Neraka selalu dipandang sebagai sebuah tempat yang suram dan menyeramkan. Di sana lah kegelapan menjadi abadi. Dalam sebuah hadits umat Islam dikisahkan bahwa neraka adalah hitam, gelap, pekat, serta tidak ada cahaya. Orang-orang pengguna bahasa Norse (orang-orang Nordik) juga menyebutnya dengan tempat berkabut yang gelap. Orang-orang kuno juga selalu menyebutnya dengan dunia bawah (underworld) yang pasti juga sangat gelap.
Tak ada satu pun tradisi dan ajaran agama yang tak menyatakan bahwa neraka itu sebuah kegelapan yang suram. Dan tak ada satupun yang tak menyebut bahwa tempat itu adalah tempat bagi orang-orang yang telah mati untuk menjalani sesuatu. Dan neraka selalu berhubungan dengan dosa-dosa manusia.
Karena gelap dan diperuntukkan bagi jiwa orang-orang berdosa maka banyak orang yang masih hidup takut akan neraka. Karena kegelapan selalu identik dengan ketakutan juga sesuatu yang menyeramkan. Neraka lalu menjadi tempat yang mengerikan bagi orang-orang yang percaya akan keberadaannya terutama dalam agama-agama besar dunia. Tempat gelap ini selalu diyakini menjadi kediaman roh-roh manusia yang penuh dosa yang siap menanti hukuman atas perbuatan-perbuatan mereka di dunia.
Allah berfirman dalam Al Qur’an bahwa neraka Jahannam itu tempat bagi mereka orang-orang berdosa. Inilah tempat yang pantas untuk mereka, sebuah tempat yang tak berair, menakutkan, dan terdapat siksaan yang mengerikan yang akan menghancurkan ego mereka.
Hukuman di neraka sesuai dengan dosa yang dilakukan selama hidup. Jiwa-jiwa orang terkutuk mendapatkan hukuman sesuai dengan dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Untuk setiap hukuman yang harus dijalani, jiwa-jiwa ini diturunkan ke satu atau lebih ruang neraka atau tingkat penderitaan.
Dalam budaya pelbagai agama, neraka memang digambarkan sebagai ruang api, tempat menyakitkan, menimbulkan rasa bersalah dan penderitaan. Meskipun secara umum, neraka dipandang sebagai tempat berapi, beberapa tradisi lain juga menggambarkan neraka sebagai tempat yang dingin. Dalam Buddhisme di Tibet misalnya, disebutkan bahwa neraka disamping sebagai tempat yang panas juga sebagai tempat yang dingin.
Dalam karya Divine Comedy, Dante (penyair Itali terkenal abad pertengahan) menggambarkan lingkaran neraka sebagai danau darah yang beku dan tempat itu penuh dengan jiwa-jiwa orang bersalah. Suasana dingin juga turut berperan dalam penggambaran neraka pada masa Kristen awal dimulai dengan “Wahyu Paulus” yang berasal dari awal abad ketiga , “The Vision of Drythelm” ( “penglihatan” Drythelm) oleh santo Bede dari abad ketujuh, “St Patrick’s Purgatory” (api penyucian Santo Patrik) , “Visio Tnugdali” (“penglihatan” Tnugdali), dan “Vision of the Monk of Enysham” (“penglihatan” rahib dari Enysam) semuanya dari abad kedua belas serta “Vision of Thurkill” (“penglihatan” Thurkill) dari awal abad ketiga belas. Dalam teks-teks itu, neraka memang disinggung sebagai tempat yang dingin.
Tetapi api tetap menjadi elemen penting. Nabi Muhammad pernah berujar kepada para sahabat, “Api ini hanyalah satu bagian dari tujuh puluh bagian api di neraka jahannam.” Lalu para sahabat mengatakan, ”Yang ini pun sudah cukup berat panasnya.” Nabi berkata lagi, ”Bahkan api neraka itu melebihi sebanyak enam puluh sembilan kali lipat panasnya api dunia.”. Nabi Muhammad ingin menunjukkan bahwa api penyiksaan neraka begitu dasyat. Dan api neraka ini abadi, “Api neraka jahannam telah dinyalakan seribu tahun hingga menjadi merah. Kemudian dibakar lagi selama seribu tahun hingga menjadi putih. Kemudian dibakar lagi selama seribu tahun hingga menjadi legam, seperti malam yang gelap gulita.”
Dalam Islam, Neraka digambarkan memiliki 70.000 gunung, pada setiap gunung itu pula terdapat 70.000 lereng api dan pada setiap lereng itu terdapat 70.000 belahan tanah yang terdiri dari api, pada setiap belahannya pula terdapat 70.000 lembah dari api. Jadi bisa dibayangkan betapa mengerikannya suasana neraka itu. Orang tentu takut dan takkan mau pergi kesana.
Agama-agama dunia kemudian mengajarkan pada umatnya bahwa untuk menghindari api dan siksaan neraka,, seseorang harus berbuat baik dalam kehidupannya. Dalam Kristen Protestan, yang dimulai sejak Martin Luther, ada pandangan bahwa kasih karunia Tuhan juga memainkan peran utama dalam menentukan nasib sebuah jiwa. Dan inilah yang dulu jadi salah satu penyebab orang-orang Protestan melakukan reformasi menolak penjualan indulgensi (surat penebusan dosa) dan juga bentuk lain dari kesalehan populer orang-orang Kristen awal, meskipun mereka juga percaya bahwa perbuatan baik akan menghindarkan dosa dan hukuman api neraka. Orang-orang Hindu, Buddha, Islam, juga Zoroaster pun juga memercayai bahwa perbuatan baik di dunia menjadi keharusan untuk menghindari hukuman neraka. [Kuncoro Hadi, Padepokanagair.com]
Inilah Gambaran Surga dan Neraka Bagian I
Inilah Gambaran Surga dan Neraka Bagian II
0 komentar