kapal Titan yang ada di novel dengan kapal RMS Titanic:
Apabila kesamaan nama ini terkesan hanya seperti sebuah kebetulan biasa, bagaimana dengan kesamaan-kesamaan lainnya? Dengan panjang 882 kaki, Titanic merupakan kapal mewah terpanjang dengan berat 53000 ton dan dianggap tidak bisa ditenggelamkan. Kapal Titan merupakan kapal terbesar dan karya terhebat manusia, memiliki panjang 800 kaki dan berat 75000 ton, serta dianggap tidak dapat dihancurkan. Dalam jumlah baling-baling dan tiang kapal, Titanic memiliki 3 baling-baling dan 2 tiang. Kapal Titan pun memiliki 3 baling-baling dan 2 tiang. Mengenai jumlah perahu penyelamat, Titanic hanya memiliki 20 perahu, sedangkan Kapal Titan memiliki 24 perahu, keduanya untuk penumpang 3000 orang. Titanic diberangkatkan dari Southampton, Inggris, bulan April 1912, sedangkan Kapal Titan berlayar bulan April, juga dari Southampton. Rupanya tak hanya pelayarannya, penyebab tenggelamnya pun sama, yaitu karena menabrak gunung es. Bila Titanic tenggelam pada tanggal 14 April 1914, maka Kapal Titan tenggelam juga pada bulan April (meski tak disebutkan tahunnya). Saat kejadian tragis itu, Titanic bergerak pada kecepatan 23 knot, sedangkan Kapal Titan berlayar pada kecepatan 25 knot. Keduanya pun menabrak di tempat yang sama, yaitu di Atlantik Utara, 400 mil dari Newfoundland.
Apakah seluruh kesamaan di atas hanya kebetulan semata? Sampai saat belum ada yang dapat menjelaskan bagaimana Morgan Robertson dapat membuat novel yang kejadiannya baru terjadi 14 tahun kemudiaan, dan masih menjadi misteri hingga saat ini.
Meski begitu, ada beberapa perbedaan kecil antara kedua kapal raksasa ini. Titanic menabrak pada malam hari dimana langit sedang jernih, sedangkan Kapal Titan menabrak pada siang hari saat sedang berkabut. 705 penumpang Titanic berhasil selamat, sedangkan dari Kapal Titan hanya ada 13 orang termasuk sang tokoh utama. Perbedaan lainnya adalah mengenai pengalaman kedua kapal. Titanic tenggelam pada pelayaran perdananya, sedangkan The Titan sudah berlayar beberapa kali sebelumnya. Selain itu, Titanic tenggelam saat sedang berlayar dari Inggris ke Amerika, sedangkan jalur The Titan justru adalah sebaliknya. Sebelum tenggelam, The Titan menabrak sebuah kapal kecil lain hingga tenggelam, sedangkan Titanic, walaupun berdekatan dengan kapal The New York, tapi tidak menabrak apalagi menenggelamkannya. The Titan juga memiliki layar yang berguna untuk menaikkan kecepatan, sedangkan Titanic tidak memiliki layar semacam itu. Perbedaan terakhir adalah Titanic adalah 'anak tengah' dari tiga 'bersaudara', sedangkan The Titan tidak memiliki 'saudara'. Mungkinkah sang penulis sudah memprediksi kecelakaan itu sebelumnya?
Ya mungkin bagi sebagian orang hal ini sulit untuk diterima dengan akal sehat, tapi yang menarik adalah sang penulis Morgan Robertson juga menulis sebuah cerpen mengenai perang antara amerika dan jepang pada tahun 1914. Dimana jepang tidak mendeklarasikan perang namun langsung mengebom amerika, persis seperti saat pearl harbour diledakan oleh jepang. Sungguh sangat menarik mengetahui seorang novelis dapat menulis dua buah buku yang menceritakan kejadian yang terjadi bertahun-tahun kemudian dengan sangat mirip.
Teks | Pic
0 komentar